Mohon tunggu...
Budiman Hakim
Budiman Hakim Mohon Tunggu... Administrasi - Begitulah kira-kira

When haters attack you in social media, ignore them! ignorance is more hurt than response.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Fadli Zon, Si Anak Pintar

27 April 2017   15:57 Diperbarui: 28 April 2017   03:00 3577
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Semua orang bertepuk tangan meriah sekali. Saya pun bertepuk tangan keras sekali karena sangat kagum dengan kepiawaian menteri pengonsumsi nikotin itu dalam mengolah kata. Luar biasa! Hebat banget! Takluk saya pada kehebatan Sang Menteri. Bravo!!!

“Pak Fuad itu hebat banget ya, Mas. Saya kagum sama dia,” kata seseorang yang berdiri di samping saya.

“Iya jenius banget. Dia cuma butuh beberapa detik untuk mendapatkan kalimat sebagus itu,” sahut saya.

“Semoga nanti saya akan sesukses beliau.”

Sejenak saya memperhatikan orang itu. Seragam putih birunya menjelaskan bahwa dia adalah seorang pelajar SMA. Wajahnya terlihat optimis dan tipe seorang yang menikmati hidup. Dia berkacamata dan dari wajahnya saya bisa menyimpulkan bahwa anak ini adalah seorang yang pintar.

“Eh, lo siapa namanya? Ikutan di acara apa?” tanya saya dengan suara ramah. Saya memang selalu seneng bergaul dengan anak muda, apalagi yang pintar dan gak ada minder-mindernya sama orang yang berumur jauh di atasnya.

“Saya Fadli, Mas. Fadli Zon,” katanya sambil mengulurkan tangannya mengajak salaman, “Saya ikut di Program Diskusi Sastra.”

“Oh ya? Saya yang memimpin acara Diskusi Sastra. Wah seneng banget ketemu kamu, Fadli,” kata saya menjabat tangannya erat sekali.

“Saya juga seneng banget ketemu, Mas. Maaf, Mas namanya siapa?” tanyanya dengan suara tegas tanpa mengurangi kesopanannya.

“Saya Budiman Hakim. Kamu dari SMA mana, Fadli?” tanya saya. Entah kenapa saya langsung jatuh suka sama anak ini. Percaya diri, terlihat pintar tapi mampu berbicara dengan kesopanan yang tetap terjaga.

“Saya dari SMA 31, Jakarta Timur, Mas. Mohon bimbingannya ya, Mas,” katanya lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun