Hari selanjutnya aku semakin semangat melukis wajahnya, juga membubuhi puisi di lukisan itu. Sengaja buku yang penuh lukisan wajahnya itu aku taruh di atas meja supaya dia bisa melihatnya. Dan benar, dari luar kelas aku tahu kalau dia buka buku itu. Dengan hati-hati dia membolak balik lembaran buku itu dan membaca setiap puisi cinta, dia tersenyum.
"Mariani, betapa cantiknya dirimu..."
Hendri Lumban Gaol
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!