Ratna segera menuangkan air bening dalam botol minumannya. Sementara Desi memakai jaket merah tuanya. Dia sudah siap untuk berangkat.
"Ayo berangkat, Rat. Keburu sore," ajak Desi sambil memanggul tas carriernya.
"Oke, tidak ada yang tertinggal?" tanya Ratna. Desi menggelengkan kepala. Kembali senyum manis tersungging dibibir merahnya. Tapi ada getar gelisah terpancar dari matanya.
"Sebenarnya ada. Tapi masih di negeri seberang. Tidak mungkin aku membawanya ..." kata Desi dalam hatinya.
Tak berapa lama kemudian kedua gadis itu sudah berada dalam bus antar kota menuju Tawangmangu. Bus penuh penumpang di akhir pekan. Mengharuskan mereka untuk menaruh tas carrier mereka dalam bagasi bus. Mereka pun tidak memperoleh tempat duduk. Hingga datang seorang pemuda menawarkan tempat duduknya.
"Silakan duduk, Mbak," katanya dengan sopan. Teman pemuda itu pun ikut berdiri memberi tempat pada Ratna.
"Terimakasih, Kak." Sejenak Desi beradu pandang dengan pemuda itu. Mereka saling melempar senyuman. Bus antar kota pun melaju cepat meninggalkan Kota Solo.
"Nanti kita mau lewat jalur mana?"
"Cemoro Sewu saja ..."
Tanpa sengaja Desi mendengar percakapan kedua pemuda tersebut.
"Rupanya mereka pendaki juga," kata Desi kepada Ratna sambil melihat kesekeliling bus, "mungkin yang di belakang itu rombongannya."