Aku sengaja tidak keluar dari kelas ketika jam istirahat. Lalu aku mengambil kapur putih. Ku lukis kan wajah Marini dengan rambut kepang duanya. Persis mirip. Tak ada yang tahu kalau aku yang melakukannya. Memang, pelajaran seni dan bahasa sangat ku sukai. Tak heran bila separuh dari lembaran buku tulisku dipenuhi oleh berbagai macam lukisan dan puisi.
Seisi kelas geger melihat keindahan hasil ciptaan jariku ini. Aku pura-pura tidak tahu. Pak Sihotang, guru Bahasa Indonesia membaca se bait puisi cinta di samping lukisan itu.
Untukmu Mariani
Memancar indah bak cahaya mentari
Aroma semerbak bunga melati
Wajahmu Membuatku tak dapat melupakanmu,
Ku ingin selalu bersamamu
Karna 'ku tlah jatuh cinta
Pak Sihotang lalu menghapus gambar itu. Beliau tersenyum.
"Puisi bagus" ujarnya.
Aku menuliskan sesuatu di secarik kertas dan memberikan pada Maraini. "Itu untukmu". Dia membaca tulisanku dan segera memerasnya. Kaget dan memelototi ku. Aku memberanikan diri menatap matanya, hingga dia ter tunduk. Wajahnya bersemu merah, menambah kecantikan wajahnya.