Deg!
"Tunggu! Jangan bunuh aku! Aku tidak ingin mati! Tolong! Kumohon! Kasihani aku! Aku harus wisuda besok di kampus!" suaraku terbata-bata saat tiba-tiba mengetahui satu pembunuh berada di dekatku. Tubuhnya tinggi, kekar, dengan pisau berada di tangan kanannya. Sedangkan tubuhku hanya bisa mundur perlahan menghindari orang di hadapanku.
"Dia ingin hidup, Tom! Dan dia sangat cantik!" Teriaknya mengajak temannya bicara yang berada di lantai satu. Sedangkan pisaunya telah membuat semacam kode: kamu tidak bisa lepas!
"Bukankah orang ini hanya tinggal berdua di rumah? Kenapa ada orang lain?" Suara dari kejauhan.
"Entahlah Tom."
"Jangan biarkan dia membocorkan kejadian ini."
"Tunggu! Biarkan aku pergi dari sini. Kumohon! Tolong! Aku hanya bekerja mencari uang di sini."Â
Perasaanku campur aduk. tubuhku seakan melemas tiba-tiba dan tak bisa lari. Beberapa rencana di kepalaku belum berhasil tersusun rapi. Namun aku sudah dihadapkan dengan situasi hidup dan mati.
Sial. Bukankah tadi mereka masih berada di bawah. Bagaimana lelaki berpisau ini berhasil mengetahuiku dengan cepat.Â
Aku bernapas dalam-dalam, dan, lari menerobos orang di hadapanku saat melihatnya sedang lengah. Dia mengajak bicara temannya saat aku berada di dekatnya. Mungkin dia meremehkan karena aku perempuan.
Hanya saja, sebuah tendangan dari kakinya melesat ke tubuhku tiba-tiba. Bag! Sakit! Perutku terasa nyeri dan tubuhku lemas. Tersungkur ke lantai.