"Betul! Dan perjalanan kembali menuju surga itu pastinya sangat sulit dan memakan waktu, Itu sebabnya Tuhan membekali kita dengan kitab suci sebagai kompas agar kita tidak tersesat dalam perjalanan tersebut. Kalo jaman sekarang analoginya kira-kira kayak google mapsnya lah."
Saya terdiam lagi.
"Karena hidup adalah perjalanan maka kita harus terus bergerak. Sesekali kita memang perlu istirahat, kita perlu tidur. Tapi tidur membuat kita tidak bergerak. Jadi tidurlah secukupnya lalu bergerak lagi melanjutkan perjalanan."
"Koma sama seperti tidur, kan? Kalo orang sakit sampe koma? Dia kan gak bisa bergerak?" tanya saya lagi.
"Persis! Tapi perjalanan fisik itu cuma satu dari sekian banyak perjalanan. Orang koma memang gak bisa bergerak tapi dia akan bergerak melalui pikirannya. Justru karena fisiknya tidak berfungsi maka pikirannya akan mencapai kecerdasan yang luar biasa."
"Ah masak, sih?" kata saya gak percaya.
"Itu hukum keseimbangan, Mas Bud. Misalnya seseorang karena sesuatu hal tiba-tiba menjadi buta, otomatis indera pendengarannya akan mencapai kemampuan yang maksimal. Ketika seseorang tidak punya tangan maka kakinya mampu berfungsi sebagai tangan."
Oh, bener juga, ya? Omongan Yoyo mulai masuk akal. Perlahan-lahan saya mulai bisa mengurut benang merahnya.
"Dan lo gak akan pernah menyangka bahwa kekuatan pikiran itu jauh lebih hebat daripada kekuatan fisik."
"Serius lo? Sehebat apa?"
"Ketika orang sedang koma maka pikiran akan fokus dan bekerja sangat maksimal sehingga mampu menggerakkan atau memindahkan barang tanpa menyentuhnya sama sekali."