Mohon tunggu...
Budiman Hakim
Budiman Hakim Mohon Tunggu... Administrasi - Begitulah kira-kira

When haters attack you in social media, ignore them! ignorance is more hurt than response.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bisnis Uban bersama Ayah

19 November 2018   00:40 Diperbarui: 19 November 2018   01:13 1511
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ayah adalah wartawan istana di jaman Bung Karno (arsip pribadi)

Ibu saya juga terlihat sangat tegar. Dengan segala kemiskinannya, beliau tetap mampu menghidupi ketujuh anaknya. Walaupun kami terpaksa harus makan ditakar. Jadi setiap anak cuma dikasih makan semangkok kecil nasi putih dengan seperempat potong telor dan sambal. Hahahahaha...saya ga akan pernah lupa hidangan tetap itu.

Ada satu peristiwa yang ga akan pernah saya lupakan seumur hidup. Saya inget banget setiap lebaran tiba, temen-temen sebaya saya selalu adu pamer baju dan sepatu baru. Namanya juga anak-anak, kami belom mengerti sama sekali keadaan finansial keluarga. Dengan lugu dan dungu kami menuntut dibelikan baju dan sepatu baru. Dan hasilnya? Tentu saja gatot alias gagal total.

Melihat wajah kami yang diselimuti kekecewaan, ayah saya menawarkan sebuah solusi sederhana, "Pakai aja baju yang masih baik. Lebaran itu bukan baju baru tapi hati yang baru."

"Kalo ga bisa beli baju baru ya beliin sepatu aja deh Yah?" tawar saya.

"Ayah ga punya duit. Tapi nanti ayah beliin semir sepatu, kamu semir aja sepatu kamu tebel-tebel." jawab Ayah saya.

"Maksudnya gimana Yah?" tanya saya telat mikir.

"Kalo disemir tebel-tebel, sepatunya akan keliatan seperti baru juga." Ayah menjelaskan.

Saya alhamdulillah, dari kecil ga pernah peduli sama yang namanya penampilan. Jadi saya terima aja apa yang dikatakan Ayah. Akan tetapi kakak saya nampaknya kurang puas dengan jawaban Ayah. Yah namanya juga anak kecil, wajar kan kalo kita pengen pake sepatu baru seperti anak-anak lain.

Banyak orangtua ga menyadari bahwa anak kecil mau pake sepatu baru bukan karena pengen punya sepatu baru, tapi yang lebih penting kami ga mau kalah sama temen yang lain. Pointnya adalah kami ga ingin anak-anak lain mengejek kami karena dianggap miskin gara-gara ga pake sepatu baru. Tapi, udahlah. Kalo emang ga memungkinkan, mau diapain lagi?

Singkat kata, saya dan kakak saya saat itu sudah menerima semir sepatu hitam, merk 999 dari Ayah, masing-masing dapet 1 kotak. Kata Ayah kami boleh menggunakan sebanyak yang kami suka, pokoknya sampe sepatu lama kami bisa keliatan seperti baru.

Kakak saya rupanya masih ga puas dengan keadaan itu. Sambil menempelkan semir ke sepatu, dia menyanyikan potongan lagu dari Lilis Suryani yang berjudul 'Hadiah Hari Raya'. Teks aslinya seperti berikut;

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun