Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Artikel Utama

Tips Bisnis Kuliner bagi Pemula dan Jaga Fokus

9 Juni 2024   09:07 Diperbarui: 9 Juni 2024   13:03 592
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Grafis diolah dengan Canva (dokumen pribadi)

Satu ketika datang seorang kerabat, meminta masukan tentang rencana bisnis.

Ia ikut program pensiun dini di sebuah bank swasta nasional. Jumlah pesangonnya lumayan banyak. Waktu luangnya jadi melimpah.

Mengingat usia sudah tidak muda, ia tidak berminat cari kerja lagi. Cenderung ingin buka bisnis.

Sok bijaksana, saya menyarankan agar ia lebih dulu melunasi Kredit Pemilikan Rumah, lalu utang lainnya jika ada. Setelah itu, menyisihkan untuk tabungan demi menopang hidup sehari-hari.

Untuk memperoleh penghasilan, ia berencana menjalankan satu bisnis.

Orang tua tunggal itu ingin membuka bisnis kuliner, sesuai dengan kesukaan dan kebisaannya dalam bidang memasak.

Ingin membuka usaha warung bakso. Ia penyuka olahan daging bulat berkuah itu, dan merasa banyak orang juga sangat menggemari bakso.

Baiklah. Kami membahas rencana-rencana, permodalan, dan tempat ideal untuk berjualan. Ia juga menguji-coba resep-resep demi menyajikan hidangan layak dijual. Begini tipsnya:

1. Rencana. Barang akan didagangkan adalah bakso dan mie ayam, yang diproduksi sendiri, serta minuman kemasan tinggal beli.

2. Menyediakan Modal. Diperlukan untuk membeli peralatan dan perlengkapan, membeli bahan baku, dan cadangan modal kerja untuk satu periode tertentu.

Meski dalam porsi sedikit, saya urun dana sebagai komitmen ikut bertanggung jawab atas keberlanjutan usaha.

3. Uji Coba Produk. Resep-resep dicoba, hingga mendapatkan produk dengan rasa yang kira-kira dapat diterima oleh umum. Bukan selera pribadi.

4. Ciptakan Keunikan. Bakso dan mie ayam adalah penganan populer. Persaingan usaha sejenis lumayan ketat. Maka perlu mencari ciri khas (rasa, sambal, tampilan, dan sebagainya).

5. Pemilihan Tempat. Tempat disewa setahun berada di lokasi strategis. Tidak terlalu lapang. Untuk menghasilkan kesan luas, dinding dicat putih, lampu-lampu ditambah.

6. Tentukan Jam Operasional. Rencananya dari pukul 10 pagi hingga 10 malam. Libur pada hari tertentu. Untuk itu ditambah 1 orang asisten pelayanan atau peracikan. Sesekali, jika ada waktu lowong, saya bisa diperbantukan.

7. Tetapkan Nama Usaha. Dipilih nama yang mudah diucap, diingat, dan berkesan.

8. Lakukan Promosi. Tentu pada muka gerai bakso dan mie ayam dipasangi spanduk bertuliskan nama usaha, produk-produk berikut gambar.

Tidak perlu rinci. Huruf dibuat cukup besar sehingga mudah dibaca dari jarak beberapa puluh meter, bahkan oleh orang yang berada di dalam kendaraan melintas.

Juga promosi ke kerabat, teman, dan kenalan. Dalam perjalanan kelak, ada tambahan promosi dari sebuah situs kuliner setempat. Mereka meliput karena keunikaan produk dijual.

***

Kurang lebih langkah-langkah tersebut yang kami lakukan untuk memulai usaha. Dengan doa, usaha penjualan bakso dan mie ayam berjalan.

Perlahan warung mulai banyak dikunjungi. Berkat rasa enak, sambal ekstra pedas, opsi penambahan jeruk limau peras (dapat mengundang selera), dan tampilan produk yang khas.

Keunikan tersebut mengundang beberapa peliput dari sebuah situs kuliner setempat berkunjung ke warung.

Mereka bikin foto-foto, mencicipi, dan mengunggahnya ke situsnya dan media sosial. Promosi gratis, dengan hanya menukar sekian porsi bakso dan mie ayam.

Sayangnya usaha surut. Lantaran sang pengusaha bakso silau dengan iming-iming bisnis berbeda.

Warung bakso dan mie ayam mulai ditinggalkan, demi janji penghasilan bisnis lain yang "dahsyat". Dahsyat janjinya. Dahsyat pula rayuannya.

Kenalannya sewaktu ia masih bekerja mendatanginya. Menceritakan segala hal, termasuk keberhasilan bisnisnya. Mobil bagus yang dibawa menjadi salah satu penanda.

Berkali-kali perjumpaan berisi ajakan untuk ikut berbisnis yang sangat menjanjikan kemakmuran dengan cepat.

Akhirnya pendirian kerabat saya goyah. Satu langkah yang semula dianggapnya tidak berpengaruh terhadap bisnis baru dirintisnya, membawa kepada bertambahnya kesibukan.

Ia harus memahami bisnis lebih anyar itu. Mesti mempejari product knowledge. Untuk itu ia perlu mengikuti:

  • Kelas-kelas pelatihan intensif.
  • Pertemuan-pertemuan motivasi, termasuk pertemuan besar di GBK Jakarta.
  • Perjalanan-perjalanan termasuk pergi keluar kota, demi menarik jaringan baru.
  • Dan sebagainya.

Kesibukan baru dengan janji perolehan kemakmuran secara cepat. Usaha warung dinomor duakan.

Tidak bisa fokus, penanganan warung bakso dan mie ayam didelegasikan ke asistennya.

Beda tangan, beda hasil. Asisten belum sepenuhnya menguasai pengelolaan warung. Proses transisi berlangsung terlalu cepat, menghasilkan pendelegasian yang tidak siap.

Mengetahui situasi tersebut, saya menyempatkan diri untuk turun tangan. Sementara waktu persoalan teratasi.

Namun dalam keadaan di mana pekerjaan utama memanggil, saya tidak mampu membagi tubuh menjadi dua: satu di warung, lainnya di lokasi proyek di tempat berbeda.

Bisa ditebak. Warung bakso dan mie ayam tidak dapat memenuhi komitmen waktu buka. Di saat-saat tidak tertangani, warung tutup. Ikonsistensi jam operasional yang kemudian menyurutkan pelanggan untuk datang.

Belum setahun usaha warung bakso dan mie ayam tutup untuk selamanya.

Bagaimana dengan bisnis baru?

Dengar-dengar sih, bisnis jaringan dengan iming-iming dahsyat itu juga tidak berlanjut.

Barangkali biaya operasional (untuk pertemuan dan perjalanan luar kota) lumayan menyedot tabungan, sementara tidak mudah merekrut jaringan baru sebagai satu sumber komisi.

Ya sudahlah, saya tidak bisa berbuat apa-apa, kendati sedikit modal ditanam di warung ikut raib. Risiko usaha.

Pelajaran yang dapat ditarik, mereka yang baru memulai usaha seyogyanya memusatkan perhatian pada bisnis tersebut.

Fokus dulu pada satu usaha. Tidak mudah silau dengan iming-iming bisnis lain, yang memerlukan penguasaan tersendiri.

Dengan fokus hanya pada satu usaha, pemilik pemula lebih mencurahkan seluruh ide dan pikiran untuk pengembangan bisnis.

Kalau sudah menguasai bidang usaha tertentu, mampu mendelegasikannya kepada orang lain, dan bisa melakukan pengawasan jarak jauh bolehlah melirik potensi usaha lain yang menjanjikan keuntungan.

Bila sudah hebat dalam berusaha, tidak mustahil seseorang mampu mengontrol lebih dari satu bisnis.

Semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun