Mohon tunggu...
M. Makarumpa
M. Makarumpa Mohon Tunggu... Penulis - Imajinasi--Kaidah--Realitas

Kemajuan peradaban umat manusia bermula dari amajinasi

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Menakar Fenomena Agama Ibrahimi dengan Fakta Sejarah

20 Agustus 2020   16:29 Diperbarui: 21 Oktober 2020   08:16 2885
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dikisahkan pula, Raja Koresh (Cyrus Agung) mengeluarkan dekrit yang mengizinkan orang-orang Israel (Yehuda) pulang ke Yerussalem untuk
membangun kembali Bait Allah mereka. Kuat dugaan penulis, keluarnya dekrit ini tidak lepas dari pengaruh atau jasa Nabi Daniel di dalam kerajaan Medio-Persia itu sendiri.

Kisah serupa juga dapat dijumpai sekitar seribu tahun sebelumnya dalam cerita Nabi Yusuf (cicit Nabi Ibrahim) di Mesir. Singkat cerita, Nabi Yusuf didapuk menjadi penguasa bagi seluruh tanah Mesir setelah teruji kapasitas, pengetahuan, integritas, dan juga moralitasnya (tanpa cacat) yang melebihi orang-orang saat itu.

Mustahil sebuah kerajaan besar mengangkat seseorang begitu saja tanpa mempertimbangkan banyak hal. Jangankan kerajaan besar, untuk sebuah desa saja, masyarakat pasti memilih seorang figur dengan rekam jejak yang jelas, jujur, amanah, cerdas, dan kompeten sebagai pemimpin.

Pembaca yang budiman, sejarah menunjukkan bahwa pemikiran seorang tokoh biasanya dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran dari tokoh-tokoh
sebelumnya. Itu sebabnya, corak pemikiran seorang tokoh dapat dijumpai pada tokoh sebelumnya atau sesudahnya. Karenanya, hampir bisa dipastikan tidak ada seorang tokoh pun yang membawa corak pemikirannya sendiri.

Sukarno, misalnya, tidak bisa dilepaskan dari bayang-bayang H.O.S. Cokroaminoto sebagai gurunya; sebagaimana halnya Plato dari Sokrates; Galiloe Galilei dari Nicolas Copernicus, dan sebagainya.

Ilmuan terkemuka, Isac Newton (1727), sampai berkata: IF I HAVE SEEN FURTHER, IT IS BY STANDING ON THE SHOLDERS OF GIANTS (jika saya dapat melihat lebih jauh, semata-mata karena saya berdiri di atas pundak raksasa-raksasa). Tentu saja, giants atau raksasa yang dimaksud bukan dalam arti harfiah, makhluk berukuran tinggi-besar seperti dalam cerita-cerita dongeng, melainkan tokoh-tokoh atau ilmuan-ilmuan rujukan sebelumnya.

Dengan demikian, sangat mungkin sebelum kita mengenal ilmuan-ilmuan atau filsuf-filsuf Barat di atas, keturunan-keturunan Nabi Ibrahim adalah "raksasa-raksasa" pada zamannya dan menjadi rujukan bagi pemikir-pemikir besar dunia sesudahnya. Dan sangat mungkin pula, bahwa mereka telah membangun peradaban dunia sebagaimana hipotesa Fahmi Basya di atas.

"Sejarah selalu ditulis oleh para pemenang", demikian kata Winston Churchill. Tetapi, bapak ilmu sosiologi, Ibnu Khaldun, melihat selalu ada
masalah dalam penulisan sejarah. Menurutnya, salah satu tantangan yang dihadapi oleh penulis sajarah adalah saat mereka berhadapan dengan konteks peristiwa yang sebenarnya (Laksono, 2005).

Bagaimanapun, tampaknya sulit memisahkan catatan sejarah dengan subjektivitas penulisnya, dalam hal ini, para pemenang. Tidak bisa dipungkiri, narasi Renaissance yang memengaruhi berbagai macam revolusi dan dinamika peradaban umat manusia pada abad-abad berikutnya telah membentuk kesadaran kita hari ini.

Benar saja, diskursus kita dalam berbagai hal seperti filsafat, ekonomi, politik, hingga sains, condong berkiblat ke Barat atau ke Amerika. Tetapi, kita tidak boleh lupa bahwa sebelum itu (Renaissance), the dark ages pernah menyeret dataran eropa (Belanda, Inggris, Portugis, Prancis, dsb) ke dalam era keterbelakangan (kemunduran) tidak kurang dari seribu tahun lamanya, saat kehidupan di bumi bagian lain
menunjukkan keadaan yang sebaliknya.

Pembaca yang budiman, dari informasi-informasi di atas, penulis menarik kesimpulan hipotesis:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun