Tapi kenyataannya tidak. Aku tidak bisa menahan mereka untuk tinggal selamanya. Tidak ada satupun yang bisa melawan takdir Allah....
//////
Di depan ruang ICU sudah dipenuhi oleh beberapa anggota keluarga besarku. Semua orang disana tertunduk seakan kehilangan harapan berharga. Saya tahu persis suasana seperti apa ini. Mereka sudah bergiliran masuk untuk melihat kondisi Abah. Sekarang giliranku. Suara alat bantu medis menyeruak di ruanagan Abah. Terlihat dari lawang pintu badan Abah dipasangi berbagai macam alat medis itu. Di bagian dada Abah harus dilubangi untuk dimasukkan selang.Dadaku sesak tak karuan, sakit sekali hati ini rasanya ketika melihat Abah harus seperti itu.
Kuhamppiri Abah yang terbaring tak berdaya. Ia menoleh dan menatapku haru.
"Bungaa..." Suara lirih Abah terdengar parau. Berusaha untuk berbicara lagi meskipun sulit. Tak kuasa ku menahan tangis.
“Abah.." Kuhanya bisa menjawab itu. Abah balas hanya dengan senyuman. Akhirnya pertahanan ku runtuh juga. Sudah tak bisa kubendung lagi air mata ini. Dokter tidak mengizinkan kami untuk berlama-lama disii jadi kuputuskan utuk pamit.
“Bah... bunga pulang duluu yaa. Abah cepet sembuh biar bisa marahin bunga yang bandel ini lagi hehe..” ucapku lirih.
Abah hanya membalas dengan anggukan dan melambaikan tangan yang penuh dengan infusan.