Mohon tunggu...
BUDIAMIN
BUDIAMIN Mohon Tunggu... Seniman - K5 ArtProject

Hanya debu yang diterbangkan angin

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sidang Kata-Kata

31 Agustus 2024   19:29 Diperbarui: 31 Agustus 2024   19:34 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kau duduk di kursi itu, 

berbalut jas mahal 

dan janji-janji lama 

yang masih hangat dari panggangan kampanye. 

Matamu memandang jauh, 

bukan ke arah kami 

tapi ke layar-layar kosong 

yang menunggu tangkapan layar baru.

Di dalam gedung megah, 

suara kami lenyap 

di antara palu sidang dan tepuk tangan palsu. 

Kau bicara tentang kebebasan 

seperti puisi yang kehilangan rima, 

semua kata melayang 

tanpa tempat mendarat.

Kami ada di luar jendela, 

dalam hujan yang tak henti 

mengguyur jalan-jalan berlubang, 

di balik pintu-pintu terkunci 

yang kau sebut rumah kami. 

Kami ada dalam sunyi 

yang tak pernah kau baca, 

huruf-huruf yang kau abaikan 

di tepi berita utama.

Wakil rakyat, 

tapi siapa yang kau wakili? 

Apakah mereka yang bernyanyi 

di balik layar kaca, 

atau mereka yang menunggu 

di warung kopi murahan, 

menghitung hari dengan segelas teh panas 

dan obrolan tak berujung tentang harga yang terus naik?

Di balik meja panjang itu, 

kau menjadi bayang-bayang 

dari bayang-bayang yang lebih besar. 

Kau menggambar garis besar 

tentang masa depan 

di atas peta yang telah pudar, 

mengira kami tak melihat 

tanganmu yang gemetar 

saat menggenggam pena.

Di jalanan, 

kami mencari arti dari kata "wakil", 

dan "rakyat" terasa jauh 

seperti bintang yang hilang di balik awan tebal. 

Namun, ingatlah: 

saat topeng-topeng itu terjatuh, 

tak ada yang bisa menahan 

suara kami 

yang memecah malam.

Kau bicara tentang harapan, 

tapi di sini, 

kami hidup dengan kenyataan 

yang kau hindari, 

dan saat tirai-tirai itu diturunkan, 

mungkin baru kau tahu, 

kami adalah cerita 

yang tak pernah kau baca.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun