(1) Dialog untuk menemukan titik temu teologis adalah jalan untuk menyudahi sentimen di antara sesama agama Ibrahimi.
(2) Sebagian isi kitab suci adalah fakta filosofis-historis yang dapat didialogkan, bukan fiksi dalam arti dongeng yang tidak bisa diuji.
(3) Agama Ibrahimi telah mengalami dinamika (menjadi beberapa varian) seiring perubahan ruang dan waktu.
(4) Agama Ibrahimi tidak bersifat sekuler, tidak dapat dipisahkan dari peradaban.
(5) Keturunan-keturunan Nabi Ibrahim adalah manusia-manusia historis, politikus, tidak sekedar agamis.
(6) Keturunan Nabi Ibrahim telah membangun peradaban umat manusia pada zamannya masing-masing.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H