Mohon tunggu...
Bulan Saskiyah
Bulan Saskiyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - UIN Walisongo Semarang

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Murattal Al-Qur'an sebagai Metode Penanganan Insomnia (Paham Kajian Psikoneuroimonologi)

12 Februari 2024   21:05 Diperbarui: 12 Februari 2024   21:10 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut (Bhasin, H. 2016), diagnosis insomnia dapat dilakukan apabila terdapat keluhan mengenai gangguan tidur yang terkait dengan tingkat stres atau penurunan fungsi emosional minimal selama satu bulan.  Insomnia dapat dikelompokkan ke dalam  tiga kategori, yakni transient insomnia atau insomnia sementara, insomnia akut, dan insomnia kronis. Transient insomnia biasanya terjadi dalam kurun waktu sekitar seminggu akibat perubahan pola tidur, situasi stres, atau depresi berat. Insomnia akut, di sisi lain, muncul sebagai akibat dari penyakit fisik dan sering ditandai dengan tekanan kerja atau gangguan dalam aktivitas sehari-hari. Sebaliknya, insomnia kronis, yang disebabkan oleh masalah psikologis seperti halusinasi, merupakan jenis insomnia yang dapat menghancurkan kualitas hidup dan memicu gangguan mental dan fisik.

Sebagaimana dijelaskan dalam "Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders-IV (DSM-IV)," kriteria diagnosis insomnia pada pasien melibatkan: (1) keluhan yang paling umum terkait dengan Kesulitan memulai tidur, dan ketidakmampuan untuk memperbaiki pola tidur selama setidaknya satu bulan. (2) Insomnia ini dapat menyebabkan stres pada penderita, mengakibatkan gangguan fungsi sosial dan pekerjaan. (3) Insomnia akibat faktor psikologis ini tidak termasuk dalam kategori narkolepsi, gangguan tidur yang terkait dengan pernapasan, gangguan ritme sirkadian, atau parasomnia. (4) Insomnia akibat faktor psikologis tidak terkait dengan gangguan mental lain seperti gangguan depresi atau delirium. (5) Insomnia akibat faktor psikologis tidak dipicu oleh efek fisiologis langsung dari suatu zat, seperti penyalahgunaan obat atau kondisi medis umum.

  • Faktor-Faktor Mempengaruhi Insomnia 

Adapun faktor yang mempengaruhi pola tidur seseorang itu ialah faktor lingkungan, kondisi penyakit, kesehatan psikologis, nutrisi yang tidak memadai, serta kelelahan akibat aktivitas fisik yang memerlukan waktu tidur lebih lanjut untuk menjaga keseimbangan energi (Sumirta & Laraswati, 2017).

Menurut laporan yang disusun oleh (Alawiyah, 2009), terdapat berbagai faktor penyebab insomnia atau kesulitan tidur berdasarkan data tentang gangguan tidur. Beberapa faktor tersebut mencakup penyakit asma (61%--74%), kecemasan (65%), gangguan pernapasan (40%--50%), kram kaki malam hari (16%), demensia (5%), dan perubahan jadwal kerja yang mengganggu tidur (2%--5%). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa kecemasan merupakan salah satu penyebab umum insomnia pada seseorang.

Insomnia dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk aspek-aspek gaya hidup, seperti kebiasaan mengonsumsi alkohol, merokok, kopi (yang mengandung kafein), dan kurangnya aktivitas fisik atau olahraga (Wulandari, 2011). Gaya hidup seperti merokok, mengonsumsi minuman berkafein, dan kurangnya berolahraga dapat menyebabkan terjadinya insomnia. Oleh karena itu, disarankan untuk melakukan aktivitas olahraga selama 30 menit setiap pagi, dan juga tidur siang selama 30 menit. Pendekatan ini disesuaikan dengan kebutuhan jam biologis manusia, dimana tidur siang selama 30 menit dapat meningkatkan semangat dan kesehatan secara keseluruhan. Individu yang merokok cenderung memerlukan waktu tidur dua kali lebih lama dan lebih mungkin terbangun lebih sering dibandingkan dengan mereka yang tidak merokok. Selain itu, bagi individu yang rentan terhadap konsumsi kopi atau kafein, mengonsumsi dua gelas kopi atau lebih dapat menyebabkan penurunan total waktu tidur sebanyak dua jam dan peningkatan kebutuhkan waktu tidur, sebagaimana dikemukakan oleh (Ernawati dan Sudaryanto Agus, 2009).

  • Dampak Insomnia 

Insomnia memiliki konsekuensi yang signifikan terhadap kualitas hidup, produktivitas, dan keselamatan seseorang. Dalam situasi tertentu, dampak insomnia dapat menjadi lebih serius. Dampak insomnia menurut (Rafknowledge, 2004) adalah : (a) Individu yang mengalami insomnia cenderung lebih rentan terhadap depresi dibandingkan dengan individu yang dapat tidur dengan baik. (b) Kekurangan tidur yang disebabkan oleh insomnia dapat berkontribusi munculnya berbagai penyakit, seperti penyakit jantung. (c) Insomnia berisiko mengantuk atau tertidur di siang hari dapat menjadi ancaman terhadap keselamatan ditempat kerja, termasuk ketika sedang mengemudi kendaraan. (d) Orang yang mengalami insomnia mungkin menghabiskan lebih banyak waktu dari pekerjaan mereka karena kesulitan tidur, yang dapat mengakibatkan kehilangan produktivitas. (e) Tidur malam yang buruk, dapat menurunkan kemampuan seseorang untuk menjalani aktivitas sehari-hari dengan baik.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Munir (2015) Sebagaimana dikutip dalam Rosmaliana (2020), dampak insomnia melibatkan gejala seperti kelelahan, kesulitan dalam berkonsentrasi, mengantuk saat beraktifitas disiang hari, penurunan motivasi dan kinerja sosial yang buruk. Kondisi insomnia juga dapat menghambat kemampuan untuk menjalani aktivitas sepanjang hari, mengurangi energi dan suasana hati, berdampak pada kesehatan dan kualitas hidup, serta menimbulkan rasa frustasi bagi mereka yang mengalami insomnia. Keadaan insomnia yang berlangsung dalam jangka waktu tertentu dapat mengakibatkan gangguan kesehatan, baik secara mental maupun fisik.

Dikutip dari sumber informasi WebMD dan The Institute of Medicine (IOM) Committee on Sleep Medicine and Research, berikut adalah sejumlah dampak insomnia terhadap kesehatan yang perlu diberikan perhatikan.

  • Peningkatan Risiko Asma

Insomnia tidak hanya terkait dengan asma, tetapi juga menunjukkan bahwa orang yang mengalami gangguan tidur kronis memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk mengembangkan penyakit asma.

  • Peningkatan Risiko Penyakit Jantung.

Kualitas tidur yang kurang optimal dapat meningkatkan risiko terkena penyakit jantung, termasuk ketidakaturan denyut jantung, gagal jantung, dan risiko penyakit jantung koroner. Gangguan tidur terjadi dalam jangka waktu yang lama dapat memicu peningkatan tingkat stres, yang berpotensi memperburuk kondisi kesehatan jantung.

  • Menyebabkan Masalah Kesehatan mental

Individu yang mengalami insomnia memiliki risiko sepuluh kali lipat lebih tinggi untuk mengalami depresi, gangguan kecemasan, dan bahkan dapat muncul pemikiran untuk mengakhiri hidup. Risiko ini terkait dengan perubahan yang signifikan dalam suasana hati, yang secara drastis mempengaruhi fungsi kognitif dan motorik.

  • Meningkatkan Tekanan Darah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun