Mohon tunggu...
Masbom
Masbom Mohon Tunggu... Buruh - Suka cerita horor

Menulis tidaklah mudah tetapi bisa dimulai dengan bahasa yang sederhana

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ran (Arwah Penasaran)

16 September 2019   21:10 Diperbarui: 16 September 2019   21:44 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pixabay.com ; design by me (story art)

"Mungkin boneka itu ada di bawah sana," kata paman sambil menjulurkan tangannya ke kolong tersebut.

"Benar dugaanku. Dia ada di sini. Tapi kenapa boneka ini bisa masuk ke kolong sempit seperti ini?"

Paman berhasil meraih dan menggenggam kepala boneka itu dan segera menariknya keluar. Tetapi boneka itu hanya bisa ditarik keluar sebatas kepalanya saja. Terjadi tarik menarik di antara keduanya. Tiba-tiba Paman berteriak kesakitan dan melepaskan genggaman tangannya.

"Akh ... sialan! Boneka itu menggigitku!" katanya sambil memperhatikan luka di tangannya.

Sesaat kemudian paman melihat boneka gadis Jepang itu melayang keluar sendiri dari kolong kursi dan berdiri di lantai beberapa meter di depannya. Ekspresi wajah boneka itu menampakkan aura kemarahan. Wajahnya berubah menjadi bengis dengan mata sedikit melotot dan mulutnya terbuka. Angin dingin pun berhembus dari arah belakang boneka itu menerpa wajah dan tubuh paman. Seketika merinding sekujur tubuh pamanku. Dan tiba-tiba saja boneka itu meloncat mengejarnya. Paman benar-benar terkejut dan berusaha menghindari kejaran boneka gadis Jepang itu. Aku yang sejak tadi mendengar keributan itu segera menuju ke ruang tamu dan terkejut melihat paman sedang dikejar-kejar boneka gadis Jepang. Paman berlari ke arah pintu.

"Ada apa, Paman?"

"Tolong aku! Boneka itu ... dia tadi menggigit dan mengejarku!" teriak paman sambil terus berlari keluar rumah.

"Apa yang terjadi dengan Paman? Dan boneka itu ... kenapa melayang-layang sendiri dan mengejar Paman?" tanyaku setengah berbisik.

"Pamanmu ... hendak membuangku. Itu tidak boleh ... tidak boleh ...!" Terdengar suara pelan tapi berat dari boneka itu. Muncul bayangan Ran memegang boneka itu dari belakang. Dia tampak marah sekali.

"Aku akan mengejarnya!" kata Ran sambil tertawa melengking seram sekali. Boneka itu kembali melayang di udara bersiap mengejar paman.

"Jangan! Demi Mbah Kakung ... dia anak Mbah Kakung!" teriakku mencoba menghalangi boneka itu. Boneka itu melayang di udara dan berhenti tepat di depan wajahku. Ekspresi mukanya menyeramkan menandakan kemarahannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun