Mohon tunggu...
Asa  Wahyu  Setyawan Muchtar
Asa Wahyu Setyawan Muchtar Mohon Tunggu... Guru honorer -

Asa Wahyu Setyawan Muchtar lahir di Malang, 1971. Cerita pendeknya Kastawi Budhal Perang dimuat dalam buku Pidato Tengah Malam, Dukut Imam Widodo, penerbit Dukut Publishing, Surabaya, 2015. Sebagian tulisannya bertema seni budaya dan pendidikan dipublikasikan di harian pagi Malang Post, majalah Berkat (Surabaya). Intens mengaransemen beberapa lagu ( khususnya bertema rohani) dan pernah ditampilkan dalam Pesta Vocal Group Antar Gereja (Peskaldag) tahun 2013 dan 2015 di Malang. Sebagai guru honorer seni budaya dan menjadi peserta aktif dalam Diklat P4TK Seni dan Budaya di Sleman, Jogjakarta tahun 2010 dan 2012. Kini bermukim di Kebonagung Malang. Didapuk sebagai Ketua 1 Eklesia Prodaksen Kebonagung Malang dan penggagas Kelas Menulis di Kebonagung. Bersama tim Eklesia Prodaksen sedang menyiapkan Festival Budaya Kebonagung tahun 2016 dan Antologi Kebonagung yang menghimpun berbagai tulisan dan fotografi tentang Kebonagung. Konsep: Ikutilah kemana imajinasimu mengembara, dan ciptakanlah karya disitu tanpa batasan waktu.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Basah Sembilan Belas Juni

20 Juni 2018   00:42 Diperbarui: 20 Juni 2018   15:28 545
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Cakrawala mulai buram

Berangsur-angsur semakin rapat

Semakin padat

Dan......

Putih bagai kabut sejauh pandangan mengisi sudut-sudut ruang di luar sana

Langit sendu termenung sendiri

Tak lagi bercumbu dengan raja siang di ujung hari

Semakin pilu....

Semakin sendu....

Semakin rindu tak tertahan

Tiada sampai pada setengah lingkar jarum jam menapak...

Wajah langit mulai sembab

Perlahan.... Semakin menebal...

Dan...

Tiada kuasa menahan

Perlahan.... kelopak langit mulai tersayat

Tik.... Tik..... Tik....

Jatuhlah air mata langit

Tak bersuara... Tak tersedu-sedu....

Hari makin senja tak berjingga

Hari makin gelap merapat

Air mata langit tetap menetes

satu satu.... dua dua....

Seketika deras.... 

Seketika satu satu.... dua dua...

Termenungku mulai hanyut

Hanyut oleh detak nadi dan jantung

Jantung yang terus menari

Menari dan bergayut pada detak jantung

Jantung dan nadi seirama hanyut

Hanyut membawa kutermenung

.................................................................

Dua jengkal lagi....

Genaplah setengah abad jantungku terus berdetak

Duapuluh tujuh jengkal lagi....

Genaplah dua per tiga abad jantungku terus berdetak

Limapuluh dua jengkal lagi....

Genaplah se-abad jantungku terus berdetak

Banyak sudah liur-liur langit kujilati....

Banyak sudah hamparan tanah kupaguti....

Tak sedikit mata air kuludahi

Begitu kuatnya detak jantungku memompa... mendesak....

Membawaku pada petang ini

Tik.... Tik.... Tik....

Satu satu.... dua dua....

Air mata langit terus menetes

Menetes.... mengucur perlahan...

Basah sudah sembilan belas juniku

Aku tak lagi merenung tercenung....

Aku tak lagi merenung terkungkung....

Gairah nafsuku melonjak hingga ujung langit putih

Menembus dinding dinding keraguan

Mengiris iris sekat kelambu kelabu

Membuka tabir harapan

Agar kutahu.... bahwa aku mampu

Basah sembilan belas juniku....

Bukan penghapus harapan

Basah sembilan belas juniku....

Bagaikan pintu pengharapan

Basah sembilan belas juniku....

Penyejuk di tengah kegerahan

Tik.... Tik.... Tik....

Pelan.... lambat....

Satu satu.... dua dua....

Damai bersamaku....   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun