Perlahan warung mulai banyak dikunjungi. Berkat rasa enak, sambal ekstra pedas, opsi penambahan jeruk limau peras (dapat mengundang selera), dan tampilan produk yang khas.
Keunikan tersebut mengundang beberapa peliput dari sebuah situs kuliner setempat berkunjung ke warung.
Mereka bikin foto-foto, mencicipi, dan mengunggahnya ke situsnya dan media sosial. Promosi gratis, dengan hanya menukar sekian porsi bakso dan mie ayam.
Sayangnya usaha surut. Lantaran sang pengusaha bakso silau dengan iming-iming bisnis berbeda.
Warung bakso dan mie ayam mulai ditinggalkan, demi janji penghasilan bisnis lain yang "dahsyat". Dahsyat janjinya. Dahsyat pula rayuannya.
Kenalannya sewaktu ia masih bekerja mendatanginya. Menceritakan segala hal, termasuk keberhasilan bisnisnya. Mobil bagus yang dibawa menjadi salah satu penanda.
Berkali-kali perjumpaan berisi ajakan untuk ikut berbisnis yang sangat menjanjikan kemakmuran dengan cepat.
Akhirnya pendirian kerabat saya goyah. Satu langkah yang semula dianggapnya tidak berpengaruh terhadap bisnis baru dirintisnya, membawa kepada bertambahnya kesibukan.
Ia harus memahami bisnis lebih anyar itu. Mesti mempejari product knowledge. Untuk itu ia perlu mengikuti:
- Kelas-kelas pelatihan intensif.
- Pertemuan-pertemuan motivasi, termasuk pertemuan besar di GBK Jakarta.
- Perjalanan-perjalanan termasuk pergi keluar kota, demi menarik jaringan baru.
- Dan sebagainya.
Kesibukan baru dengan janji perolehan kemakmuran secara cepat. Usaha warung dinomor duakan.
Tidak bisa fokus, penanganan warung bakso dan mie ayam didelegasikan ke asistennya.