Mohon tunggu...
Rofatul Atfah
Rofatul Atfah Mohon Tunggu... Guru - Guru Tidak Tetap

Seorang guru biasa dan Ibu dari anak-anaknya yang istimewa.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kikan, Jangan Jutek Dong!

15 November 2012   09:57 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:19 3913
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

“Wah, kalian memang pasangan yang serasi,” sambut yang lain.

“Kita memang tidak salah mengundang kak Yusuf untuk kegiatan Gelar Ramadhan kemarin. Selain dapat ilmunya, juga ada teman kita yang dilamar menjadi istrinya,”

“Lalu bagaimana dengan sekolahmu ? Kan kelulusan masih enam bulan lagi ?”

“Tidak masalah. Kami hanya menikah secara siri, secara agama. Memang kak Yusuf sendiri yang menginginkan pernikahan ini. Tujuannya agar kami tidak berzinah. Selain itu kak Yusuf kan masih kuliah di Bandung. Jadi memang tidak memungkinkan bertemu setiap hari,”

“Kalau ternyata kamu nanti sampai punya anak bagaimana ?”

“Tidak masalah. Anak kan berarti rezeki. Masa rezeki kita tolak ?”

Bagai disambar meriam VOC, Kikan tersentak kaget. Jadi……kak Yusuf telah…..menikah dengan kakak kelasku sendiri ? Demikian bathin Kikan. Kikan ingin cepat-cepat meninggalkan musholah sekolahnya. Matanya sudah dipenuhi air. Untunglah gak sampai tumpah membanjiri sekolah. Karena Kikan mencoba menahannya sekuat mungkin. Baru di malam hari, di tempat tidurnya Kikan menangis sepuas-puasnya.

Esoknya Kikan mulai meragukan keseriusannya untuk memakai kerudung lagi. Dalam kebimbangan, Kikan yang masih tetap memakai kerudung, berjalan kaki menyusuri mall terkenal yang dekat dengan sekolah. Tampak baju beraneka model terpajang di kaca etalase. Kikan berhenti dan merenung sejenak.

Banyak dari model-model baju yang ada pernah dikenakan Kikan. Namun semenjak Kikan mengikuti pengajian, model-model itu langsung disumbangkan ke orang lain yang ingin memilikinya. Kikan menghela nafas sejenak lalu merenung dalam-dalam. Adakah keinginan untuk mengenakan kembali model tersebut ?

“Ah, perduli dengan model baju itu. Aku memakai kerudung karena memang aku ikhlas untuk memakainya. Bukan semata karena kak Yusuf,” Kikan berkata dalam hati.

Seakan kata-katanya itu bergema dalam hati, maka terbentang jalan lapang untuk Kikan. Kikan pun kembali ceria dan tidak jutek lagi. Kikan juga masih suka cowok imut, meski kali ini untuk menjadi teman belajarnya. Yah….memang buat apa untuk suatu niat yang baik harus tergantung pada seseorang ?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun