Amelia mengangguk cepat. Aku melihat sorot matanya  berubah. Berbinar-binar seperti berharap semua akan baik-baik saja.
"Terimakasih...terimakasih banyak."katanya sambil mendekapku erat.
****
Delapan bulan berlalu dengan cepat. Aku mulai bisa merasakan cinta yang luar biasa saat memandang wajah Sasha dan menggendongnya. Bayi mungil itu memang bukan anak kandungku tapi dia sudah mencuri hatiku. Melihat anak-anak terlantar di televisi saja aku tak sanggup apalagi menelantarkan Sasha.
Malam sudah sangat larut. Aku tak bisa tidur, ada sesuatu yang mengganggu pikiranku. Bukan sulit menghafal naskah yang akan kulakoni minggu depan tapi telephon yang diterima Amelia tadi siang. Aku tahu Amelia masih merahasiakan. Mungkin tak sampai hati bercerita atau memang karena tidak ada kejadian apa-apa yang perlu diceritakan. Aku hanya sempat mendengarnya memanggil seseorang di seberang sana dengan nama...Anton.
"Tak ada yang mau kamu bicarakan?"tanyaku saat Amelia datang mengantarkan secangkir teh manis hangat.
"Tentang apa?"
"Tentang seseorang yang meneleponmu tadi siang. Aku sempat mendengar pembicaraan kalian,"jawabku sambil menatap matanya yang bundar.
"Anton..."jawabnya dengan enggan.
"Dia sudah tahu tentang Sasha?"
"Sudah."