Mohon tunggu...
Cecilia Amalia
Cecilia Amalia Mohon Tunggu... Akuntan - Pegawai Negeri Sipil (PNS)

💌cecil.amalia@gmail.com\r\nLine : cecilamalia

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

KEV~

7 Agustus 2015   22:12 Diperbarui: 7 Agustus 2015   22:12 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

 

 Bagiku, cinta adalah sebuah keajaiban..

Seperti seekor kelinci yang menghampiriku 

dan membawaku ke negeri yang sangat cantik

dan tidak ada yang akan menyakitiku disana....

Apakah aku bisa merasakan hal seperti itu?

 

Prolog

Siang itu, keringat membanjiri tubuhku dengan rasa dahaga yang seakan mencekik leher membuat aku ingin memaki teriknya matahari, tapi itu hanya tersimpan dalam pikiranku saja. Aku terus mengayuh sepedaku dan alamat yang dituju telah terlihat diujung jalan. Aku bisa merasakan hembusan nafasku sendiri pertanda aku merasa lega. Ya lega karena itu adalah tujuan terakhir "delivery" ku hari ini. Sedikit tersenyum sambil menggenggam erat rem sepeda dan memarkirkan sepedaku tepat didepan rumah tujuan ku itu, aku berteriak, "Pesanan ayam gorengnya sudah datang". Seorang wanita paruh baya membuka pintu depan dan menghampiriku.

 

"Ini uangnya, terima kasih ya dek", katanya sambil menyerahkan sejumlah uang dan sedikit tersenyum.

 

"Iya, jangan lupa diorder lagi. Deliverynya available 24/7 hehehe", kataku semangat sambil terkekeh.

 

Wanita itu pun berlalu dan masuk kembali kerumah itu. Dari dalam rumah terdengar suara laki-laki atau tepatnya cowok yang kuperkirakan berumur 20-22 tahun. Yah sekitar itulah. Seumuran denganku lebih tepatnya.

 

"Wah, ayamnya sudah datang yah mbok. Aku tunggu di kamar ya, sekalian bawakan air dingin juga ya mbok", katanya dengan nada memerintah.

Aku yang mendengar hal itu hanya berkata dalam hati, dasar manja!..

 

 

 

Who?

Aku memarkirkan sepedaku di halaman parkir kampus dan berjalan santai menuju kelas. Hari ini ada 2 kelas yang harus aku ikuti. Semester baru ku yang ke-5 ini terasa biasa saja bagiku. Tiba-tiba ada suara dari belakang yang memanggil namaku dengan keras dan semakin lama semakin dekat.

"Sya, gimana liburan kemarin? Kamu gak liburan keluar?", tanya suara itu. Aku menoleh kebelakang dan ternyata itu Jessie. Teman dekat ku selama aku berkuliah di sini.

 

"Kamu kayak gak tau aku aja. Ya aku bantu mama aku lah. Emang duit dari mana pula mau liburan ke luar kota.", kataku sedikit sewot.

 

"Yee, aku kan cuma nanya. Iya deh sya, pasti capek baget kan yah", katanya sambil melihatku dengan wajah yang kuanggap aneh itu.

 

"Biasa aja kali. Yang namanya cari duit ya kayak gitu. Kamu sih gak pernah ngerasain. Sekali-kali deh kamu coba kalo kamu mau", kataku sambil kembali berjalan  menuju kelas.

 

Jessie mengikuti langkahku,"Gak ah, masa hal kayak gitu dicoba-coba. Aku begini-begini aja udah enak kok".

 

"Ya udah gak usah banyak tanya makanya. Kamu sendiri liburan ke luar kota?", tanyaku seadanya. Dan akhirnya dia pun bercerita panjang lebar seperti kaset yang diputar gak selesai-selesai. Sampai di dalam kelas pun dengan semangatnya dia menceritakan kisahnya yang aku simpulkan kalau dia pergi liburan ke pulau Batam bersama orang tuanya. Aku sedikit menyesali tentang pertanyaan ku yang berakibat hal seperti ini. Alhasil aku hanya bisa mendengarkan sampai akhirnya dosen kelas pertama di hari ini pun masuk. Kaset tanpa henti itu pun akhirnya berhenti.

 

Kelas pertama pun selesai. Aku dan Jessie keluar kelas. Niatnya sih mau ke kamar kecil. Tapi Jessie ikutan ngajakin ke kantin. Aku pun mengiyakan. Aku juga merasa haus dan ingin membeli air minum sekalian. Sehabis dari kamar kecil langkah kami langsung menuju kantin. Hari ini seperti hari pertama semester ganjil biasanya. Biasalah, mahasiswa baru yang kusebut dengan "masa penyesuaian" dengan suasana kampus. Alhasil kantin jadi rame banget, sampai-sampai ada yang rela minum sambil berdiri dan membicarakan sesuatu. Mungkin tentang nge'gebet cewek cantik atau soal mata kuliah yang ternyata lebih sulit dari mata pelajaran di SMA. Mungkin seperti itulah. 

 

Aku mengambil minuman dan menuju kasir tanpa memperhatikan sekelilingku. Aku memang seperti itu. Melihat mata seseorang yang tidak dikenal pun sepertinya sulit buatku. Atau kalau sebutan dari Jessie "CUEK" lebih tepatnya.

 

"Kak Sasya! Kakak kuliah disini juga ya?" tanya sebuah suara yang dibelakangku. Aku menoleh. Dia adalah juniorku dulu waktu di SMA.

 

"Iya, kamu juga ya?", tanyaku santai.

 

"Iya nih kak. Udah dulu ya, ini aku mau ke kelas langsung. Dah kak sya", katanya dengan cepat dan berlalu dari hadapanku. Ya ampun, biasa ya mahasiswa baru. Takut telat masuk kelas. Dosen gak akan gigit kali. Aku tersenyum geli memikirkan hal yang cukup lucu barusan. Aku langsung kembali untuk membayar minuman yang kupegang ini. Setelah berbalik, tidak sengaja aku menabrak seseorang yang lebih tinggi dariku dan ternyata tak disangka dia yang jatuh. Aku melihatnya jatuh sambil tertunduk dan kaget kalau dia adalah seorang cowok. Aku terdiam sejenak dengan pikiran kosong.

 

"Ini gak mau dibantuin?", cowok itupun bersuara. Lamunanku pun buyar dan melihat dia sedang menatapku dan mengulurkan tangannya pertanda dia minta pertolongan. Dengan kikuk aku membantunya berdiri dan sedikit tertunduk. Aku hanya bisa diam sampai dia membuka suaranya lagi.

 

"Gak ada minta maaf nih?", katanya lagi sambil merapikan bajunya.

 

Aku diam seribu bahasa.Tubuhku seperti menjadi batu dan tidak tahu harus berbuat apa. Terus saja tertunduk, tak berani melihat ke arahnya.

 

“Yasudahlah. Kalau gak mau minta maaf juga gak apa-apa”, cowok itupun berlalu dari hadapanku. Seketika itu juga aku ‘hidup’ kembali. Aku melihat ke depan dan diam-diam memperhatikan dia yang meninggalkan kantin sampai dia pun hilang dari pandanganku. Iya sya, bodoh ya kamu, minta maaf aja masa gak bisa.

 

Kelas hari ini pun berakhir. Aku langsung berjalan keluar kelas diikuti langkah Jessie.

“Sya, sorry ya tadi aku tiba-tiba ninggalin kamu dikantin. Habisnya tadi ada temen SMP ku yang baru masuk kampus kita. Jadi diajak ngobrol deh”

 

“Aku juga baru sadar kamu gak ada pas aku mau balik ke kelas lagi. Ada something juga tadi jadi aku juga lupa sama kamu”, aku memutar bola mataku kembali mengingat kejadian tadi.

 

“Emang ada apa Sya? Bad something or sebaliknya?”, tanya Jessie yang tiba-tiba jadi penasaran.

 

“Biasa aja sih. Bad or not, gak penting juga”, jawabku datar.

 

“Ya udah deh. Aku gak penasaran lagi. Aku pulang dulu ya sya. Bye!”

 

Aku membalas dengan lambaian tangan. Aku melangkah ke parkiran dan melihat ada seseorang yang sedang berdiri disamping sepedaku. Aku mempercepat langkahku. Sedikit terkejut dengan apa yang kulihat, aku mencoba bertanya, “Ngapain kamu disini?"

 

“Oh jadi ini sepeda kamu? Cewek lagi, masa iya ke kampus pake sepeda?”

 

Aku melihat sinis ke arahnya. Apa-apaan sih cowok ini pikirku dalam hati.

 

Sedikit melirik ke arahku karena aku tidak membalas perkataannya, dia mulai berkomentar lagi. “Kamu gak ada kendaraan yang lebih bagus ya? Motor kek atau naik taxi? Gak capek apa naik sepeda terus tiap hari? Kayak atlet aja”, ocehnya dengan muka yang kuanggap datar bercampur sombong.

 

“Bukan urusanmu!”, jawabku dengan nada sedikit meninggi. Aku mengambil sepedaku tanpa peduli dengannya. Dan segera meninggalkan kampus dan orang yang sewot dengan hidupku itu.

 

Siapa sih orang itu? Cowok kok mulut kayak cewek. Kesal!

 

 

Mrs.Delivery

Weekend!

 

Kalau kebanyakan orang akhir minggunya akan diisi dengan liburan atau bersantai ria, berbeda dengan aku. Antrian delivery yang harus ku selesaikan sangat banyak. Apalagi yang harus kulakukan selain membantu mama. Usaha mama yang bisa dibilang menengah dan cukup banyak pelanggan membuatku jadi pegawai full time kalau dihari libur dan part time di hari kuliahku. Kalau liburan panjang yang bisa sampai berbulan-bulan pun tiada waktu liburan. Semuanya kuhabiskan untuk membantu mama. Mencari uang begitu sulit. Terlebih lagi mama adalah single parent. Papa telah 5 tahun ini meninggalkan kami karena penyakit kanker hati yang dideritanya. Itu cukup membuat mama terluka dan aku yang adalah anak satu-satunya menjadi tak tega melihat mama. Tapi, ternyata mama lebih kuat dari yang kupikirkan. Buktinya beliau bisa menguliahkanku hingga sekarang bahkan usaha yang dibangunnya selama 3 tahun ini cukup laris manis. Aku bersyukur Tuhan tidak meninggalkan aku dan mama.

 

“Hari ini ada 10 pesanan yang harus diantar ya Sya, alamatnya ada semua di atas meja kasir. Kamu tinggal ambil aja”, kata mama ketika aku menghampirinya yang sedang mempersiapkan pesanan-pesanan itu. “Oh iya, tolong dong Sya itu antarkan 2 piring ke meja nomor 2. Udah siap kok, tinggal antar”, kata mama lagi.

 

“Pagi-pagi ada yang udah makan ayam goreng aja ya ma”, kataku sambil mengambil dua piring itu.

 

“Ini udah jam 10 Sasya. Udah mau siang. Pokoknya habis antar 2 piring itu, langsung aja ya antar pesanan-pesanan ini ke alamatnya”

 

“Of course, mom”, jawabku dengan senyum.

 

Lima pesanan sudah diantar dan ini sudah tengah hari. Aku mengayuh sepedaku tak peduli keringat yang membanjiri wajahku. Alamat yang keenam sudah ada didepanku. Sambil menyeka keringat, aku berteriak, “Pesanan ayam gorengnya sudah datang!”

 

Seseorang membuka pintu rumah dan melangkah ke arahku. Aku yang sibuk mengambil pesanan tiba-tiba kaget melihat seseorang itu.

