Mohon tunggu...
Budi Sutrisno
Budi Sutrisno Mohon Tunggu... Guru - Guru, Best Writer 2023, pemenang berbagai lomba menulis

Saya seorang guru di Jakarta. Memiliki hobi membaca dan menulis. Beberapa tulisan saya berupa puisi, cerpen, dan artikel telah memenangi sejumlah lomba menulis tingkat nasional.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pasar Tuyul

2 Agustus 2024   05:13 Diperbarui: 2 Agustus 2024   05:23 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Poskota.co.id/Suroso Imam Utomo

Malam itu, kegelapan tampak menyelimuti langit Desa Wonodadi. Seakan ikut berduka atas penangkapan lurahnya, yang dikenal murah hati.

Namun demikian, suasana ceria justru terpancar dari kediaman Nirwan. Tampak dua orang berceloteh dengan gembira. Mereka adalah Nirwan dan Bu Lastri.

"Prawiro, Prawiro, kau boleh jadi lurah yang berkuasa, tapi kau bodoh sekali. Mudah terpengaruh oleh omong kosong tentang tuyul yang memang sengaja kusebarkan," ujar Nirwan menghina.

Sementara itu, sembari menatap potret Pak Prawiro di dompetnya, Bu Lastri meluapkan isi hatinya, "Maaf, ya Mas; berita tentang Pasar Tuyul itu disebarluaskan oleh Nirwan atas perintahku. Mbah Dukun Timan itu juga hasil rekayasaku. Aku tidak hanya menginginkan tumpukan harta, tetapi juga pelukan hangat lelaki jantan; bukan kakek loyo sepertimu. Bodohnya dirimu, yang kau sangka tuyul itu adalah istrimu sendiri."

"Kabar tentang Pasar Tuyul sengaja kuembuskan, sehingga dipakai oleh Pak Bos sebagai tempat untuk mengirimkan uang lewat kurirnya kepadamu, Pak Lurah yang malang. Penduduk yang bodoh tak akan mencurigai hutan angker ini sebagai tempat transaksi." timpal Nirwan pongah sembari menunjukkan jarinya ke depan, seolah-olah Pak Lurah sedang berada di depannya.

"Ha ... ha ...ha...!" Suara gelak tawa kedua orang itu membahana; menertawakan kebodohan Lurah Prawiro. Gemuruhnya sampai terdengan di luar rumah, memecah kesunyian malam yang menebar hawa dingin.

"Braakkk!" Tiba-tiba saja terdengar suara gaduh yang segera menghentikan gelak tawa.

Sekawanan orang mendobrak pintu rumah Nirwan. Tampak di antara penduduk yang mendobrak pintu adalah Kang Narto dan Mas Parjo yang wajahnya memerah menahan amarah.

"Bedebah kau Nirwan, tega menipu aku habis-habisan," bentak Mas Parjo.

"Dasar perempuan pengkhianat yang licik dan keji; kau Bu Lastri, istri lurah yang tak tahu diuntung, berani berselingkuh dengan tetangganya sendiri," teriak Kang Narto.

"Kalian berdua perlu diganjar dengan dinginnya lantai penjara; tak tahu malu!" geram seorang lelaki kesal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun