"Benar-benar emejing." Aku manggut-manggut, kali ini penjelasan Intan mudah dimengerti.
Setelah puas melihat-lihat, kami memutuskan untuk pulang. Ketika melangkah keluar, di depan sudah banyak orang mengerumuni sebuah mading. Kami penasaran, tanpa ada rasa malu, aku dan Intan mulai menerobos melewati kerumunan itu. Kami tidak peduli dengan beberapa orang yang marah ketika mereka merasa terganggu.
Terdapat pengumuman bertuliskan tentang perlombaan melukis, di mana karya dari pemenang akan ikut dipajang di daerah pameran selanjutnya. Bersama dengan lukisan milik seniman terkenal.
"Wah! Ini pasti seru ngeliat karya kita berjejer dan terpajang di dinding bersama dengan seniman terkenal, Tan," kataku yang begitu antusias ingin mengikuti lomba tersebut.
"Lo ngikut, Al?" tanya Intan, dia menoleh menatapku.
"Tentu," jawabku cepat.
Intan tersenyum. "Gue juga."
*
"Nah, selesai," kataku dengan lega lalu meletakkan kuas, dan mencuci tangan pada sebuah baskom.
Sejak pulang dari pemeran lukisan kemarin, aku sibuk melukis. Siang ini sudah selesai. Tanpa kusadari Intan rupanya memperhatikanku sejak tadi dari pintu kamar yang terbuka. Dia terkekeh melihatku sempat terkejut dengan kedatangannya.
"Intan?! Ngapain lo? Kaya setan aja tiba-tiba nongol. Kalau mau dateng chat dulu dong."