“Oh kamu kerjaannya nganter-nganter ayam goreng ya. Mrs.Delivery yang lumayan cantik juga”, katanya dengan nada sinis.

 

“Ini ayam gorengnya. Semuanya Rp 55.000,00”, kataku sambil menyerahkan pesanannya.

“Hobi ya gak membalas perkataan orang? Kayak ngomong sama batu aja”, dia mulai lagi dengan mulut pedasnya itu.

 

“Kalau mau order lagi, silahkan hubungi contact person seperti biasa. Terima kasih”, kataku dengan datar. Ya itulah hal yang selalu kuucapkan untuk setiap pelanggan deliveryku. Tidak ada hal lain yang perlu kukatakan.

 

“Aku perlunya ucapan maaf untuk semuanya”, katanya dan menarik tanganku.

 

Aku terhenti dan menarik kembali tanganku. “Maaf apa? Aku gak punya salah apa-apa sama kamu”

 

“Lupa ya? Kamu sudah bikin aku jatuh beberapa hari lalu. Dan kamu gak pernah respon baik setiap aku ajak bicara. Yang ada jawabannya gak nyambung.”, katanya sambil mendekatkan wajahnya ke wajahku.

 

Aku refleks melihat matanya. Sekitar 5 detik menatap matanya tanpa berkedip, dia pun membuyarkan lamunanku. “Hei! Bisa ngomong gak sih? Kok diam aja”

 

“Soal jatuh itu maaf. Yang lain gak perlu. Udah itu aja, masih ada pesanan lain yang harus kuantar”, aku berlalu dari hadapannya dan meninggalkan tempat itu.

 

 

Mr. Handsome

Hari-hari perkuliahan disemester 5 ini benar-benar terasa biasa saja. Tidak membosankan, tidak juga menyenangkan. Di antaranya lah seperti itu.

 

“Eh Sya, tahu gak?....”

 

“Gak tahu”, jawabku datar

 

“Belum selesai ngomong juga. Masih ada lanjutannya”, kata Jessie sedikit merasa terhina. “ Ada gossip baru di kampus kita. Hot news banget deh”, lanjutnya dengan semangat.

 

“Panas dong. Malas ah”, jawabku sedikit melucu.

 

“Ih apaan sih kamu Sya. Ini beneran deh. Itu loh, ada mahasiswa baru pindahan dari luar negeri yang cakep banget. Dia..”

 

“Ya udah kamu gebet aja. Selesai kan?”, balasku seadanya.

 

“Ih Sya, lagi-lagi kamu potong pembicaraanku deh. Kesel!”, katanya sambil mencubit tanganku.

 

“Sakit loh. Udah lah, tuh udah ada dosen masuk”, kataku datar sambil menunjuk arah pintu kelas.

 

Hari ini hanya ada dua kelas yang harus ku ikuti. Aku bersiap untuk pulang.

“Sya, aku masih mau dikelas dulu. Kamu keluar duluan aja ya”, kata Jessie dengan sedikit memohon.

 

“ Iya, aku pulang duluan ya. Bye”, jawabku sambil melambaikan tangan.

 

Langkahku terhenti ketika dihadapanku orang banyak berkerumun sedang memperhatikan sesuatu. Ada apa ya,pikirku dalam hati. Aku mencoba berjalan melewati kerumunan itu. Banyak sekali yang berbicara, ada yang sedikit histeris juga.

 

“Siapa sih namanya? Cakep banget”

“Katanya dia pindahan dari Kanada loh”

“Ya ampun mau dong jadi pacarnya”

“Mahasiswa baru aja selalu kamu suka”

“Ih keren banget deh gayanya”

Dan bla bla bla…..

 

Sedikit risih, aku ikut menoleh ketika sambil berjalan melewati kerumunan itu. Ternyata mereka membicarakan seorang cowok yang tidak penting bagiku. Cowok itu berjalan ke arah kerumunan itu dan ketika kami berpapasan, dia melihat tajam ke arahku. Dan dia berhenti tepat dihadapanku katanya, “Apa lihat-lihat? Naksir juga kaya semua orang yang ada disini?”. Dia tersenyum sinis dan membuatku keki. Aku langsung membuang muka dan melanjutkan langkahku menuju parkiran.

 

What the hell. Sok cakep kali cowok itu!

 

 

Sya, call me Kev!

Dering HP berbunyi. Aku yang sebentar lagi akan tidur dan ini menunjukkan pukul 10 malam. Dengan malas aku melihat layar HP dan membaca sebuah SMS. Duh siapa sih yang SMS malam-malam begini?

 

From: No name

Ayam 2 porsi sekarang. Alamat biasa. GPL

 

WHAT! Ini siapa yang minta delivery malam-malam begini. Entar dulu, emang sekarang mama udah pake nomor aku buat jadi contact person ?

 

To: No name

Gak terima pesanan malam-malam begini. Dan ini bukan contact person dari Delicious Chicken. Maaf

 

Tidak lama pesan masuk lagi.

From: No name

Pelanggan itu raja. Aku tunggu sekarang, gak mau tau pokoknya Mrs.Delivery!!

 

 

“Teman kamu ya Sya? Tumben ada teman kamu yang pesan malam-malam begini dan langsung hubungi ke kamu lagi”, kata mama sedikit penasaran.

 

“Iya. Orang yang Sasya kenal di kampus. Kebetulan juga dia pelanggan kita udah beberapa minggu ini”

 

“Oh gitu ya Sya. Yaudah nih pesanannya. Hati-hati ya. Langsung pulang kalau udah diantar.”

 

“Iya ma. Sasya pergi dulu ya”, kataku sambil meninggalkan mama.

 

“Pesanan ayam gorengnya sudah datang!”, teriakku seperti biasanya.

 

Pintu rumah itu terbuka. Sang pemesan pun menghampiriku.

“Ini pesanannya. Semuanya Rp 55.000,00”, aku menyerahkan pesanan itu dengan muka datar.

 

“Gitu dong. Itu baru namanya usaha. Gak setengah-setengah.”, katanya dengan senyum jahil.

 

“Terima kasih. Silahkan di order lagi dengan menghubungi contact person seperti biasa”. Aku segera berbalik badan dan ketika sadar akan sesuatu, “Oh iya, nomor yang kamu hubungi tadi bukan contact person Delicious Chicken. Tolong jangan hubungi ke nomor itu lagi”.

 

“Itu nomor pribadi kamu kan? Aku mau hubungi disitu aja. Kan lebih praktis soalnya terhubung langsung dengan tukang antar pesanannya hehe”, katanya sambil mendekatkan wajahnya ke arahku. Aku sedikit termundur dan kaget. Dia seperti sedang mencari sesuatu di dalam kantong jaketku. “Nah ini HP mu kan? Aku mau rename nomor HP ku”, katanya dengan santai.

 

Aku speechless dengan kelakuan cowok didepan ku ini. Beraninya dia mengambil HP ku tanpa permisi dulu. Setelah selesai, dia langsung mengembalikan HP ku dikantong jaketku kembali.

 

“Done! Udah pulang sana kamu. Makasih ya, cantik”

 

Aku tak berniat membalas semua perlakuannya barusan. Aku langsung menaiki sepedaku dan bersiap pulang.

 

Dia berteriak, “Kevin! Sya, you can call me Kev! Bye!”

 

Aku mengayuh sepedaku sedikit laju meninggalkan cowok itu.

 

Yang nanya namanya juga siapa! I don’t care!

 

 

Confused

Aku duduk santai dengan earphone ditelingaku. Tumben dosen ini telat masuk hari ini. Jessie yang juga datang telat langsung menghampiriku.

“Untung aja Pak Hadi belum datang. Kira-kira dia masuk gak ya hari ini? Gak biasanya dia datang telat”

 

“Mungkin ada sesuatu yang bikin dia telat kali”, jawabku seadanya.

 

“Bisa jadi kali ya dia gak masuk hari ini”

 

“Iya mungkin”

 

“Oh ya Sya, kamu udah ngerjakan tugas yang dikasih kemaren gak? Kayaknya….”, Jessie tiba-tiba berhenti bicara.

 

Aku refleks melihat ke arahnya yang sedang terpana melihat sesuatu di depannya. Dan kepalaku kuarahkan ke arah yang sedang dilihat oleh Jessie. Tepat didepan pintu, cowok itu lagi, sedang berdiri. Dan pandangannya, bukan GR loh ya, memang sedang melihat ke arah ku dan Jessie.

Aku langsung membuang muka dan memasang muka datar.

 

“Sya, temenin aku ke kantin dong”

 

Aku kaget Kevin sudah berada tepat didepanku. Dan dia menanyakan sebuah pertanyaan sekaligus permintaan yang konyol. Aku tak menjawab, rasanya situasi itu aneh sekali.

Jessie yang heran dan penasaran berbisik di telingaku, “Ini ada apa Sya? Kok dia bisa..”

 

Aku langsung memotong, “Gak ada apa-apa”,jawabku datar. “Tuh, dia minta temenin ke kantin, kamu suka sama dia kan Jes?”, kataku lagi.

 

Jessie langsung melotot dan menendang kakiku. “Enggak kok. Aku…”

 

“Jadi kamu gak mau temenin aku nih Sya?”, Kevin bertanya lagi dan mendekatkan wajahnya ke wajahku. Aku refleks mundur dan kursiku hampir jatuh. Kevin menahan kursinya dan hampir memelukku. Aku langsung berdiri dan mendorongnya. Sedikit kaget dengan kejadian tadi, aku keluar kelas. Aku mendengar langkah yang juga mengikutiku keluar.

 

“Kamu kenapa sih Sya? Cuma temenin ke kantin aja masa gak bisa?”, Kevin ternyata.

 

“Kamu itu kayaknya ganggu hidupku banget ya. Aku salah apa sih sama kamu?”, kataku dengan sambil menunjuk jari telunjuk ke arahnya.

 

Dia tertunduk sebentar lalu melihat ke arahku lagi.

“Aku juga bingung aku kenapa Sya. Aku suka lihat kamu dengan muka datarmu itu. Kamu selalu bikin aku penasaran. Aku gak ngerti juga”, katanya dengan nada yang serius. 

 

“Aku gak mau tahu all about what you feel, Kev. Bukan urusanku”

Aku kembali ke kelas dan meninggalkannya.

 

Aku benci situasi seperti tadi. Anggaplah aku tidak pernah mengalami kejadian itu.

 

 

 

I’m Sorry, Kev~

 

Seperti biasa di akhir minggu, tepatnya hari sabtu aku bangun dan bersiap untuk membantu mama.

 

“Ma, hari ini ada berapa pesanan yang harus diantar?”

 

“Ada 8 Sya, itu alamatnya ambil sendiri ya”, kata mama sambil mempersiapkan pesanan.

 

“Oh iya Sya, di depan toko kita dari tadi ada laki-laki yang berdiri dan kayaknya nyariin kamu. Mama belum ada tanya, coba deh kamu yang tanyakan”. Mama menunjuk arah pintu depan dan mengisyaratkanku untuk keluar.

 

Aku mengangguk dan berjalan keluar.

“Kev, ngapain kamu disini?”, kataku dengan nada datar.

 

“Sya, kok sudah seminggu ini kamu kayaknya menghindar dari aku kalau di kampus. SMS ku juga gak dibalas”, katanya sambil memegang tanganku.

 

Refleks aku melepas tangannya. “Aku gak menghindar. Perasaanmu aja. Aku merasa SMS kamu gak penting buat dibalas”

 

“Pengakuanku bikin kamu aneh ya? Maaf kalau gitu”

 

“Pengakuan apaan? Gak ada apa-apa jadi gak perlu minta maaf”, balasku seadanya.

