AbstrakÂ
Konflik adalah proses sosial yang melibatkan ketidakcocokan, ketidaksepakatan, atau disonansi antara dua pihak atau lebih, baik individu maupun kelompok. Dalam organisasi perkuliahan, konflik sering terjadi dan dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti perbedaan tujuan, peran ganda, atau perbedaan sistem penghargaan.Â
Manajemen konflik merupakan elemen penting dalam menjaga kelancaran proses belajar-mengajar, meningkatkan produktivitas, dan menjaga kualitas interaksi antar anggota organisasi.Â
Penelitian ini bertujuan untuk memahami pengertian dan konsep-konsep konflik serta manajemen konflik, urgensi penerapannya dalam organisasi perkuliahan, dan cara meningkatkan kemampuan manajemen konflik. Metode yang digunakan adalah kajian pustaka dengan mengumpulkan literatur relevan dari buku, jurnal, dan penelitian terdahulu.
Kata kunci : Konflik, Manajemen Konflik, Organisasi Perkuliahan
Abstract
Conflict is a social process involving incompatibility, disagreement, or dissonance between two or more parties, whether individuals or groups. In academic organizations, conflicts frequently occur and can be caused by various factors such as differing goals, role ambiguity, or disparities in reward systems.
Conflict management is crucial for ensuring the smooth conduct of the learning-teaching process, enhancing productivity, and maintaining quality interactions among organization members. This study aims to understand the definitions and concepts of conflict and conflict management, the urgency of its application in academic organizations, and ways to enhance conflict management skills. The method used is literature review by gathering relevant literature from books, journals, and previous research.
Keywords : Conflict, Conflict Management, Academic Organizations
PENDAHULUAN
Konflik adalah proses sosial yang terjadi antara dua atau lebih kelompok, di mana salah satu pihak berusaha menghancurkan pihak yang lain atau membuatnya tidak berdaya. Konflik adalah proses interaktif yang terjadi ketika ada ketidakcocokan, ketidaksepakatan, atau disonansi di dalam atau di antara entitas sosial.
Ketidaksepakatan antara individu atau anggota organisasi disebut konflik. Semua orang memiliki ketidaksepakatan seperti itu. John Dewey mengatakan dalam teorinya (dalam Rahim, 2001) bahwa konflik mengganggu pikiran. Konflikt mendorong kita untuk memperhatikan dan mengingat.Â
Beliau melihat bahwa ketika konflik mengganggu hubungan antara manusia dan lingkungan, orang harus menggunakan kecerdasan mereka untuk beradaptasi dengan perilaku dan keyakinan mereka yang biasa. Dengan kata lain, seseorang harus memeriksa situasi konflik untuk mengidentifikasi berbagai tindakan yang mungkin diambil dan akhirnya memilih yang paling efektif.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, konflik sendiri diartikan sebagai percekcokan, perselisihan, atau pertentangan. Asal mula kata konflik berasal dari bahasa Latin yaitu configere yang berarti saling memukul. Menurut Taquiri dan Davis, konflik adalah suatu warisan kehidupan sosial di berbagai kondisi yang disebabkan oleh aanya ketidaksetujuan,kontroversi, dan pertentangan di kedua pihak atau lebih secara terus-menerus.Â
Sedangkan Soerjomo Soekanto bependapat bahwa konflik adalah keadaan pertentangan kedua pihak untuk mencapai tujuan dengan cara menentang pihak yang berlawanan. Jadi, dapat disimpulkan jika konflik adalah suatu proses sosial yang melibatkan dua atau lebih pihak dimana salah satu berusaha untuk menghancurkan pihak lain dengan membuatnya tidak berdaya.
Menjadi makhluk sosial, manusia selalu berinteraksi dan menjalin hubungan dengan orang lain. Manusia menemukan konflik dan kerja sama dalam berinteraksi ini. Semakin sering manusia berinteraksi satu sama lain, semakin sering konflik dan kerja sama terjadi.Â
Oleh karena itu, konflik adalah hal yang wajar dan bagian dari kehidupan sosial manusia. Dari zaman kuno, konflik sendiri telah ada, digambarkan seperti peperangan antar dewa, perebutan kekuasaan, dan sebagainya. Karena interaksi antar manusia yang lebih luas, konflik akan semakin luas di zaman sekarang.
Dalam organisasi, konflik sering terjadi. Kelompok dapat menyebabkan konflik, seperti karena komposisi dan keahlian kelompok yang berbeda, perbedaan tujuan di antara anggota kelompok, peran ganda atau tanggung jawab yang tidak jelas, atau mungkin karena sistem pembayaran hadiah atau upah yang berbeda.Â
Sementara konflik tidak dapat dihindari dalam suatu organisasi, mereka dapat dikurangi. Dalam organisasi, konflik dapat terjadi antara individu, baik pimpinan maupun anggota, atau antara kelompok.
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui pengertian dan konsep-konsep konflik serta manajemen konflik. Lalu untuk mengetahui seberapa urgensi penerapan manajemen konflik dalam organisasi perkuliahan.Â
Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui bagaimana cara meningkatkan kemampuan manajemen konflik di organisasi perkuliahan. Diharapkan para pembaca bisa mengetahui pembahasan tersebut dan menerapkannya dalam kehidupan organisasi di dunia perkuliahan.
KAJIAN LITERATUR
Pengertian KonflikÂ
Menurut Alisjahbana, S.T, 1986 pengertian  konflik  yang  mengacu  kepada pendekatan sosial adalah seperti yang disampaikan oleh Alisjahbana mengartikan  konflik  sebagai  perbedaan  pendapat  dan pandangan  di  antara  kelompok-kelompok  masyarakat yang akan mencapai nilai yang sama.
Konflik  dalam  organisasi  sering  terjadi  tidak  simetris dengan  pihak  yang  sadar  dan  memberikan  respon terhadap  konflik  tersebut,  atau  satu  pihak mempersepesikan  adanya  pihak  lain  yang  telah  atau akan menyerang secara negative menurtu Robbin 1993
Pengertian Manajemen Konflik
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia manajemen adalah proses penggunaan sumber daya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan. Manajemen di dalam suatu organisasi adalah proses yang penting untuk menggerakkan organisasi karena tanpa adanya manajemen maka tidak akan ada usaha yang berhasil cukup lama di dalam organisasi tersebut.
Sedangkan konflik merupakan proses interaksi antara dua pihak atau lebih yang bertentangan. Manajemen konflik sendiri mempunyai makna yang beragam menurut berbagai ahli. Criblin. J dalam Wahyudi (2006:47) berpendapat bahwa manajemen konflik adalah teknik yang dilakukan oleh eh seorang pemimpinan organisasi untuk mengatur konflik dan menentukan peraturan dasar dalam bersaing.
Menurut Wirawan (2010:129) manajemen konflik adalah proses dari pihak yang terlibat konflik atau pihak ketiga dalam menyusun strategi dan menerapkannya untuk mengendalikan konflik tersebut agar mencapai resolusi yang diinginkan.Â
Sedangkan menurut Ade Florent (2010) manajemen konflik adalah cara yang dilakukan oleh pimpinan dalam menstimulasi konflik, mengurangi konflik dan menyelesaikannya yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja individu dan produktivitas organisasi.Â
Berdasarkan laporan teori di atas diperoleh kesimpulan bahwa manajemen konflik adalah cara yang digunakan dari pihak yang terlibat konflik atau pihak ketiga dalam menghadapi perselisihan di antara dua orang atau lebih atau dua kelompok atau lebih agar menemukan titik terang atas permasalahan tersebut sehingga dapat meminimalkan kerugian.
METODE
Artikel ini ditulis dengan metode kualitatif. Kajian pustaka atau kajian literatur adalah metode penelitian yang digunakan untuk melakukan penelitian karena dianggap sangat berguna untuk mencari tahu tentang topik yang akan dibahas. Kajian pustaka dilakukan dengan menguraikan atau menjelaskan kembali literatur yang relevan dengan topik yang akan dibahas.Â
Kajian literatur juga merupakan alat penting sebagai review konteks karena literatur sangat berguna dan sangat membantu dalam memberi konteks dan memahami arti dari apa yang akan dibahas.
Literatur yang digunakan berasal dari buku, jurnal, penelitian terdahulu, dan lainnya yang diperoleh secara online melalui mesin pencari seperti Google atau Google Scholar. Artikel-artikel ini kemudian disusun sedemikian rupa sehingga dapat memberikan jawaban atas pertanyaan yang telah diungkapkan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Manajemen konflik adalah konsep yang mencakup berbagai teknik, keahlian, dan pendekatan yang digunakan untuk mencegah, mengelola, dan menyelesaikan konflik dalam organisasi perkuliahan. Manajemen konflik lebih dari hanya menyelesaikan konflik saat muncul; itu juga mencakup melakukan sesuatu secara proaktif untuk mencegah konflik lagi atau mengurangi dampak negatifnya.
Selain itu, konsep manajemen konflik mencakup penggunaan berbagai gaya penyelesaian konflik. Model Thomas-Kilmann, misalnya, mengidentifikasi lima gaya penyelesaian konflik, yaitu kompetisi, kolaborasi, akomodasi, penghindaran, dan kompromi. Pemilihan gaya yang tepat tergantung pada konteks situasi dan tujuan jangka panjang tim.
Konsep manajemen konflik juga menekankan betapa pentingnya berkomunikasi dengan orang lain dengan baik. Keberadaan saluran komunikasi yang terbuka dan jujur dapat membantu menghindari kesalahpahaman dan meningkatkan pemahaman di antara anggota tim. Selain itu, mengetahui perbedaan dalam budaya, nilai, dan cara kerja dapat mengurangi kemungkinan konflik dan meningkatkan kerja sama.
Ada banyak cara di jenjang perkuliahan untuk memaksimalkan potensi setiap mahasiswa. Organisasi di jenjang perkuliahan sangat berbeda dengan organisasi di jenjang SMP atau SMA karena organisasi di jenjang perkuliahan lebih kompleks. Mahasiswa lebih suka menghabiskan waktunya di berbagai organisasi karena banyaknya manfaat dan dampak positif yang diberikan organisasi kepada setiap mahasiswa.Â
Ketika seseorang bekerja untuk organisasi, mereka harus menerima semua akibat dan bertanggung jawab atas keputusan mereka. Ini adalah tugas yang sulit, dan konflik akan selalu muncul di dalam organisasi. Adanya perbedaan pendapat yang memicu debat dan konflik adalah contoh konflik tersebut. Atau, jenis konflik batin, misalnya, di mana dia tidak suka dengan anggota lain dan kemudian menyimpan masalah itu dalam dirinya sendiri.
Manajemen konflik dalam konteks organisasi perkuliahan memiliki peran yang sangat penting. Konflik yang tidak dikelola dengan baik dapat mengganggu proses belajar-mengajar, menurunkan produktivitas, serta mengurangi kualitas interaksi antara mahasiswa, dosen, dan staf administrasi.Â
Sebaliknya, manajemen konflik yang efektif dapat membawa manfaat signifikan bagi organisasi perkuliahan. Berikut adalah beberapa peran manajemen konflik dalam organisasi perkuliahan:
1. Meningkatkan Kualitas Interaksi dan Komunikasi Manajemen konflik yang baik mendorong terbentuknya komunikasi yang lebih terbuka dan jujur antara anggota organisasi. Ini membantu mengurangi kesalahpahaman dan memperkuat hubungan antar individu. Dengan demikian, mahasiswa, dosen, dan staf dapat bekerja sama dengan lebih efektif dan harmonis.
2. Meningkatkan Produktivitas Konflik yang berkepanjangan bisa mengalihkan perhatian dari tugas utama, yaitu pendidikan. Manajemen konflik yang baik memastikan bahwa konflik diselesaikan dengan cepat dan efisien, sehingga anggota organisasi dapat kembali fokus pada tugas dan tanggung jawab mereka.
3. Mendorong Inovasi dan Kreativitas Ketika konflik dikelola dengan baik, perbedaan pendapat dapat menjadi sumber ide dan solusi baru. Konflik yang konstruktif dapat mendorong anggota organisasi untuk berpikir kreatif dan menemukan cara baru untuk menyelesaikan masalah.
4. Mengembangkan Kemampuan Penyelesaian Masalah Proses manajemen konflik mengajarkan individu cara mengidentifikasi masalah, menganalisis situasi, dan menemukan solusi yang saling menguntungkan. Keterampilan ini sangat berharga tidak hanya dalam konteks akademik tetapi juga dalam kehidupan profesional dan pribadi.
5. Meningkatkan Keterlibatan dan Kepuasan Anggota Anggota organisasi yang merasa didengar dan dilibatkan dalam proses penyelesaian konflik cenderung memiliki tingkat kepuasan yang lebih tinggi. Mereka merasa dihargai dan diakui, yang pada gilirannya meningkatkan motivasi dan komitmen mereka terhadap organisasi.
6. Mengurangi Stres dan Ketegangan Konflik yang tidak terkelola dapat menyebabkan stres dan ketegangan yang berlebihan di lingkungan perkuliahan. Dengan adanya manajemen konflik yang efektif, suasana kerja dan belajar menjadi lebih kondusif, sehingga mengurangi stres dan meningkatkan kesejahteraan emosional anggota organisasi.
7. Meningkatkan Citra Institusi Organisasi perkuliahan yang dikenal memiliki manajemen konflik yang baik cenderung memiliki citra yang lebih positif di mata masyarakat. Ini bisa menarik calon mahasiswa, dosen, dan staf yang berkualitas, serta meningkatkan reputasi institusi secara keseluruhan.
Kegiatan yang berkelanjutan untuk membangun budaya damai dilakukan di semua tingkat hubungan interpersonal dalam masyarakat. Untuk mewujudkan budaya damai, tidak hanya diperlukan gagasan teoretis, tetapi juga tindakan nyata dalam interaksi sosial.
Budaya damai dalam masyarakat dapat dirasakan jika ada:
a) ketenangan batin dan rasa tentram;
b) harmoni dan kolaborasi;
c) keadilan yang dirasakan oleh semua pihak;
d) Konflik masyarakat diselesaikan secara damai tanpa kekerasan, dan ada solusi nyata untuk memenuhi HAM secara adil dan rata. Perdamaian adalah konsep terhindar dari konflik fisik, verbal, struktural, dan budaya. Kebebasan dan hak asasi manusia harus dihormati dengan damai keadilan. Perdamaian memerlukan upaya dan perjuangan dalam hubungan antara individu, komunitas, dan lembaga (sosial, politik, ekonomi, budaya, dan pendidikan) untuk mendukung kesejahteraan dan kemajuan setiap orang. Akibatnya, ini akan meningkatkan fondasi budaya masing-masing individu dan komunitas.
Kerangka pengembangan konsep diatas sejalan dengan budaya damai (culture peace) yang di deklarasikan oleh PBB 1998 sebagai berikut: "Budaya damai adalah kombinasi dari kepercayaan, adatistiadat, norma, dan cara hidup yang mencerminkan dan mendorong delapan prinsip yang harus dipegang teguh diantaranya:
1) penghormatan terhadap kehidupan dan semua HAM;
2) penolakan terhadap kekerasan dalam segala bentuknya;
3) pencegahan konflik kekerasan dengan mengatasi akar penyebabnya melalui dialog dan negosiasi; dan
 4) dedikasi secara aktif dalam proses menangani kebutuhan generasi sekarang dan masa depan secara adil.
5) Promosi persamaan hak dan kesempatan antara perempuan dan laki-laki;
6) pengakuan hak setiap orang atas kebebasan berekspresi, berpendapat dan informasi;
7) pengabdian pada prinsip-prinsip kebebasan, keadilan, demokrasi, toleransi;
8) Solidaritas, kerja sama, pluralisme, keragaman budaya, dialog dan pemahaman antar bangsa, antar suku, agama, budaya dan kelompok lain, dan antar individu (Navarro-Castro, 2010 Oleh karena itu, ada beberapa hal yang kita inginkan ketika kita memikirkan perdamaian agar dapat dilaksanakan dan dibagikan oleh semua orang. Karakteristik ini menunjukkan bahwa kita siap untuk hidup berdampingan dengan nyaman dan menghargai individualitas satu sama lain terlepas dari perbedaan dan kesejahteraan kita secara keseluruhan. Kami juga ingin dihormati sebagai individu atau sebagai suku dan diperlakukan sama dan jujur. Kami lebih suka mandiri dan menghindari hidup dalam ketergantungan. Kami ingin pendapat kami didengar dan dihormati.
Koeksistensi segala sesuatu di alam semesta dengan kita harus damai, bersatu, dan lengkap. Pernyataan tersebut sejalan dengan 9 unsur budaya damai dari PBB diatas yakni:
 a) rasa aman dan nyaman;
b) kebersamaan, toleransi dan menghargai;
c) komunikasi dan informasi;
d) kemandirian;
e) kesejahteraan;
f) pengakuan dan harga diri;
g) partisipasi dan;
h) harmoni dan keutuhan.
Â
SIMPULAN DAN SARAN
Manajemen konflik dalam organisasi perkuliahan adalah elemen penting yang berperan dalam memastikan kelancaran proses belajar-mengajar, meningkatkan produktivitas, serta menjaga kualitas interaksi antara mahasiswa, dosen, dan staf administrasi. Manajemen konflik tidak hanya fokus pada penyelesaian konflik ketika terjadi, tetapi juga proaktif dalam mencegah munculnya konflik dan meminimalkan dampak negatifnya. Pentingnya komunikasi yang efektif dan kesadaran akan perbedaan nilai, budaya, dan gaya kerja juga ditekankan dalam manajemen konflik. Hal ini membantu menghindari kesalahpahaman dan meningkatkan kerja sama antar anggota organisasi.
Organisasi perkuliahan, yang lebih kompleks dibandingkan dengan organisasi di jenjang pendidikan sebelumnya, menyediakan banyak kesempatan bagi mahasiswa untuk mengembangkan potensi diri. Namun, organisasi ini juga rentan terhadap konflik, baik yang bersifat terbuka maupun yang tersembunyi.Â
Manajemen konflik yang baik dapat membawa banyak manfaat, seperti meningkatkan kualitas interaksi dan komunikasi, meningkatkan produktivitas, mendorong inovasi dan kreativitas, mengembangkan kemampuan penyelesaian masalah, meningkatkan keterlibatan dan kepuasan anggota, mengurangi stres dan ketegangan, serta meningkatkan citra institusi.
Selain itu, pengembangan budaya damai dalam masyarakat, termasuk di lingkungan perkuliahan, sangat penting. Budaya damai melibatkan penghormatan terhadap hak asasi manusia, penolakan terhadap kekerasan, pencegahan konflik melalui dialog dan negosiasi, serta pengabdian pada prinsip-prinsip keadilan, kebebasan, dan demokrasi.
Saran yang dapat penulis berikan yaitu dengan
Pengembangan Budaya Damai: Mengintegrasikan prinsip-prinsip budaya damai yang dideklarasikan oleh PBB ke dalam kurikulum dan kegiatan kampus untuk mendorong harmoni, keadilan, dan kesejahteraan bersama.
Pendekatan Proaktif dalam Mencegah Konflik: Mengidentifikasi potensi konflik sejak dini dan mengambil langkah-langkah preventif untuk mencegah eskalasi, termasuk melalui dialog terbuka dan mediasi.
DAFTAR PUSTAKA
Fatihaturahmi, M. Giatman, Ernawati. "Study Literature Peran Manajemen Konflik Dan Cara Penanganan Konflik Dalam Organisasi Sekolah." Journal of Education Research Vol. 4, no. No. 3 (2023): Hal. 1075-1081. https://jer.or.id/index.php/jer/article/view/277%0Ahttps://jer.or.id/index.php/jer/article/download/277/231.
Nst, Muhammad Haekal Sachedina, Syahrilfuddin Syahrilfuddin, and Erlisnawati Erlisnawati. "Pengaruh Organisasi Mahasiswa Terhadap Kemampuan Manajemen Konflik Mahasiswa PGSD FKIP UNRI." Arzusin 3, no. 6 (2023): 882--893.
Priadi, Andri, Widhi Wicaksono, Ramdan Yusuf, Syamsu Rijal, and Adi Suroso. "Manajemen Konflik Di Tempat Kerja Pada Solusi Konstruktif Untuk Tim Yang Harmonis." Journal of International Multidisciplinary Research 1, no. 2 (2023): 745--763.
Wahyuni, Dian Eka Mayasari Sri. "Konflik, Manajemen Konflik dan Budaya Damai." Mengurai Sekolah Kehidupan (2024): 27.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H