Aku menggaruk kepala yang tidak gatal, kenapa gadis di depanku ini mudah sekali di bodohi?!
"Ani, gini ya ... cinta memang berbahaya, tapi lebih bahaya lagi kalo pacaran!" Aku mencengkeram kedua pundaknya, menatap matanya lamat. Dan lagi, hanya tatapan polos yang kudapat darinya. Dia benar tidak tau apa-apa.
"Oooh begitu ya, bisa membahayakan nyawaku gak?" tanyanya.
"Iya, tentu saja," jawabku mantap.
"Aku mau tanya, apa saja yang udah dia lakuin sama kamu? Jawab!"
"Melakukan apa, Ar? Dia cuma nyuruh aku buat ngejauhin kamu."
Apa? Kurang ajar juga si Angga! Dia sampai menyuruh Ani menjauhiku.
Aku lantas menarik pelan pergelangan tangan Ani. "Yaudah ayo pulang, setelah ini jangan pulang sekolah tanpaku lagi ya."
"Siap bos!" jawab Ani.
Setelah hari itu, aku tidak melihat Angga mendekati Ani. Tentu saja, aku sendiri sudah seperti bodyguard yang melindungi Ani kemana pun dia pergi. Lebih tepatnya cuma pengin si Angga itu tidak ganggu Ani lagi.
Tapi sore ini, dia tau kapan aku lengah.