"Semuanya akan dibagikan ke rakyat Desa Wonorejo, desa tetangga kita?"Â
"Hush ... pelan-pelan, jangan kedengaran tetangga. Pak Bos memang memerintahkan aku untuk membagikan semuanya ini kepada penduduk Desa Wonorejo, supaya mereka tidak protes terhadap pembukaan tambang timah di sana."
"Ooh ...." Â Â Â Â Â
Setelah menghela napas panjang, Pak Prawiro melanjutkan. "Tapi aku mau bagikan separuh saja; separuhnya buat kita, cukup untuk hidup layak dan ongkos untuk menjalani terapi bayi tabung di kota."
Bu Lastri mengembangkan senyum lebar. "Lima miliar untuk kita berdua!"
"Tapi ...tapi ... aku heran," ujar Pak Prawiro sedikit kebingungan.
"Tapi kenapa, Mas?"
"Aku heran, uang 5 miliar yang diberikan kepadaku sebelumnya oleh Pak Bos, kenapa jumlahnya berkurang? Jangan-jangan ...."
"Jangan-jangan, ada tuyul yang mencurinya," sergah Bu Lastri.
"Ya, bukankah akhir-akhir ini terdengar desas-desus tentang  Pasar Tuyul?"
Pak Prawiro mengernyitkan dahinya dan menghentikan penghitungan uang. Dia merenungkan kata-kata istrinya tentang tuyul.