mengguyur jalan-jalan berlubang,Â
di balik pintu-pintu terkunciÂ
yang kau sebut rumah kami.Â
Kami ada dalam sunyiÂ
yang tak pernah kau baca,Â
huruf-huruf yang kau abaikanÂ
di tepi berita utama.
Wakil rakyat,Â
tapi siapa yang kau wakili?Â
Apakah mereka yang bernyanyiÂ
di balik layar kaca,Â
atau mereka yang menungguÂ
di warung kopi murahan,Â
menghitung hari dengan segelas teh panasÂ
dan obrolan tak berujung tentang harga yang terus naik?
Di balik meja panjang itu,Â
kau menjadi bayang-bayangÂ
dari bayang-bayang yang lebih besar.Â
Kau menggambar garis besarÂ
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!