Ritual ...? Sono jadi teringat sesuatu setelah sahabatnya mengatakan itu. Dia segera menuju sisi selatan dari Tugu Pal Putih. Sono berdiri tegak dengan pandangan mata lurus ke depan. Sejenak dia memejamkan matanya dan mengatur irama nafasnya.
"Son ... kamu tidur? Jangan di sini kalau mau tidur." Tono heran melihat tingkah Sono. Perlahan-lahan Sono membuka matanya. Pandangannya menatap tajam ke depan tanpa berkedip.
"Ton, aku melihat perlintasan kereta api ... Jalan Malioboro ... dan keramaian Sekaten. Samar-samar tampak Bangsal Pagelaran Keraton Jogja juga ... terus pandanganku mulai kabur," kata Sono sesaat kemudian dia memejamkan matanya kembali.
"Kenapa tidak bisa kulihat Panggung Krapyak dan Pantai Selatan?" katanya lirih sambil mencoba mengatur nafasnya kembali.
"Ya iya, Son. Tempat itu jauh sekali disebelah selatan Pagelaran. Memangnya pandangan matamu bisa melihat tembus sampai di sana?"
"Bukankah Tugu Pal Putih ini satu garis lurus dengan tempat-tempat itu?"
"Benar, Son. Dibutuhkan kejernihan mata batin agar dapat melihat tempat-tempat itu menjadi satu garis lurus secara imajiner."
"Hmm ... benar juga. Aku belum mampu ke sana. Perlu latihan panjang untuk mengasah dan mempertajam mata batin seperti kata kakek."
... to be kontinyud ...
Solo.09.10.2018
~Bomowica~