Semua itu sebutan-sebutan yang lebih mirip harapan karena Liverpool tidak pernah menjadi juara sejak era Premier League. Trofi Eropa memang sempat diraih--di tahun 2001 dan 2005, tetapi lebih sering tampil sebagai penggembira saja.
Sementara dalam curriculum vitae Rodgers pada saat melamar, hanya ada nama-nama klub semenjana seperti Reading, Watford, Swansea City. Memang ada nama Chelsea terselip di sana, tetapi itu "cuma" sebagai pelatih tim junior.
Pekerjaan Rodgers jadi bertambah berat karena FSG meniadakan jabatan Direktur Olahraga. Sebagai ganti, dibentuklah sebuah Komiter Transfer.
Masalahnya, Rodgers kerap berseberangan pendapat dengan Komite Transfer dalam hal menentukan pemain buruan. Tidak jarang terjadi Rodgers menginginkan satu pemain atas pertimbangan teknis, tetapi komite menghendaki pemain lain dengan pertimbangannya sendiri.
Pembelian Daniel Sturridge pada Januari 2013 bisa dijadikan contoh. Menurut media Inggris, saat itu Rodgers sebenarnya lebih menginginkan Clint Dempsey dari Tottenham Hotspur. Akan tetapi Komite Transfer lebih suka mendatangkan Sturridge.
Beruntung kemudian Sturridge bisa nyetel dengan Luis Suarez, sehingga melahirkan duet SAS yang mendominasi daftar top scorer musim 2013/14. Namun nyata sekali Studge sangat tergantung pada Suarez. Begitu Si Tonggos dilego ke Barcelona, Sturridge memble.
Setelah kasus transfer Sturridge, ada pula kisah pembelian Roberto Firmino yang disebutkan bukan kemauan Rodgers. Alih-alih, pemain Brazil tersebut didatangkan atas kehendak Komite Transfer.
Saat negosiasi dengan Firmino dan 1899 Hoffenheim berlangsung, Rodgers tengah berlibur bersama kekasihnya Charlotte Hinds. Hingga kemudian berseragam Liverpool, Rodgers tak pernah mengumumkan secara resmi bergabungnya Firmino ke dalam tim.
Masih mengutip media Inggris, Rodgers akhirnya dapat memaklumi pembelian Firmino karena punya satu syarat. Syarat tersebut adalah persetujuan Komite Transfer untuk membeli pemain incarannya, yakni Cristian Benteke.
Ketidak-cocokan Rodgers dengan Komite Transfer tak jarang berbuah kegagalan mendatangkan pemain incaran. Fan Liverpool tentu masih mengingat jelas bagaimana Mohamed Salah yang telah lama didekati malah bergabung dengan Chelsea di tahun 2014.
Paling menyesakkan adalah kasus pembelian Yevhen Konoplyanka. Gelandang serang asal Ukraina tersebut sudah sepakat bergabung, negosiasi harga pun sudah rampung, tetapi entah mengapa Konoplyanka tak pernah terbang ke Merseyside untuk menyelesaikan proses transfernya.