Mohon tunggu...
Bulan Saskiyah
Bulan Saskiyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - UIN Walisongo Semarang

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Murattal Al-Qur'an sebagai Metode Penanganan Insomnia (Paham Kajian Psikoneuroimonologi)

12 Februari 2024   21:05 Diperbarui: 12 Februari 2024   21:10 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PENDAHULUAN 

Insomnia memiliki dampak serius pada berbagai aspek kehidupan manusia di seluruh dunia. Dengan merujuk pada informasi yang disampaikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sekitar 18% dari populasi dunia mengalami kesulitan tidur. Diperkirakan bahwa satu dari tiga individu mengalami insomnia. Di Indonesia, terdapat sekitar 28% dari total populasi 238 juta penduduk terkonfirmasi insomnia, atau sekitar 10% dari keseluruhan populasi. Angka ini setara dengan sekitar 28 juta orang yang mengalami insomnia (Ansori, 2019).

Adapun kata insomnia atau istilah gangguan tidur sudah menjadi topik pembahasan dikalangan masyarakat terutama pada kalangan remaja dan lansia, sehingga insomnia ini sudah menjadi habit atau kebiasaan. Istilah Insomnia atau gangguan tidur merujuk pada situasi ketika seseorang mengalami kesulitan untuk memulai tidur.

Insomnia  pada seseorang dapat menyebabkan  ketidakseimbangan fisiologis dan psikologis, yang memberikan dampak pada penurunan aktivitas sehari-hari, kelelahan, kelemahan, koordinasi neuromuskular yang kurang optimal, proses penyembuhan yang terhambat, penurunan daya tahan tubuh, dan ketidakstabilan tanda vital. Sebaliknya, konsekuensi psikologisnya mencakup depresi, kecemasan, ketidakmampuan untuk berkonsentrasi, dan rendahnya kemampuan dalam mengatasi stres (Rahmani & Rosidin, 2020). Insomnia memiliki dampak merugikan terhadap kesehatan, termasuk peningkatan respons terhadap stres, nyeri fisik, penurunan kualitas hidup, tekanan emosional, risiko kecelakaan, gangguan suasana hati, masalah memori, penurunan kinerja, hipertensi, dislipidemia, penyakit kardiovaskular, masalah berat badan, sindrom metabolik, diabetes, dan kanker kolorektal (Gordon et al., 2022).

Insomnia pada individu bisa dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk faktor-faktor seperti lingkungan, kondisi penyakit, kesehatan psikologis, nutrisi yang tidak memadai, serta kelelahan akibat aktivitas fisik yang memerlukan waktu tidur lebih lanjut untuk menjaga keseimbangan energi.

Dalam usaha menangani permasalahan ini, banyak individu mencari pendekatan intervensi yang serius untuk mengatasi insomnia. Pendekatan ini melibatkan berbagai variasi strategi farmakologi, seperti Benzodiazepin, Nonbenzodiazepin - hipnotik, dan berbagai obat lain yang dapat memprovokasi efek tertidur. Selain itu, pendekatan nonfarmakologi juga merupakan bagian dari solusi, yang mencakup terapi kognitif dan perilaku seperti: kebiasaan tidur yang baik (sleep hygiene), pembatasan waktu tidur (sleep restriction), terapi relaksasi, dan kontrol stimulus (stimulus control therapy). (Sholehah, 2013).

Salah satu pendekatan nonfarmakologi yang dapat diambil adalah melalui psikoterapi menggunakan Murattal Al-Qur'an. Hasil penelitian menyatakan bahwa penggunaan Murattal Al-Qur'an efektif dalam mengurangi gejala insomnia. Fenomena ini dapat dijelaskan oleh karakteristik doa-doa lembut dalam Al-Qur'an, yang dapat menciptakan vibrasi yang kuat untuk merangsang perubahan mental. Di samping itu, Murattal Al-Qur'an memiliki potensi penyembuhan yang efektif, memberikan ketenangan saat menghadapi perasaan sedih, meredakan kegelisahan jiwa, membersihkan serta melunakkan hati yang keras, dan memberikan arahan hidup. Signifikansinya dalam mencapai ketenangan dan kebahagiaan jiwa diakui sebagai elemen kunci dalam menjaga kesehatan mental, dan manfaat ini menjadi landasan untuk menerapkan psikoterapi (Sangkan, 2004 dalam Sari & Asiva, 2019).

Murattal Al-Qur'an adalah ekspresi pembacaan atau pengucapan ayat-ayat Al-Qur'an yang ditandai dengan keindahan dan kedalaman tertentu. Praktik ini mencakup tindakan membaca atau merekam suara seseorang yang melafalkan teks Al-Qur'an dengan intonasi yang memikat, ritme yang indah, dan kekhusyukan, memberikan inspirasi kepada para pendengarnya (Risnawati, 2017).

Oleh sebab itu, berdasarkan penjelasan di atas, penelitian ini dilaksanakan dengan menerapkan pendekatan penelitian kualitatif deskriptif yang berfokus pada data-data melalui analisis literatur. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini melibatkan data primer dan data sekunder.

Penelitian mengenai Murattal Al-Qur'an dan insomnia tidak muncul begitu saja. Penelitian ini didasari oleh penelitian terdahulu. Sebuah artikel yang berjudul "Upaya Coping (Mendengarkan Murattal Al-Qur'an) dalam Menangani Gangguan Tidur Melalui Layanan Konselling Perorangan" telah dibuat oleh Puspita Nurani dan Siti Muyana dilakukan pada tanggal Selasa, 18 Juli 2023, di lembaga Universitas Ahmad Dahlan. Penelitian ini menerapkan metode pendekatan kualitatif, dan hasil dari temuan penelitian ini adalah bahwa Murattal Al-Qur'an memiliki kemampuan untuk mengurangi masalah tidur. Namun, faktor fisiologis seperti cemas, stres dan keadaan sakit justru dapat memperburuk kualitas tidur seseorang. Hal ini menunjukkan bahwa Murattal Al-Qur'an mempunyai fungsi terhadap tingkat gangguan tidur atau insomnia.

Penelitian mengenai signifikansi Al-Qur'an, gangguan tidur, khususnya insomnia. Di antara referensi tersebut, terdapat sebuah jurnal berjudul "Efektivitas Terapi Mendengarkan Murattal Al-Qur'an dalam Mengatasi Insomnia pada Kelompok Lansia di Panti Jompo Dongkelsari Sleman Yogyakarta," yang ditulis oleh Fatma Siti Fatimah dan Zulkhah Noor serta dilaksanakan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Yogyakarta. Desain penelitian ini menerapkan metode quasi eksperimen dengan kelompok kontrol, yang dilakukan pre dan post test. Kontribusi utama dari penelitian ini adalah untuk mendemonstrasikan bagaimana Al-Qur'an secara efisien mengatasi kesulitan tidur malam di Panti Jompo Dongkelsari Sleman Yogyakarta.

Oleh sebab itu, peneliti sangat menarik untuk mengkaji dan menyelidiki lebih dalam bagaimana Murattal Al-Qur'an dapat memberikan bantuan kepada individu yang sedang menghadapi masalah insomnia.

Berdasarkan konteks yang telah diuraikan, peneliti memunculkan permasalahan berikut:

  • Apa pengertian dari insomnia?
  • Bagaimana diagnosis insomnia?
  • Faktor apa saja yang mempengaruhi insomnia?
  • Apa dampak insomnia terhadap kualitas hidup dan kesehatan?
  • Insomnia dalam kajian neurologi?
  • Apa pengertian Murattal Al-Qur'an?
  • Bagaimana dampak Murattal Al-Qur'an terhadap kondisi insomnia?
  • Bagaimana metode Murattal Al-Qur'an dalam menangani insomnia?

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bahwa Murattal Al-Qur'an memiliki potensi dalam mengatasi insomnia.

METODE 

Artikel ini dikaji oleh penulis dengan menggunakan metode kualitatif yang melibatkan analisis literatur. Tinjauan kajian literatur ini digunakan untuk memperoleh gambaran atau dasar yang membentuk landasan teori, kerangka berpikir, serta mampu digunakan dalam menentukan hipotesis mengenai penggunaan Murattal Al-Qur'an sebagai penanganan insomnia. Informasi diperoleh dari penggunaan jurnal akademik yang dapat diakses melalui Google Scholar (https://scholar.google.com). Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang diterapkan adalah triangulasi data, sesuai konsep yang dijelaskan oleh Sugiyono pada tahun 2015 (halaman 83). Triangulasi data merupakan suatu teknik pengumpulan data yang melibatkan dan mengintegrasikan berbagai sumber dan jenis data yang telah ada. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, mencakup artikel, jurnal, dan berbagai sumber yang relevan. Proses analisis data yang dilakukan bersifat induktif, menerapkan teknik analisis deskriptif dan reduksi data.

HASIL 

  • Pengertian insomnia

Insomnia, yang juga dikenal sebagai gangguan tidur, mengacu pada keadaan ketika seseorang mengalami kesulitan untuk memulai tidur. "DSM IV (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder, 2000)", mendefinisikan insomnia sebagai kesulitan individu dalam memulai tidur, menjaga tidur, dan mengalami kualitas tidur yang buruk. Dalam buku "Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas PPDGJ III" tahun 2001, dijelaskan bahwa insomnia adalah suatu kondisi tidur yang tidak memadai baik dari segi kuantitas maupun kualitas, yang berlangsung dalam periode waktu tertentu.  

