"Aku akan menuntunmu," bisik suara itu lagi. Dan Aku merasakan ada sesuatu yang memegang pinggangku. Arwah Ran ikut membonceng di belakang sepeda onthel tua Mbah Kakung. Sepanjang perjalanan banyak pasang mata memperhatikan Aku dengan sepeda tua Mbah Kakung dan seorang gadis Jepang berkimono yang duduk di belakangku.
Matahari telah condong ke barat ketika Aku tiba di sebuah tempat seperti yang diinginkan oleh Ran. Tetapi keadaan di sana sudah berubah. Padang ilalang itu hanya terlihat seperti sebuah pekarangan saja karena sudah banyak didirikan rumah-rumah penduduk. Dan pohon tua itu tinggal pangkal batangnya saja yang masih tersisa.
"Di mana aku harus mengubur boneka ini?" tanyaku dalam hati.
Langit merah telah menampakkan warnanya di ufuk barat. Semilir angin pun berhembus pelan. Daun-daun berjatuhan dan udara dingin menyelimuti tempat di sekitar pangkal batang pohon tua besar itu.
Tiba-tiba suasana berubah. Keadaan sekelilingku terasa berputar cepat. Dan waktu seolah-olah bergerak mundur beberapa puluh tahun yang lalu. Aku terkejut ketika mendapati diriku sudah berada di bawah pohon besar dan rindang di tepi sebuah padang ilalang yang sangat luas.
"Kubur boneka itu di situ ...."
Terdengar suara berbisik di telingaku. Aku menurunkan tas ranselku dan mengambil sebuah pacul kecil yang Aku bawa dari gudang tua tadi. Aku segera menggali tanah dan menyelesaikan pekerjaanku.
Kini boneka gadis Jepang berkimono itu sudah dikembalikan dan dikubur di bawah pohon besar di sana tanpa seorang pun yang mengetahuinya. Tiba-tiba Aku melihat sekelebat bayangan seorang gadis Jepang berkimono muncul dari balik pohon besar itu. Dia tertawa riang sambil berlari-lari kecil ke tengah padang ilalang.
"Ran, semoga kamu bisa bertemu Mbah Kakung."
"Aku akan menemui Mbah Kakungmu ...." Terdengar suara menggema.
Ran melambaikan tangannya padaku. perlahan-lahan tubuh gadis Jepang berkimono itu memudar dan menghilang bagai di telan bumi ....