Mohon tunggu...
Eko Nurhuda
Eko Nurhuda Mohon Tunggu... Penulis - Pekerja Serabutan

Peminat sejarah dan penikmat sepak bola yang sedang asyik berkebun di desa transmigrasi. Tulisannya pernah dimuat di Tabloid BOLA, BOLAVaganza, FourFourTwo Indonesia, detikSport, juga Jambi Ekspres, Telusuri.id dan Mojok.co. Sempat pula menelurkan beberapa buku seputar blog-internet juga berkecimpung di dunia novel online dan digital self-publishing.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Saat Brendan Rodgers Tak Lagi Dipercaya Fans Liverpool [On This Day]

4 Oktober 2022   23:40 Diperbarui: 5 Oktober 2022   01:42 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada akhirnya Rodgers harus menerima kenyataan bahwa FSG sebagai pemilik klub berpendapat sama: cukup tiga tahun kesempatan untuknya membenahi Liverpool. Tepat seperti yang pernah dikatakan sendiri oleh manajer tersebut.

Entah kesabaran fan atau pemilik Liverpool yang terlalu tipis, tapi sedikit-banyak langkah ini bisa dimaklumi. Liverpool sudah berada dalam jerat kesemenjanaan, mediocrity, sejak ditinggalkan Rafael Benitez pada 2010.

Sebelum status medioker benar-benar tertempel lekat pada mereka, Liverpool butuh perubahan radikal demi mengembalikan kejayaan. Perubahan radikal itu terwujud dalam bentuk mendepak Rodgers dan mendatangkan Klopp.

Sebuah keputusan yang menurut saya agak disayangkan. Langkah yang mungkin terburu-buru mengingat liga baru berjalan 8 pekan saat itu. Liverpool memang tercecer di peringkat 10 klasemen sementara, tetapi hanya berjarak tiga poin dari peringkat 4 yang merupakan jatah terakhir ke Liga Champion.

Sekadar perbandingan, Arsene Wenger menangani Arsenal sejak 1996 dan baru tiga kali mempersembahkan gelar juara liga. Yang terakhir sudah lama sekali, yakni pada tahun 2004. Rentetan trofinya juga jarang-jarang. Dengan kata lain, prestasinya tidaklah istimewa.

Lalu tengok pula Jose Mourinho di Chelsea. Meski memberi double winner di musim 2014/15, The Blues juga kedodoran di musim 2015/16. Mirip-mirip Liverpool. Bahkan Si London Biru berada di peringkat 16 dan baru menang dua kali dari delapan partai.

Supaya fair, lihat pula bagaimana Klopp mengawali pengabdiannya di Anfield. Manajer asal Jerman tersebut baru memberikan trofi pada tahun 2019, bermakna 4 tahun sejak ditunjuk sebagai pelatih.

Capaian tersebut setahun lebih lama dari kesempatan yang diberikan pada Rodgers. Juga dengan dukungan dana yang tidak setengah hati seperti diberikan pada Rodgers.

Apapun itu, demikianlah jalan nasib yang berlaku bagi Rodgers. Maju 7 tahun kemudian, alias Oktober 2022 ini, nasibnya kembali berada di ujung tanduk mengingat rentetan hasil buruk yang dicatatkan Leicester City.

Semoga saja pemilik Leicester City lebih sabar, demikian pula para fans. Kalau ternyata tidak, ya berarti Rodgers yang harus banyak-banyak bersabar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun