Saat memandang Bapak Ibu Guru berdiri di depan kelas, aku begitu bersemangat membayangkan diriku seperti mereka. Saat mereka memberi wejangan kepada kami murid-muridnya, aku tanamkan betul wejangan mereka di dalam benak dan pikiranku. Saat mereka menghukum teman-temanku yang bandel, aku seolah ikut merasakan bagaimana perasaan Bapak Ibu guru.Â
Ah... sosok-sosok yang sederhana tetapi berwibawa. Selalu memperhatikan anak didiknya, memberi dengan tulus tanpa mengharap imbalan apa pun. Keberhasilan kami adalah keberhasilan mereka. Betapa bahagia mereka ketika kami berhasil menguasai pelajaran, bersikap sopan dan baik.
      "Pik bisa minta tolong?"
      "Apaan ya Dea?"
      "Tolong gih ketikkan tugas Pak Eko, aku lagi banyak job di agency nih...!" pinta Dea teman satu kelas yang nyambi jadi model.
      "OK!" timpalku penuh semangat. Terbayang lembaran uang ribuan yang bakal kuperoleh dari jasa ketik.
      "Thanks ya Upik cuantik!! Muuah...muah...! Sahut Dea sambil melemparkan cium jauhnya. Aku pun tersenyum menahan tawa melihat tingkah laku gadis itu.
'Hmm... cantik dan baik hati semoga rejekimu lancar dan aku kecipratan rejekimu De.. Ha...ha...'
Lain waktu, sepulang kuliah, aku ke pasar loak untuk hunting baju bekas yang masih bagus dan modelnya trendi. Sampai di rumah Bibi, aku permak sesuai dengan postur tubuhku. Bakat menjahit ibu menurun kepadaku ternyata. Baju yang kukenakan menarik perhatian teman-teman kampusku. Alhasil order baju ala-ala aku pun laris-manis...
"Upik..pesan baju kayak yang kamu pakai dong, satu ukuran lebih gedhe ya coy!" pinta Erna teman dari jurusan Bahasa Inggris.
"Hmmm...boleh deh..besok aku cariin ya!"