 

“Mungkin ini yang namanya menyukai seseorang ya, Sya. Aku gak terlalu ngerti juga”, katanya dengan perlahan.

 

“Ya udahlah kalau gak ngerti lupakan aja. Gak penting kali, Kev”

 

“Kamu istimewa buatku, Sya. Walaupun kamu selalu jutek sama aku, justru aku makin tambah penasaran”

 

“Itu cuma rasa penasaranmu aja”

 

“Gak Sya, beneran…”

 

“Stop, Kev. Aku gak mau dengar apapun lagi”

 

“Sya, tolong dengerin aku”

 

“Apa lagi Kev?”, aku sudah semakin kesal.

 

“Aku nunggu kamu, Sya, sampe kamu buka hati buat aku. Sampe kamu bisa mengerti apa itu cinta, aku tungguin. Hati kamu suatu saat pasti akan mencair, gak sekeras es seperti sekarang”

 

“Kev, aku gak minta kamu nunggu aku atau apapun. Sorry, Kev, daripada kamu cuma berharap yang gak pasti”

 

“Aku gak peduli, Sya. Aku nunggu kamu sampai kamu buka hati kamu. Kamu boleh anggap aku gak ada. Aku akan selalu jagain kamu dari jauh”

 

Aku merasa tidak bisa berkata apa lagi. Aku langsung masuk dan menuju kamar. Terdengar suara mama yang memanggilku tapi tidak kupedulikan.

 

Aku merasakan air mata mengalir di pipiku. Orang yang sudah menerobos masuk dalam hidupku dan mengganggu semuanya itu membuatku menangis. Aku merasakan gejolak dalam dadaku. Aku ingin merasakan cinta, tapi….aku hanya terlalu takut. Kev, cinta seperti apa yang kamu punya? Apakah itu bertahan lama? Apakah itu tidak akan menyakitiku? Apakah… Apakah kamu benar-benar mencintaiku atau itu perasaanmu sesaat saja dan kemudian akan hilang?

 

Epilog

“Ma, aku pulang”

 

“Sya, sini bentar. Ada titipan buat kamu”

 

“Titipan apa ma?”, aku menghampiri mama yang sedang memasak untuk makan malam.

 

“Ini Sya, kotak ini mama temukan didepan rumah. Mama belum buka”, kata mama sambil menyerahkan sebuah kotak berwarna merah jambu dan diikat dengan pita biru.

Aku membawa kotak itu ke dalam kamar dan membukanya. Didalam kotak itu ada satu surat dan sebuah bingkai.

 

 

 

Dear Sasya,

Sasya yang cuek,sasya yang kuat dan sasya yang membuatku jatuh cinta.Hati kamu memang sekeras batu, tapi sebenarnya lembut, itu pasti. Kuharap kamu bisa membuka hatimu untukku ketika aku kembali nanti. Jangan takut, aku akan mengambil hatimu dan tidak akan menjatuhkannya seperti yang kamu bayangkan.

Aku pergi sebentar ke Kanada. Aku mau jadi orang seperti kamu juga, Sya. Gak cuma jadi anak yang manja dan malas, tapi juga orang yang bekerja keras. Aku belajar itu semua dari kamu. Usaha papaku di Kanada aku mau kembangkan dan lanjut kuliah disana lagi.

Tunggu aku ya, Sya. Aku akan kembali buat kamu. Aku cuma pergi sebentar kok. Terus jadi Sasya yang kuat dan hebat ya. Love, Sya! J

N.B: Puisi yang dibingkai itu bukti janjiku yang bisa kamu simpan. Kalau aku kembali, aku mau lihat kalau bingkai itu masih kamu simpan yaa..

 

-Kev-

 

Aku meraih bingkai itu dan menangis. Kev…..

 

The ones who loves you will never leave you..

Even if are hundred reasons to give up,

They will find one reasons to hold on…

 

END

 

 

This is me,

CECIL

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun