Beda tangan, beda hasil. Asisten belum sepenuhnya menguasai pengelolaan warung. Proses transisi berlangsung terlalu cepat, menghasilkan pendelegasian yang tidak siap.
Mengetahui situasi tersebut, saya menyempatkan diri untuk turun tangan. Sementara waktu persoalan teratasi.
Namun dalam keadaan di mana pekerjaan utama memanggil, saya tidak mampu membagi tubuh menjadi dua: satu di warung, lainnya di lokasi proyek di tempat berbeda.
Bisa ditebak. Warung bakso dan mie ayam tidak dapat memenuhi komitmen waktu buka. Di saat-saat tidak tertangani, warung tutup. Ikonsistensi jam operasional yang kemudian menyurutkan pelanggan untuk datang.
Belum setahun usaha warung bakso dan mie ayam tutup untuk selamanya.
Bagaimana dengan bisnis baru?
Dengar-dengar sih, bisnis jaringan dengan iming-iming dahsyat itu juga tidak berlanjut.
Barangkali biaya operasional (untuk pertemuan dan perjalanan luar kota) lumayan menyedot tabungan, sementara tidak mudah merekrut jaringan baru sebagai satu sumber komisi.
Ya sudahlah, saya tidak bisa berbuat apa-apa, kendati sedikit modal ditanam di warung ikut raib. Risiko usaha.
Pelajaran yang dapat ditarik, mereka yang baru memulai usaha seyogyanya memusatkan perhatian pada bisnis tersebut.
Fokus dulu pada satu usaha. Tidak mudah silau dengan iming-iming bisnis lain, yang memerlukan penguasaan tersendiri.