Sambil berfoto, Fadli ngomong lagi, “Saya berfoto sama Mas Bud biar kalo udah dewasa nanti bisa sesukses Mas Bud.”
Saya berpaling ke Fadli dan merangkul pundaknya seraya berucap, “Heh, Fadli, lo orangnya pinter banget. Abis denger presentasi lo aja gue langsung takluk sama lo. Jangan pernah berharap lo akan sesukses gue. Percaya deh, lo akan jauh lebih sukses dari gue. Okay?”
Anak SMA berkacamata itu tersenyum dan membalas merangkul pundak saya sambil berkata, “Thanks, Mas Bud.”
Saya berjalan melalui lorong gedung kementerian untuk cari makanan. Perut saya laper banget seharian belum diisi. Sepanjang perjalanan beberapa kali saya menghela napas panjang, rasanya ada yang mengganjal di dada ini…entah apa itu.
“Piye, Bud? Lancar acaranya?” Tiba-tiba entah nongol dari mana, Pak Sapardi menyapa saya.
“Alhamdulillah lancar, Pak. Saya tertolong oleh seorang peserta yang pintarnya bukan main. Kalo nggak ada dia, pastilah acaranya jadi garing.”
“Oh ya? Siapa namanya?”
“Fadli Zon.”
“Oh, anak itu memang pinter. Kalo gak salah dia keponakannya Taufik Ismail.”
“Ooooh…pantesan pengetahuannya luas banget.”
Seperti Sapardi Djoko Damono, Taufik Ismail juga seorang penyair yang hebat. Dia sangat sering diminta oleh para komposer musik untuk dibuatkan lirik buat lagu. Salah satu yang paling fenomenal tentu saja lirik lagu Chrisye yang judulnya ‘Ketika Tangan dan Kaki Berkata’.