Menurut Santoso (2003:15), World Health Organization (WHO) mengklasifikasikan insomnia sebagai bagian dari "disoder of intiating and maintining sleeps (DIMS)," yang terbagi menjadi tiga kategori sebagai berikut: (1) Insomnia jangka panjang atau kesulitan tidur yang berlangsung hampir setiap malam selama tiga minggu atau lebih, umumnya diakibatkan oleh gangguan psikiatrik, konsumsi alkohol atau menyalahgunakan obat-obatan. (2) lnsomnia jangka pendek atau kesulitan kesulitan tidur yang terjadi hingga tiga minggu dan diakibatkan oleh trauma atau penyakit. (3) Insomnia sementara atau kesulitan tidur yang terjadi selama dua atau tiga hari dan dipicu karena  faktor eksternal.

Berdasarkan penelitian Menurut (Puspitasari, 2020), insomnia adalah keadaan di mana seseorang kesulitan untuk mendapatkan tidur yang memadai, baik dari segi kualitas maupun kuantitas, dengan tidur yang singkat atau kesulitan untuk tidur.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Seoud, 2004), insomnia dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori, yaitu insomnia sekunder dan insomnia primer. Insomnia sekunder merupakan jenis insomnia yang disebabkan oleh faktor medis, psikiatri, atau pengaruh substansi tertentu. Sementara itu, insomnia primer adalah tipe insomnia yang muncul akibat faktor psikologis.

Berdasarkan sejumlah definisi yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa insomnia merujuk pada kondisi dimana seseorang menghadapi kesulitan dalam memulai atau mempertahankan tidur, mengalami kualitas tidur yang rendah, dan menghadapi dampak negatif pada aktivitas sehari-hari akibat gangguan kualitas tidurnya.

  • Diagnosis Insomnia 

Menurut (Bhasin, H. 2016), diagnosis insomnia dapat dilakukan apabila terdapat keluhan mengenai gangguan tidur yang terkait dengan tingkat stres atau penurunan fungsi emosional minimal selama satu bulan.  Insomnia dapat dikelompokkan ke dalam  tiga kategori, yakni transient insomnia atau insomnia sementara, insomnia akut, dan insomnia kronis. Transient insomnia biasanya terjadi dalam kurun waktu sekitar seminggu akibat perubahan pola tidur, situasi stres, atau depresi berat. Insomnia akut, di sisi lain, muncul sebagai akibat dari penyakit fisik dan sering ditandai dengan tekanan kerja atau gangguan dalam aktivitas sehari-hari. Sebaliknya, insomnia kronis, yang disebabkan oleh masalah psikologis seperti halusinasi, merupakan jenis insomnia yang dapat menghancurkan kualitas hidup dan memicu gangguan mental dan fisik.

Sebagaimana dijelaskan dalam "Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders-IV (DSM-IV)," kriteria diagnosis insomnia pada pasien melibatkan: (1) keluhan yang paling umum terkait dengan Kesulitan memulai tidur, dan ketidakmampuan untuk memperbaiki pola tidur selama setidaknya satu bulan. (2) Insomnia ini dapat menyebabkan stres pada penderita, mengakibatkan gangguan fungsi sosial dan pekerjaan. (3) Insomnia akibat faktor psikologis ini tidak termasuk dalam kategori narkolepsi, gangguan tidur yang terkait dengan pernapasan, gangguan ritme sirkadian, atau parasomnia. (4) Insomnia akibat faktor psikologis tidak terkait dengan gangguan mental lain seperti gangguan depresi atau delirium. (5) Insomnia akibat faktor psikologis tidak dipicu oleh efek fisiologis langsung dari suatu zat, seperti penyalahgunaan obat atau kondisi medis umum.

  • Faktor-Faktor Mempengaruhi Insomnia 

Adapun faktor yang mempengaruhi pola tidur seseorang itu ialah faktor lingkungan, kondisi penyakit, kesehatan psikologis, nutrisi yang tidak memadai, serta kelelahan akibat aktivitas fisik yang memerlukan waktu tidur lebih lanjut untuk menjaga keseimbangan energi (Sumirta & Laraswati, 2017).

Menurut laporan yang disusun oleh (Alawiyah, 2009), terdapat berbagai faktor penyebab insomnia atau kesulitan tidur berdasarkan data tentang gangguan tidur. Beberapa faktor tersebut mencakup penyakit asma (61%--74%), kecemasan (65%), gangguan pernapasan (40%--50%), kram kaki malam hari (16%), demensia (5%), dan perubahan jadwal kerja yang mengganggu tidur (2%--5%). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa kecemasan merupakan salah satu penyebab umum insomnia pada seseorang.

Insomnia dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk aspek-aspek gaya hidup, seperti kebiasaan mengonsumsi alkohol, merokok, kopi (yang mengandung kafein), dan kurangnya aktivitas fisik atau olahraga (Wulandari, 2011). Gaya hidup seperti merokok, mengonsumsi minuman berkafein, dan kurangnya berolahraga dapat menyebabkan terjadinya insomnia. Oleh karena itu, disarankan untuk melakukan aktivitas olahraga selama 30 menit setiap pagi, dan juga tidur siang selama 30 menit. Pendekatan ini disesuaikan dengan kebutuhan jam biologis manusia, dimana tidur siang selama 30 menit dapat meningkatkan semangat dan kesehatan secara keseluruhan. Individu yang merokok cenderung memerlukan waktu tidur dua kali lebih lama dan lebih mungkin terbangun lebih sering dibandingkan dengan mereka yang tidak merokok. Selain itu, bagi individu yang rentan terhadap konsumsi kopi atau kafein, mengonsumsi dua gelas kopi atau lebih dapat menyebabkan penurunan total waktu tidur sebanyak dua jam dan peningkatan kebutuhkan waktu tidur, sebagaimana dikemukakan oleh (Ernawati dan Sudaryanto Agus, 2009).

  • Dampak Insomnia 

Insomnia memiliki konsekuensi yang signifikan terhadap kualitas hidup, produktivitas, dan keselamatan seseorang. Dalam situasi tertentu, dampak insomnia dapat menjadi lebih serius. Dampak insomnia menurut (Rafknowledge, 2004) adalah : (a) Individu yang mengalami insomnia cenderung lebih rentan terhadap depresi dibandingkan dengan individu yang dapat tidur dengan baik. (b) Kekurangan tidur yang disebabkan oleh insomnia dapat berkontribusi munculnya berbagai penyakit, seperti penyakit jantung. (c) Insomnia berisiko mengantuk atau tertidur di siang hari dapat menjadi ancaman terhadap keselamatan ditempat kerja, termasuk ketika sedang mengemudi kendaraan. (d) Orang yang mengalami insomnia mungkin menghabiskan lebih banyak waktu dari pekerjaan mereka karena kesulitan tidur, yang dapat mengakibatkan kehilangan produktivitas. (e) Tidur malam yang buruk, dapat menurunkan kemampuan seseorang untuk menjalani aktivitas sehari-hari dengan baik.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Munir (2015) Sebagaimana dikutip dalam Rosmaliana (2020), dampak insomnia melibatkan gejala seperti kelelahan, kesulitan dalam berkonsentrasi, mengantuk saat beraktifitas disiang hari, penurunan motivasi dan kinerja sosial yang buruk. Kondisi insomnia juga dapat menghambat kemampuan untuk menjalani aktivitas sepanjang hari, mengurangi energi dan suasana hati, berdampak pada kesehatan dan kualitas hidup, serta menimbulkan rasa frustasi bagi mereka yang mengalami insomnia. Keadaan insomnia yang berlangsung dalam jangka waktu tertentu dapat mengakibatkan gangguan kesehatan, baik secara mental maupun fisik.

Dikutip dari sumber informasi WebMD dan The Institute of Medicine (IOM) Committee on Sleep Medicine and Research, berikut adalah sejumlah dampak insomnia terhadap kesehatan yang perlu diberikan perhatikan.

  • Peningkatan Risiko Asma

Insomnia tidak hanya terkait dengan asma, tetapi juga menunjukkan bahwa orang yang mengalami gangguan tidur kronis memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk mengembangkan penyakit asma.

  • Peningkatan Risiko Penyakit Jantung.

Kualitas tidur yang kurang optimal dapat meningkatkan risiko terkena penyakit jantung, termasuk ketidakaturan denyut jantung, gagal jantung, dan risiko penyakit jantung koroner. Gangguan tidur terjadi dalam jangka waktu yang lama dapat memicu peningkatan tingkat stres, yang berpotensi memperburuk kondisi kesehatan jantung.

  • Menyebabkan Masalah Kesehatan mental

Individu yang mengalami insomnia memiliki risiko sepuluh kali lipat lebih tinggi untuk mengalami depresi, gangguan kecemasan, dan bahkan dapat muncul pemikiran untuk mengakhiri hidup. Risiko ini terkait dengan perubahan yang signifikan dalam suasana hati, yang secara drastis mempengaruhi fungsi kognitif dan motorik.

  • Meningkatkan Tekanan Darah

Tekanan darah secara alami mengalami penurunan selama tidur; namun, kurang tidur dapat mengganggu ritme alami tubuh, menyebabkan tekanan darah cenderung tetap tinggi dalam durasi yang lebih lama. Berdasarkan beberapa penelitian, risiko terkena penyakit jantung dan stroke dapat meningkat hingga 45 persen akibat insomnia, yaitu kurang dari 5 jam setiap malam.

  • Meningkatkan Berat Badan

Kurang tidur mengakibatkan penurunan produksi hormon leptin, yang berperan dalam menekan nafsu makan, sementara hormon ghrelin yang meningkatkan nafsu makan menjadi lebih dominan. Akibatnya, individu yang mengalami kesulitan tidur cenderung mengonsumsi kalori lebih banyak daripada yang sebenarnya dibutuhkan oleh tubuh, meningkatkan risiko obesitas.

  • Menurunkan Sistem Kekebalan Tubuh

Ketika Individu tidak mendapatkan waktu tidur yang memadai dapat menyebabkan penurunan fungsi sistem kekebalan tubuh. Kurang tidur meningkatkan risiko peradangan dan menghambat kinerja sistem imun, menjadikan tubuh lebih lebih rentan terhadap serangan penyakit.

  • Menyebabkan Gaya Hidup yang Kurang Sehat.

Perubahan suasana hati akibat kurang tidur dapat memicu adopsi gaya hidup yang tidak sehat. Ini mencakup kecenderungan untuk mengonsumsi minuman beralkohol atau menggunakan obat-obatan terlarang, termasuk penggunaan obat tidur.

  • Menurunkan Kemampuan Kognitif.

Kurang tidur dapat menyebabkan ketidakmampuan untuk mengendalikan sebagian area otak, yang mengakibatkan individu memiliki pikiran yang berkelana tanpa kendali. Kondisi ini kemudian dapat menyulitkan konsentrasi dan mengganggu fungsi ingatan jangka pendek.

  • Insomnia Dalam Kajian Neurologi 

Dalam lingkup neurologi, insomnia dapat terhubung dengan sejumlah faktor dan proses neurologis (Mayer et al., 2021). Beberapa dimensi yang berperan dalam konteks neurologis terkait dengan insomnia mencakup:

  • Kelainan dalam pola tidur:
  • Pola Tidur-Wake:

Insomnia terkait dengan ketidaknormalan dalam pengaturan siklus tidur-wake yang dikendalikan oleh pusat tidur di otak, khususnya di hipotalamus.

  • Neurotransmitter:
  • Serotonin dan Noradrenalin:

Kedua neurotransmitter ini berfungsi mengatur suasana hati dan pola tidur. Keidaknormalan dalam sistem neurotransmitter ini dapat menjadi faktor kontributor terhadap insomnia.

  • GABA (Gamma-Aminobutyric Acid):

GABA merupakan neurotransmitter yang memiliki peran dalam menghambat aktivitas saraf. Ketidakcukupan GABA atau ketidakseimbangan dalam sistem ini dapat menimbulkan kesulitan tidur.

  • Hormon dan Peptida:
  • Melatonin:

Hormon melatonin dihasilkan oleh kelenjar pineal sebagai respons terhadap kondisi gelap, berperan dalam mengatur siklus tidur-wake. Ketidaknormalan dalam produksi melatonin dapat menjadi pemicu insomnia.

  • Hormon Stres (contohnya, kortisol):

Situasi stres yang memicu peningkatan produksi hormon stres dapat menghambat tidur.

  • Gangguan Neurologis:
  • Insomnia Sekunder:

Insomnia bisa menjadi manifestasi dari gangguan neurologis yang mendasarinya, seperti sindrom kaki gelisah, sleep apnea, atau ketidakseimbangan sirkadian.

  • Sakit Kepala dan ketidaknyamanan leher:

Beberapa kondisi neurologis, seperti migrain atau penyakit neurodegeneratif, dapat menyebabkan rasa sakit kepala dan ketidaknyamanan fisik yang mengganggu tidur.

  • Gangguan Mental:
  • Depresi dan Kecemasan:

Kondisi neurologis, seperti depresi dan kecemasan, memiliki dampak yang signifikan pada ritme tidur dan dapat menyebabkan munculnya insomnia.

  • Pemantauan Aktivitas Otak:

Teknik Polisomnografi, yang melibatkan pemantauan aktivitas otak selama tidur, dapat membantu mengenali  pola tidur yang tidak normal yang mungkin berhubungan dengan insomnia.

Penting untuk dicatat bahwa insomnia bersifat kompleks dan melibatkan berbagai faktor-faktor, seperti kebiasaan tidur, lingkungan tidur, dan aspek psikososial. Strategi penanganan insomnia dapat mencakup perubahan gaya hidup, terapi perilaku kognitif, dan penggunaan obat-obatan tertentu sesuai dengan indikasi medis. Jika seseorang menghadapi kesulitan tidur, disarankan untuk berkonsultasi dengan profesional medis, termasuk ahli neurologi, untuk menentukan penyebab spesifik.

  • Definisi Murattal Al-Qur'an 

Murattal merupakan istilah dalam bahasa Arab yang berasal dari kata "murattil," merujuk pada proses membaca atau melantunkan Al-Quran dengan penerapan tajwid yang akurat. Murattal Al-Quran mengacu pada pengucapan atau lantunan ayat-ayat Al-Quran yang mematuhi ketentuan tajwid, intonasi, dan makhorijul huruf (tempat keluarnya huruf) secara akurat. Pembacaan Murattal Al-Quran umumnya dilakukan oleh qari atau qariah, yaitu individu yang memiliki keahlian khusus dalam membaca Al-Quran dengan suara yang indah dan merdu, melibatkan keahlian tajwid yang tinggi (Widaryati, 2018 dalam Suryani, 2021).Top of Form Salah satu metode yang digunakan untuk mengevaluasi efek dari terapi Al-Qur'an adalah dengan memutar rekaman audio atau video Al-Qur'an, idealnya dilakukan dalam rentang waktu tidak lebih dari 10 hingga 20 menit sebelum tidur. Baik pada siang maupun malam, hasil dari kondisi ini merangsang relaksasi otot-otot dalam tubuh, sehingga secara efektif mengurangi potensi gangguan tidur (Martini et al., 2018).

  • Dampak Murattal Al-Qur'an Terhadap Insomnia

Dampak Murattal Al-Qur'an dengan irama yang tenang terhadap insomnia dari perspektif psikologi dapat melibatkan kemampuannya untuk mengurangi produksi hormon stres. (Nadhifatus, 2018, sebagaimana dalam Iksan & Hastuti, 2020).

Menurut hasil studi yang dilakukan pada tahun 2015 oleh Abdurrachman dan Andhika, penggunaan Murattal sebagai pengganti terapi musik telah terbukti menjadi salah satu alternatif relaksasi  yang paling efektif bila dibandingkan dengan terapi musik. Hal ini disebabkan oleh  manfaat penggunaan terapi Murattal untuk relaksasi, yang mencakup peningkatan signifikan dalam kandungan alfa hemoglobin sebanyak 63,11%. Hal ini memiliki dampak positif dalam meningkatkan kemampuan tubuh untuk mencapai keadaan relaksasi, serta meningkatkan aktivitas fisik seperti berpikir positif dan ekspresi emosi yang sehat.

Dampak Murattal Al-Quran terhadap insomnia dari sudut pandang neurologi dapat dijelaskan melalui konteks patofisiologi mekanisme stimulasi auditori. Keterlibatan audio dalam sistem limbik serebral, seperti aksis hipotalamus, hipofisis, adrenal, dan kompleks amigdala, terjadi pada area pendengaran dan jalur saraf (sirkuit emosi). Stimulasi audio memicu respons psikofisiologis dengan memengaruhi sistem limbik, yang kemungkinan merangsang pelepasan hormon-hormon seperti serotonin, dopamin, dan norepinefrin di sinapsis, pada akhirnya mengurangi tingkat stres. (Pramesona, Taneepanichskul, 2018, sebagaimana dalam Iksan & Hastuti, 2020).

Dari sudut pandang kesehatan, dapat dijelaskan bahwa Murattal Al-Quran juga memiliki dampak positif, termasuk mengurangi kadar hormon stres, memicu pelepasan hormon endorfin alami, meningkatkan tingkat relaksasi, mengalihkan perasaan takut, cemas dan tegang, serta memperbaiki keseimbangan kimia tubuh. Dampak ini turut berperan dalam menurunkan tekanan darah,  melambatkan laju pernafasan, denyut nadi, dan aktivitas gelombang otak (Heru, 2008).

  • Metode Al-Qur'an Dalam Menangani Insomnia 

Salah satu metode yang diterapkan untuk menilai efek dari terapi Al-Qur'an adalah dengan memutar rekaman audio atau video Al-Qur'an, yang sebaiknya dilakukan dalam rentang waktu tidak lebih dari 10 hingga 20 menit sebelum tidur. Langkah ini dipilih karena individu yang menjalani prosedur ini akan lebih mungkin memasuki tahap NREM ketiga dan keempat tidur, baik pada siang maupun malam, akibat dari kondisi yang merangsang relaksasi otot-otot dalam tubuh, yang pada gilirannya meminimalkan potensi gangguan tidur (Martini et al., 2018).

PEMBAHASAN 

Berdasarkan hasil diatas, bahwa insomnia adalah kondisi dimana seseorang mengalami kesulitan dalam memulai atau menjaga tidur, mengalami tidur yang berkualitas rendah, dan mengalami dampak negatif pada aktivitas sehari-hari akibat gangguan kualitas tidurnya.

Dengan merujuk pada informasi yang disampaikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), ditemukan bahwa sekitar 18% dari seluruh populasi global mengalami insomnia. Terdapat perkiraan bahwa satu dari tiga individu menghadapi kondisi insomnia. Di Indonesia, prevalensi insomnia diperkirakan mencapai sekitar 28% dari total penduduk yang berjumlah 238 juta, atau sekitar 10% dari keseluruhan jumlah penduduk. Angka ini mencerminkan sekitar 28 juta orang yang mengalami insomnia.

Klasifikasi diagnosis insomnia meliputi tiga jenis, yakni, transient insomnia atau insomnia sementara, insomnia akut, dan insomnia kronis. Insomnia sementara muncul sebagai respons terhadap perubahan dalam pola tidur, situasi stres atau, depresi berat. Insomnia akut terkait dengan stres yang berhubungan dengan pekerjaan atau aktivitas sehari-hari. Sementara itu,  insomnia kronis terjadi sebagai dampak dari gangguan psikologis seperti halusinasi.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi insomnia sebagai berikut: Faktor lingkungan, kondisi penyakit seperti: penyakit asma, kecemasan, kram kaki pada malam hari, demensia, kesehatan psikologis, gaya hidup seseorang seperti: kebiasaan mengkonsumsi alkohol, merokok, kopi (kafein), serta kurangnya olahraga.

Dampak insomnia dikelompokkan menjadi dua aspek utama, yaitu: dampak terhadap kualitas hidup dan kesehatan. Terhadap kualitas hidup, individu yang mengalami insomnia cenderung lebih rentan terhadap depresi dan kecemasan, insomnia mengancam keselamatan seseorang terutama orang yang sedang mengemudi kendaraan, kelelahan, kesulitan dalam berkonsentrasi, penurunan motivasi, dan mengantuk saat beraktivitas siang hari. Sementara itu, dampak terhadap kesehatan mecakup meningkatkan risiko asma dan jantung, memicu masalah kesehatan mental, meningkatkan tekanan darah, meningkatkan berat badan, menurunkan sistem kekebalan tubuh, memicu gaya hidup yang tidak sehat, dan penurunan kemampuan kognitif.

Dalam bidang kajian neurologi, Insomnia memiliki dampak pada fungsi hipotalamus, neurotransmitter tertentu, seperti GABA (Gamma-Amibobutyric-Acid) yang berperan  sebagai penghambat aktivitas sistem saraf, serta hormon dan peptida, termasuk kortisol. Selain itu, gangguan neurologis, seperti sakit kepala dan ketidaknyamanan pada leher, juga dapat terkait dengan kondisi insomnia.

Pengertian Murattal Al-Qur'an ialah tindakan membaca atau melantunkan Al-Qur'an dengan penerapan tajwid yang tepat, intonasi, dan makhorijul huruf (tempat keluarnya huruf) secara akurat. Biasanya Murottal Al-Qur'an dilakukan oleh qari dan qariah.

Dari sudut pandang psikologi, pengaruh Murattal Al-Qur'an dengan irama yang tenang terhadap insomnia dapat mengurangi produksi hormon stres. Sementara itu, dalam perspektif neurologi, dampaknya terhadap insomnia dapat dijelaskan melalui konteks patofisiologi mekanisme stimulasi auditori. Keterlibatan audio dalam sistem limbik serebral, seperti aksis hipotalamus, hipofisis, adrenal, dan kompleks amigdala, terjadi pada area pendengaran dan jalur saraf (sirkuit emosi), yang pada akhirnya mengurangi tingkat stres. Dari segi kesehatan, dapat diungkapkan bahwa Murattal Al-Qur'an juga memberikan efek positif, termasuk menurunkan tekanan darah,  melambatkan laju pernafasan, denyut nadi, dan aktivitas gelombang otak

Adapun metode Al-Qur'an dalam menangani insomnia itu dengan memutar rekaman audio atau video Al-Qur'an, yang sebaiknya dilakukan dalam rentang waktu tidak lebih dari 10 hingga 20 menit sebelum tidur, baik pada siang maupun malam hari.

KESIMPULAN  

Kesimpulan terkait Murattal Al-Qur'an sebagai metode penanganan insomnia menunjukkan bahwa penerapan Murattal Al-Qur'an memberikan dampak positif dalam mengatasi insomnia atau kesulitan tidur. Dalam konteks patofisiologi mekanisme stimulasi auditori, terjadi keterkaitan dengan sistem limbik serebral, mencakup aksis hipotalamus, hipofisis, adrenal, dan kompleks amigdala, serta melibatkan area pendengaran dan jalur saraf yang terkait dengan sirkuit emosi. Stimulasi audio dari Murottal Al-Qur'an menghasilkan respons psikofisiologis yang mencakup pengurangan tingkat stres melalui pelepasan hormon-hormon seperti serotonin, dopamin, dan norepinefrin di sinapsis.

Metode ini diterapkan dengan memutar rekaman audio atau video Al-Qur'an selama 10 hingga 20 menit sebelum tidur, baik pada waktu siang maupun malam hari. Pendekatan ini memiliki potensi untuk menciptakan suasana yang menenangkan, meningkatkan perasaan relaksasi, dan memperbaiki keseimbangan sistem tubuh. Oleh karena itu, Murottal Al-Qur'an dapat dianggap sebagai pendekatan yang holistik dan bermanfaat dalam mengatasi insomnia, memberikan dampak positif pada aspek psikofisiologis yang terlibat dalam kualitas tidur. Peneliti berharap bahwa hasil penelitian ini akan memberikan kontribusi positif kepada para pembaca. Meskipun demikian, terdapat beberapa kesalahpahaman yang perlu diperbaiki dalam penelitian ini. Maka, peneliti-peneliti yang akan melakukan penelitian lebih lanjut diharapkan dapat memperoleh wawasan yang lebih mendalam di masayang akan datang. Walau begitu, harapannya adalah bahwa artikel ini dapat menjadi salah satu sumber ilmu yang berharga terkait dengan penggunaan Murottal Al-Qur'an sebagai metode untuk mengatasi insomnia.

DAFTAR PUSTAKA

Alawiyah,Tuti. 2009. Gambaran Gangguan Pola Tidur Pada Perawat di RS Syarif Hidayatullah Jakarta [Skripsi]. Jakarta:Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Ansori. (2019). Prevalensi insomnia pada lansia. Paper Knowledge . Toward a Media History of Documents, 3(April), 49--58.

Gordon, N. P., Yao, J. H., Brickner, L. A., & Lo, J. C. (2022). Prevalence of sleep-related problems and risks in a community-dwelling older adult population: a cross-sectional survey-based study. BMC Public Health, 22(1), 1--12. https://doi.org/10.1186/s12889-022-14443-8

Iksan, R. R., & Hastuti, E. (2020). Terapi Murotal dalam Upaya Meningkatkan Kualitas Tidur Lansia. Jurnal Keperawatan Silampari, 3(2), 597--606. https://doi.org/10.31539/jks.v3i2.1091

Martini, S., Roshifanni, S., & Marzela, F. (2018). Pola Tidur yang Buruk Meningkatkan Risiko Hipertensi Poor Sleep Pattern Increases Risk of Hypertension. Jurnal Mkmi, 14(3), 297--303. https://journal.unhas.ac.id/index.php/mkmi/article/view/4181/297-303

Mayer, G., Happe, S., Evers, S., Hermann, W., Jansen, S., Kallweit, U., Muntean, M. L., Phlau, D., Riemann, D., Saletu, M., Schichl, M., Schmitt, W. J., Sixel-Dring, F., & Young, P. (2021). Insomnia in neurological diseases. Neurological Research and Practice, 3(1). https://doi.org/10.1186/s42466-021-00106-3

Puspitasari, D. I. (2020). Konsep Insomia. Uin Suska Riau, 1988, 12--23.

Rahmani, J. A., & Rosidin, U. (2020). Gambaran Kualitas Tidur Lansia di Satuan Pelayanan Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia Kabupaten Garut. Jurnal Keperawatan BSI, VIII(1), 143--153.

Risnawati, 2020. (2017). Efektif Murottal Dan Terapi Music Terhadap Tingkat Kecemasan Mahasiswa Keperawatan Semester Vii. 1--21.

Sari, D. R., & Asiva, Z. (2019). Pengaruh Murottal Al-Qur'an Surat Al-Fatihah Untuk Menurunkan Tingkat Insomnia Pada Mahasiswa. Jurnal Psikologi Islam, 6(2), 23--36.

Sholehah, L. R. (2013). Penanganan insomnia. E-Jurnal Universitas Udayana, 1--21.

Sumirta, I. N., & Laraswati, A. I. (2017). Faktor yang Menyebabkan Gangguan Tidur (Insomnia) pada Lansia. Jurnal Gema Keperawatan, 8(1), 20--30.

Suryani, A. (2021). Penerapan Terapi Murottal Al-Qur'an Terhadap Kesetabilan Emosi Pada Remaja Di Panti Rehabilitasi Gangguan Jiwa Dan Narkoba Maunatul Mubarok Desa .... 10--25. http://repository.iainkudus.ac.id/6513/%0Ahttp://repository.iainkudus.ac.id/6513/7/07 BAB IV.pdf

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun