Mohon tunggu...
Masbom
Masbom Mohon Tunggu... Buruh - Suka cerita horor

Menulis tidaklah mudah tetapi bisa dimulai dengan bahasa yang sederhana

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ran (Arwah Penasaran)

16 September 2019   21:10 Diperbarui: 16 September 2019   21:44 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pixabay.com ; design by me (story art)

"Aku akan balas ... aku akan balas ...!" kata Ran diiringi tawa panjang melengking menusuk telinga. Tiba-tiba terdengar suara benda bertabrakan di luar rumah. Aku menoleh keluar.

"Ya, Tuhan! Paman tertabrak motor!" teriakku.

Sesaat kemudian boneka gadis Jepang itu jatuh ke lantai di depan kakiku. Tawa panjang melengking semakin lama semakin menghilang. Aku segera keluar rumah untuk menolong paman yang tergeletak di jalan beraspal. Terlihat darah mengalir dari kedua lubang hidungnya. Bersama salah seorang tetangga Aku segera membawa paman ke rumah sakit. Paman menderita gegar otak dan cidera patah tulang kaki.

"Bagaimana ini bisa terjadi?" tanya salah seorang tetangga yang ikut menolong paman. Aku kemudian menceritakan kejadian itu.

"Sepertinya boneka itu menyimpan suatu misteri. Mbah Kakungmu tidak pernah bercerita tentang asal mula boneka itu?" tanya tetanggaku.

"Beliau cuma bercerita kalau boneka itu pemberian seorang gadis Jepang, kekasih Mbah Kakung semasa muda saat jaman penjajahan Jepang dulu," jawabku.

"Aku penasaran dengan boneka itu. Boleh aku melihatnya? Mungkin aku bisa sedikit membantu agar tidak jatuh korban selanjutnya," kata tetanggaku.

Aku mengajak tetanggaku ke rumah. Kami mendapati boneka itu sudah berdiri lagi di dalam almari kaca di ruang tamu. Boneka itu seperti menyambut kedatanganku dan tersenyum seolah tidak pernah terjadi apa-apa sebelumnya. Tetanggaku mengambil boneka gadis Jepang itu dan memperhatikannya.

"Sepertinya dia hanya mau denganmu," katanya sambil menyerahkan boneka itu padaku. Aku memegang boneka itu dengan kedua tangan.

"Aku tidak bisa merawatmu seperti Mbah Kakung ..." kataku. Tiba-tiba boneka itu menjadi bertambah berat.

"Kembalikan aku ..." Terdengar suara mendesis di telingaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun