Pada akhirnya Rodgers harus menerima kenyataan bahwa FSG sebagai pemilik klub berpendapat sama: cukup tiga tahun kesempatan untuknya membenahi Liverpool. Tepat seperti yang pernah dikatakan sendiri oleh manajer tersebut.
Entah kesabaran fan atau pemilik Liverpool yang terlalu tipis, tapi sedikit-banyak langkah ini bisa dimaklumi. Liverpool sudah berada dalam jerat kesemenjanaan, mediocrity, sejak ditinggalkan Rafael Benitez pada 2010.
Sebelum status medioker benar-benar tertempel lekat pada mereka, Liverpool butuh perubahan radikal demi mengembalikan kejayaan. Perubahan radikal itu terwujud dalam bentuk mendepak Rodgers dan mendatangkan Klopp.
Sebuah keputusan yang menurut saya agak disayangkan. Langkah yang mungkin terburu-buru mengingat liga baru berjalan 8 pekan saat itu. Liverpool memang tercecer di peringkat 10 klasemen sementara, tetapi hanya berjarak tiga poin dari peringkat 4 yang merupakan jatah terakhir ke Liga Champion.
Sekadar perbandingan, Arsene Wenger menangani Arsenal sejak 1996 dan baru tiga kali mempersembahkan gelar juara liga. Yang terakhir sudah lama sekali, yakni pada tahun 2004. Rentetan trofinya juga jarang-jarang. Dengan kata lain, prestasinya tidaklah istimewa.
Lalu tengok pula Jose Mourinho di Chelsea. Meski memberi double winner di musim 2014/15, The Blues juga kedodoran di musim 2015/16. Mirip-mirip Liverpool. Bahkan Si London Biru berada di peringkat 16 dan baru menang dua kali dari delapan partai.
Supaya fair, lihat pula bagaimana Klopp mengawali pengabdiannya di Anfield. Manajer asal Jerman tersebut baru memberikan trofi pada tahun 2019, bermakna 4 tahun sejak ditunjuk sebagai pelatih.
Capaian tersebut setahun lebih lama dari kesempatan yang diberikan pada Rodgers. Juga dengan dukungan dana yang tidak setengah hati seperti diberikan pada Rodgers.
Apapun itu, demikianlah jalan nasib yang berlaku bagi Rodgers. Maju 7 tahun kemudian, alias Oktober 2022 ini, nasibnya kembali berada di ujung tanduk mengingat rentetan hasil buruk yang dicatatkan Leicester City.
Semoga saja pemilik Leicester City lebih sabar, demikian pula para fans. Kalau ternyata tidak, ya berarti Rodgers yang harus banyak-banyak bersabar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H