Temannya menelpon pada keesokan hari, "Pak Salim menanyakan nomor telepon Mas Romeli. Boleh dikasih?'
Tentu saja Romeli lantas mengiayakan. Wajahnya berseri sampai ia melihat istrinya bersiap-siap hendak pergi. Romlah tampak cantik, lebih cantik daripada yang ia kenal sebelumnya. Tubuhnya menguarkan wangi melati.
"Mau ke mana?"
"Ada pekerjaan yang harus diselesaikan."
Romeli tidak bisa berbuat apa-apa, saat ini kebutuhan rumah tangga dipenuhi oleh Romlah. Entah bagaimna, bekerja atau menjalankan usaha? Takada cerita, Ia melepas keberangkata istrinya dengan hati gundah.
Mendadak Romeli melihat kelebatan-kelebatan di sekitar tubuh istrinya. Kabut putih. Fragmen-fragmen. Sosok-sosok. Kelap-kelip. Ketawa-ketiwi. Pelukan. Dan ....
Romeli mendadak lemas. Ia terduduk. Menunduk. Kedua tangannya menutup wajah. Bahunya berguncang.
***
BIODATA: Suka menulis cerpen. Satu karya dimuat di antologi cerpen "Kuliah Kerja Ngonten: dari Serem ke Sayang, dari Ketawa ke Bimbang" tebitan Elex Media Komputindo. Pemenang I Sayembara Cerpen Pulpen XXI. Pemenang II Sayembara XXII.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H