Mohon tunggu...
project kwn
project kwn Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa universitas andalas

halo nice to meet u hobi baking, menonton, membaca novel

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Penyimpangan Seksual: Penyebab Munculnya Perilaku Pedhofilia dan Implikasinya Terhadap Kesehatan Mental Korban

23 Juni 2024   20:59 Diperbarui: 23 Juni 2024   21:38 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

c. Kebutuhan Emosional dan Seksual yang Berlebihan

Beberapa pelaku menunjukkan ketertarikan dan kesukaan terhadap anak-anak kecil serta menyimpan foto atau gambar mereka. Hal ini menunjukkan adanya kebutuhan emosional atau psikologis serta hasrat seksual yang terlalu berlebih sehingga hanya dapat terpenuhi dengan melakukan perilaku menyimpang tersebut.

d. Pola Perilaku Berulang

Pengalaman masa lalu yang traumatis atau pelecehan yang dialami oleh pelaku dapat menyebabkan mereka mengulang pola perilaku yang sama terhadap korban-korban baru di lingkungan mereka.

Pelaku perilaku menyimpang seksual memiliki ciri-ciri yang serupa, dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti pengetahuan, sikap, perilaku, pola asuh, pengalaman masa lalu, trauma, lingkungan, dan budaya. Ciri-ciri tersebut muncul dari lingkungan tempat individu hidup, dikelilingi oleh orang lain yang berperilaku menyimpang.

Pola asuh orang tua, keluarga yang berantakan, dominasi orang tua, tabu budaya, sosialisasi, trauma, dan penyalahgunaan obat-obatan terlarang semuanya berperan dalam membentuk perilaku menyimpang seksual. Faktor lainnya termasuk pengalaman masa kecil, status ekonomi, pelecehan, masalah identitas gender, keterampilan sosial, dan kepercayaan diri.

Mereka yang memiliki riwayat pelecehan, interaksi sosial yang terbatas, sering direlokasi, pernah ditangkap sebelumnya, dan fokus pada anak-anak lebih besar kemungkinannya untuk terlibat dalam perilaku menyimpang. Orang-orang ini mungkin memanipulasi dan merayu anak-anak, menggunakan perhatian, kasih sayang, dan hadiah untuk mendapatkan kepercayaan mereka. Mereka juga mungkin terlibat dalam aktivitas yang menarik bagi anak-anak, mengumpulkan pornografi anak, dan memiliki dekorasi rumah yang berorientasi pada remaja.

Ciri-ciri pedofilia dapat dikategorikan menjadi beberapa jenis. Pelaku pelecehan seksual terhadap anak dapat dibedakan berdasarkan jenis kelamin korbannya. Pedofil heteroseksual tertarik pada anak berjenis kelamin berbeda, sedangkan pedofil homoseksual tertarik pada anak berjenis kelamin sama. Beberapa orang yang melakukan pelecehan seksual terhadap anak-anak mungkin memiliki masalah mendasar lainnya seperti usia lanjut, psikotik, atau gangguan mental, dimana penyimpangan seksual hanyalah salah satu aspek dari gangguan yang lebih besar. Ada juga kelompok penjahat atau psikopat yang mungkin melakukan pelecehan seksual terhadap anak-anak sebagai bagian dari gaya hidup kriminal atau untuk memuaskan dorongan hati yang agresif atau sadis. Orang-orang ini merupakan sebagian kecil dari keseluruhan populasi pedofil.

Mayoritas individu yang terlibat dalam pelecehan seksual dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis berbeda.

  • Pedofilia Tipe I, terdiri dari individu yang kesulitan berinteraksi sosial dengan perempuan karena kecemasan atau ketidakmampuan sosial. Orang-orang ini dapat dirangsang secara seksual baik oleh benda normal maupun oleh anak-anak.
  • Pedofilia Tipe II, mencakup individu yang dapat berinteraksi sosial dengan wanita dewasa namun hanya terangsang secara seksual oleh anak-anak.
  • Pedofilia Tipe III, terdiri dari individu yang tidak dapat berinteraksi secara sosial dengan perempuan dan hanya terangsang secara seksual oleh anak-anak.

Kemudian, ada 2 kategori pedofilia, yaitu pedofilia heteroseksual dan homoseksual. Saat mengidentifikasi pedofil heteroseksual dalam populasi umum mungkin sulit karena penelitian menunjukkan bahwa hanya ada sedikit perbedaan dalam hal kecerdasan, pekerjaan, dan pendidikan dibandingkan dengan mereka yang bukan pelaku. Meskipun beberapa penelitian menunjukkan bahwa pedofil heteroseksual mungkin memiliki tingkat pendidikan dan status sosial ekonomi yang lebih rendah, penelitian lain menunjukkan tingkat kecerdasan yang luas di antara kelompok ini, dengan persentase kecil yang diklasifikasikan sebagai orang yang berpikiran lemah.

Selain itu, sebagian besar pedofil heteroseksual memiliki pendidikan terbatas dan bekerja pada posisi tidak terampil atau semi-terampil. Terlepas dari temuan ini, penting untuk dicatat bahwa mayoritas pedofil heteroseksual tidak memiliki riwayat perilaku kriminal. Faktanya, banyak yang menunjukkan perilaku prososial dan mempertahankan konsep diri non-kriminal. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun terdapat perbedaan dalam aspek-aspek tertentu dalam kehidupan mereka, seperti pendidikan dan pekerjaan, para pedofil heteroseksual tidak serta merta menunjukkan perilaku non-seksual yang menyimpang di luar perilaku mereka yang menyinggung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun