Ternyata, sidang isbat dari Kementrrian Agama belum diumumkan. Sebagai tanda bahwa posisi hilal belum tampak. Yasmin pun merasa lega. Rasa bersalah terhadap Firdaus berangsur hilang. Karena, ia akan menunaikan janjinya untuk menjawab cinta Firdaus. Saat mereka berdua sama-sama melihat penampakan hilal di pantai yang mereka janjikan.
Begitu pun juga Firdaus. Ia tak merasa bersalah kepada Yasmin. Karena, Yasmin belum saatnya untuk menunaikan janjinya. Jika, Firdaus mendesaknya terus. Maka, ia merasa bersalah dan memaksa orang lain untuk mengutarakan cintanya.
"Bagaimana kelanjutan hubungan kamu dengan Firdaus, Yasmin?"Â tanya ayah di ruang tamu.
"Alhamdulillah baik ayah" jawab Yasmin.
"Saya lihat dia anak yang baik dan sayang keluarga" kata ayah kembali.
"Benar yah, saya juga lihat dia anak yang soleh" kata ibu menimpali.
"Sepertinya, kamu tidak gembira, Yasmin?" tanya ayah.
"Ada apa nak. Apakah Firdaus menyakitimu?' tanya ibu.
"Tidak ayah, ibu. Yasmin justru yang merasa bersalah karena telah membuatnya menunggu" jawab Yasmin.
"Menunggu apa lagi nak. Bukankah kamu sudah mantap menerima cintanya" kata ibu penasaran.
"Iya nak. Hubungan kamu dengan dia lumayan lama. Apa lagi yang kamu ragukan? tanya ayah.