Sejak itu, kami mulai bersahabat. Anton memiliki seorang pacar. Perempuan itu berwajah keibuan, sangat lembut dan bersahaja. Persis mami...
Aku memujanya dalam hati. Wanita kedua yang kukagumi selain mami selama aku hidup. Namanya Amelia.  Aku memang menyayangkan hubungan yang terjalin antara Amelia dan Anton. Bukan karena mereka tampak tak serasi tapi lebih karena Amelia  sangat lembut dan rapuh.
Tak seperti mami yang tampak tegar dan kuat, Amelia tampak seperti Kristal yang harus selalu dijaga. Sayangnya Anton sangat tak mengerti perasaan Amelia yang sangat halus. Aku sering melihat Amelia menangis diam-diam. Sampai sering menasehati dia untuk mencari pacar yang lain saja yang mengerti dan menghargai dirinya.
Sampai suatu hari Amelia menghampiriku dengan matanya yang terlihat sembab karena menangis semalaman.
"Ada apa?"Tanyaku dengan cemas.
Amelia diam saja. Mungkin berusaha menjelaskan tapi tak ada sepatah katapun yang bisa dikeluarkannya. Kutuangkan segelas air putih agar dia tenang, menggenggam tangannya dengan kuat, membiarkan dia terisak-isak sampai tertidur di kamar kostku karena kelelahan.
****
Amelia menggeliat bangun. Hari sudah sore sekarang. Amelia tergesa-gesa bangun tapi dia terpaku di depan cermin. Memperhatikan dirinya sendiri dari ujung kepala sampai menghentikan gerakan matanya saat tiba di bagian perutnya dan mengelusnya. Aku mengerti sekarang mengapa dia tak ingin bicara apa-apa.
"Sudah bicara dengan Anton?"Aku menatapnya.
Amelia menganggukkan kepala. Masih dengan wajah sedih dan kepala yang menunduk.
"Apa katanya?"Tanyaku lagi.