"Memangnya siapa kalian ...?" tanya Tono.
Tidak ada jawaban. Mereka hanya saling bertatap mata. Tajam. Masing-masing sudah bersiap-siap dengan serangan selanjutnya. Salah seorang anak tersebut perlahan-lahan menyingsingkan lengan bajunya. Terlihat sebuah tatto bergambar kupu-kupu.
"Ton, mereka anak-anak Butterfly, genk paling disegani di Kota Jogja."
Tono teringat pada anak muda yang menabrak sepeda Sono saat menuju ke alun-alun tadi.
"Dia anak muda yang tadi menabrakmu, Son?"
"Benar, Ton. Dia mau cari masalah lagi."
"Hati-hati, Son! Jangan gegabah kalau tidak ingin masalah ini jadi panjang urusannya. Kita ulur waktu saja sambil menunggu petugas keamanan datang," kata Tono mengingatkan sahabatnya.
"Tapi, Ton ... tanganku sudah gatal ingin menjatuhkan mereka!"
"Ingat pesan kakekmu, Son. Kendalikan emosi dan tetap tenang. Semua bisa diselesaikan dengan kepala dingin."
Setelah memperlihatkan siapa mereka sebenarnya, segera ke dua anak genk tersebut menyerang Sono dan Tono. Salah seorang anak genk itu berlari cepat dan meloncat sambil mengarahkan tendangan kakinya ke Sono. Sono mundur beberapa langkah untuk menghindarinya. Serangan itu disusul dengan pukulan bertubi-tubi ke arah wajah dan perut Sono. Sono berhasil menangkis dan membalasnya dengan sebuah tendangan depan kaki kanannya.
Duaakk ....