“Hai Nabi, katakanlah kepada istri—istrimu, anak-anak perempuan dan istri-istri orang mukmin : hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang,” (Al Ahzab : 59).
“Dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah yang dahulu, (Al Ahzab : 33).”
Tidak kalah mencemaskan, Yusuf juga menyebutkan sebuah hadist shahih yang diriwayatkan Bukhari, yaitu : “ Nabi Muhammad SAW melaknat kaum lelaki yang memakai pakaian seperti kaum wanita dan kaum wanita yang memakai pakaian seperti kaum lelaki, serta melaknat kaum waria baik laki-laki maupun perempuan.”
Malamnya Kikan menangis di tempat tidur. Ia merasa takut dan berdosa. Keesokkan harinya dan hari-hari selanjutnya Kikan berubah total. Dari gadis tomboy, Kikan menjadi gadis sholehah. Keluarga dan teman-temannya terkejut, senang, dan sekaligus bertanya-tanya. Apa yang terjadi dengan Kikan ?
Tetapi Kikan masih belum mau buka mulut. Bukan hanya karena ini bulan Puasa, jadi agak males yang namanya buka mulut. Tapi juga karena gak mau dijadikan tersangka yang kudu diinterogasi macam-macam. Kikan sendiri juga masih dalam suasana psikologis yang katanya “Shock culture” sebagai akibat dari “shock therapy”. Tau gak tuh artinya ? Udah deh, ya, daripada cape nunggu jawaban dari lo pada, lebih baek lanjutin lagi bacanya.
....................................
Maka ketika penutupan kegiatan Ramadhan, diadakan buka puasa bersama. Rohis SMAnya Kikan tidak ketinggalan mengadakan acara buka puasa bersama sendiri. Biar lebih terasa Islami. Begitu alasan mereka. Kikan pun bersemangat untuk hadir. Harapannya Yusuf dapat hadir pula.
Acara demi acara berlalu. Kikan mencari-cari dengan matanya kemana gerangan kak Yusuf ? Ketika Kikan bermaksud ingin tahu, dia melihat ke arah sekelompok akhwat (panggilan untuk kaum perempuan di Rohis) yang merupakan kakak kelasnya, sedang tertawa-tawa kecil. Mereka tampaknya gembira membicarakan sesuatu.
Kikan ingin tahu lebih jauh lagi. Dia mendengar salah-seorang dari mereka berkata.
“Selamat ya, jadi setelah lulus baru diadakan resepsinya ?”
“Benar,” jawab salah-seorang akhwat yang wajahnya kelihatan cantik.