Mohon tunggu...
Blasius P. Purwa Atmaja
Blasius P. Purwa Atmaja Mohon Tunggu... Guru - Praktisi Pendidikan dan Pembelajar

Staf Pengajar di Yayasan TNH Kota Mojokerto. Kepala Sekolah SMP Taruna Nusa Harapan Kota Mojokerto. Kontributor Penulis Buku: Belajar Tanpa Jeda. Sedang membentuk Ritual Menulis. Email: blasius.tnh@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengadopsi "Marketing Mix" dalam Promosi Sekolah

13 Desember 2017   09:55 Diperbarui: 13 Desember 2017   11:07 15745
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: http://businessessays. net

Hanya dalam hitungan hari lagi,  semester ganjil tahun pelajaran 2017/2018 akan berakhir. Bagi para penyelenggara pendidikan, terutama pendidikan swasta, mereka telah bersiap-siap untuk merencanakan penerimaan peserta didik baru untuk tahun pelajaran yang akan datang. 

Bahkan, di akhir bulan Desember ini, ada beberapa sekolah swasta yang sudah melewati proses penerimaan calon peserta didik baru untuk tahun depan. Bagi sekolah swasta memang tidak ada aturan yang membatasi kapan dimulainya masa Pendaftaran Peserta Didik Baru (PPDB). Setiap penyelenggara pendidikan berhak menentukan sendiri waktu dimulainya PPDB untuk sekolah yang dikelolanya.

Namun demikian, tidak semua sekolah bisa melakukan hal tersebut. Meskipun waktu pendaftaran peserta didik baru telah dimulai jauh hari sebelum PPDB sekolah negeri, mereka tidak akan mendapatkan calon peserta didik jika sekolah  yang dipromosikan tidak berkualitas. 

Orang tua dan calon peserta didik berani mendaftar lebih awal di sebuah sekolah biasanya karena sudah mengetahui kualitas sekolah yang akan dimasukinya tersebut. Dengan kata lain, sekolah tersebut biasanya sudah "punya nama" di suatu daerah.

Bagi sekolah swasta, "curi start" proses PPDB ini perlu dilakukan karena untuk memastikan sejak awal bahwa di tahun pelajaran yang akan datang sudah ada perkiraan jumlah peserta didik yang akan masuk. Dengan adanya kepastian tentang peserta didik yang masuk berarti ada kepastian juga tentang keberlangsungan operasional pendidikan. Hal ini karena masuknya siswa baru inheren dengan masuknya dana.

Berlaku juga bagi Sekolah Negeri

Kegiatan promosi sekolah tersebut kini tidak hanya berlaku untuk sekolah swasta, tetapi juga untuk sekolah-sekolah negeri. Satu atau dua dasa warsa yang lalu kegiatan promosi oleh sekolah negeri bisa saja tidak diperlukan. Mereka rata-rata sangat optimis tidak akan kekurangan siswa. 

Namun, kondisi seperti itu sudah jauh berubah saat ini. Dengan keberhasilan program keluarga berencana, jumlah anak usia sekolah di daerah-daerah tertentu sudah sangat menyusut. Oleh karena itu, di awal tahun pelajaran, banyak juga sekolah-sekolah negeri yang ikut mempromosikan sekolah mereka.

Dalam sebuah pelatihan, saya bertemu dengan seorang teman guru yang menceritakan bahwa sekolahnya (sekolah negeri) membagikan sarung dan tas kepada para peserta didik baru untuk menarik minat para siswa agar masuk ke sekolah tersebut. Di provinsi lain, saudara saya, sebagai seorang guru SMP  justru ditugasi oleh kepala sekolah untuk terjun langsung ke SD-SD dan memromosikan sekolahnya. 

Parahnya lagi, saudara saya itu diminta agar mengeluarkan uang pribadi untuk memberikan kenang-kenangan kepada sekolah yang dikunjungi. Itu tidak hanya terjadi pada satu orang guru, tetapi seluruh guru diberi beban tugas yang sama.

Mengapa sekolah  negeri pun ikut-ikutan berlomba-lomba melakukan promosi sekolah? Pertama, jumlah peserta didik yang masuk ke sebuah sekolah akan berbanding lurus dengan jumlah dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang akan diterima sekolah tersebut. Untuk mendapatkan dana BOS yang semakin banyak, sekolah harus menambah jumlah siswa. 

Itulah yang dikejar oleh para kepala sekolah dan penyelenggara pendidikan. Kedua, dengan banyaknya siswa yang masuk di sebuah sekolah, tentu saja itu akan membuat jumlah kelas atau rombongan belajar bertambah dan bisa sebagai salah satu syarat pemenuhan jumlah jam mengajar para guru. Jika jumlah jam mengajar memenuhi syarat, para guru akan mendapatkan tunjangan profesi. 

Untuk alasan kedua inilah agaknya pembenaran yang bisa dipakai oleh kepala sekolah ketika mengerahkan para guru untuk ikut mempromosikan sekolah mereka.

Melihat fakta-fakta tersebut, kegiatan promosi sekolah ternyata memang sangat dibutuhkan oleh para penyelenggara pendidikan, baik itu negeri maupun swasta. Karenanya, sekolah harus memahami kegiatan promosi yang efektif dan efisien. 

Kita tidak bisa melakukan promosi secara membabi buta. Promosi dengan cara yang asal-asalan hanya akan menghabiskan waktu, tenaga, dan pikiran namun tidak akan memberikan hasil yang maksimal.

Mengadopsi Marketing Mix

Di dalam sebuah perusahaan, agar omset penjualan tinggi, perusahaan tersebut harus memiliki strategi  pemasaran yang baik. Paling tidak, perusahaan harus memperhatikan dan memberikan fokus yang seimbang pada 4 unsur dalam marketing mix, yaitu product, price, place, dan promotion. 

Meskipun tidak termasuk lembaga yang berorientasi bisnis, sekolah juga memerlukan strategi pemasaran. Kita juga tidak bisa menafikan bahwa sekolah juga butuh sokongan dana yang sebagian besar berasal dari dana masyarakat. Dalam melakukan kegiatan promosi kadang kita tidak memiliki pijakan yang tepat untuk membuat sebuah rencana. 

Oleh karena itu,  keempat unsur marketing mix tersebut saya kira bisa diberlakukan juga dalam upaya memasarkan sebuah lembaga pendidikan, baik itu jenjang pendidikan dasar, menengah, atau bahkan perguruan tinggi. Berikut ini akan diuraikan 4 unsur tersebut dalam implementasinya di sekolah.

Produk

Unsur pertama adalah produk. Dalam sebuah perusahaan, sudah jelas bahwa unsur produk adalah barang atau jasa yang dihasilkan. Bagaimana dengan unsur produk ini di sekolah? Di sekolah, yang dimaksud produk bisa meliputi (1) output siswa yang telah mengenyam pendidikan di sekolah tersebut maupun (2) kualitas layanan jasa yang diberikan oleh para guru.

Lulusan (produk) dari sebuah sekolah dianggap sebagai lulusan yang baik jika mereka bisa mendapatkan nilai terbaik dibandingkan dengan alumni sekolah lain. Yang paling menjadi perhatian masyarakat terutama adalah nilai ujian nasional. 

Jika rata-rata perolehan nilainya tinggi dan mendominasi perolehan nilai terbaik di tingkat kabupaten/kota, provinsi, atau bahkan tingkat nasional tentu masyarakat akan selalu mengingat dan mengapresiasi. 

Selain itu, indikator lain yang bisa dijadikan ukuran kualitas lulusan sebuah sekolah adalah jenjang pendidikan lanjutan (tempat melanjutkan sekolah) yang dimasuki oleh para alumni sekolah tersebut. Jika jenjang pendidikan lanjutannya adalah sekolah-sekolah terkenal dan bonafide, tentu saja masyarakat akan mengakui kualitas lulusan sekolah tersebut.

Yang tidak boleh dilupakan ketika berbicara tentang produk sebuah sekolah adalah prestasi akademik dan non-akademik yang berhasil diraih oleh para siswanya. Selain perolehan nilai akhir yang membanggakan, prestasi siswa dalam berbagai kegiatan olimpiade juga tak boleh lepas dari perhatian. 

Prestasi olimpiade ini biasanya akan sangat mudah menarik perhatian masyarakat umum. Apalagi jika sampai ada publikasi di televisi maupun media cetak. Apapun olimpiadenya. Baik itu olimpiade sains, maupun olimpiade dalam bidang olah raga maupun seni.

Dalam rangka mengejar prestasi siswa di berbagai olimpiade tersebut bahkan ada sekolah yang berkerja sama dengan dunia perguruan tinggi untuk mengadakan bimbingan atau pelatihan khusus. Tentu saja langkah ini membutuhkan dana yang tidak sedikit. 

Selain bermanfaat untuk mengejar prestasi dalam bidang olimpiade, cara seperti ini bisa dilakukan untuk transfer ilmu dari dunia perguruan tinggi ke sekolah. Guru yang mengajar di sekolah tersebut sekaligus bisa menyerap ilmu dan teknik belajar yang digunakan  untuk menggenjot prestasi.

Semua prestasi tersebut sebenarnya merupakan nilai tambah yang bisa dipamerkan kepada calon peserta didik baru. Seperti halnya dalam sebuah korporasi, untuk menarik minat pembeli, produk yang ditawarkan haruslah memiliki nilai tambah. 

Demikian juga di sekolah. Siswa yang bersekolah tidak hanya dijanjikan akan mendapat selembar ijazah, tetapi akan memperoleh hal-hal lain yang menjadi nilai tambah. Misalnya saja tambahan pelajaran agama, berbagai ekstrakurikuler, atau hal-hal lain yang bisa digunakan untuk meningkatakan daya tarik. Tentu saja penentuan jenis nilai tambah tersebut harus sesuai dengan kebutuhan dan keinginan orangtua dan siswa. 

Tiap sekolah tentunya akan memutuskan nilai tambah yang berbeda untuk menciptakan kekhasan yang kelak kemudian hari bisa menjadi branding sekolah tersebut.

Price (Harga)

Harga adalah biaya yang harus dibayar ketika seseorang ingin mendapatkan barang atau jasa. Dalam dunia pendidikan yang termasuk faktor harga ini adalah besarnya biaya sumbangan perdana, SPP, uang kegiatan ekstrakurikuler, uang ujian, dan lain-lain. 

Sebelum orang tua menyekolahkan anaknya di sebuah sekolah, mereka biasanya telah mencari informasi awal tentang berbagai beban biaya tersebut. Dengan demikian faktor harga ini turut berpengaruh terhadap keputusan orang tua menentukan pilihan sekolah bagi putra-putrinya.

Secara umum masyarakat sebenarnya mengharapkan pendidikan yang berkualitas bagi putra-putrinya dengan biaya yang murah atau bahkan jika memungkinkan, gratis. Terkait masalah biaya ini, di beberapa daerah, sekolah-sekolah negeri telah diuntungkan dengan adanya kebijakan sekolah gratis yang dicanangkan oleh pemerintah daerah. 

Namun demikian, bukan berarti sekolah swasta sama sekali tidak memiliki peluang. Sekolah swasta yang benar-benar bermutu akan tetap menjadi rebutan walaupun biayanya lebih mahal dibanding sekolah lain. Oleh karena itu, penentuan besarnya biaya pendidikan tersebut harus secara cermat diperhitungkan agar tidak menurunkan minat calon pendaftar.

Penyelenggara pendidikan bisa menerapkan sistem subsidiaritas disesuaikan dengan kemampuan orang tua. Orang tua yang mampu dibebani biaya lebih tinggi dibanding orang tua yang kurang mampu. Bahkan kalau perlu, penyelenggara pendidikan bisa menggratiskan biaya sekolah atau paling tidak mereduksi biaya pendidikan untuk anak-anak berprestasi. 

Pemberian reduksi dalam bentuk beasiswa akan lebih besar gaungnya dibanding sekadar sistem subsidiaritas yang tanpa diblow up. Hal-hal lain terkait penentuan besarnya biaya pendidikan perlu dibahas secara matang oleh seluruh pemangku kepentingan di dalam sekolah agar bisa memberikan manfaat maksimal kepada penyelenggara, tetapi tidak terlalu membebani orang tua siswa.

Place (Tempat/Lokasi)

Dalam dunia pendidikan, yang dimaksud dengan tempat bisa bermakna harfiah dan mengacu pada lokasi sebuah sekolah. Akan tetapi, bisa juga mengacu pada hal yang lebih spesifik berupa sarana dan prasarana dengan segala fasilitas pembelajarannya di dalam sekolah. Hal ini karena ruang belajar, laboratorium, lapangan, perpustakaan semuanya adalah tempat belajar.

Seperti halnya dalam bidang usaha yang lain, masalah tempat ini sangat besar pengaruhnya terhadap popularitas sebuah sekolah. Tempat yang strategis, nyaman, kondusif untuk belajar, dan representatif tentu akan lebih mudah menarik perhatian dibanding dengan tempat yang kumuh, sempit, berada di dalam gang, dan kurang fasilitas pendukung. Itulah pentingnya tempat dengan segala fasilitas pendukungnya.

Promotion (Promosi)

Kualitas produk yang bagus, harga yang bersaing, serta tempat yang strategis tidak akan bisa dikenal banyak orang tanpa adanya kegiatan promosi. Banyak sekali cara yang bisa ditempuh untuk promosi sekolah. Butuh satu tulisan lain untuk membahas promosi sekolah ini. Akan tetapi, beberapa hal berikut ini bisa dipertimbangkan ketika akan melakukan kegiatan promosi. 

Pertama, gunakan seluruh kegiatan dan proses pembelajaran di sekolah untuk mendukung promosi. Dalam sebuah pelatihan, seeorang pembicara mengatakan bahwa sekolahnya sengaja mengerahkan siswa dalam gerakan peduli Anu, peduli ini, peduli itu di depan sekolah agar menarik perhatian wartawan dan mendapatkan promosi gratis. 

Kedua, gunakan kemajuan teknologi dalam bentuk website sekolah, media sosial, media cetak, selebaran dan lain-lain untuk promosi. Hal apa saja yang bisa dituliskan dalam materi promosi tersebut? Tentu saja terkait dengan prestasi yang pernah diraih sekolah, profil guru dan tenaga kependidikan, kegiatan unggulan sekolah, sarana dan prasarana, kelebihan sistem pembelajaran, dan hal-hal tambahan lain yang mendukung kegiatan promosi. 

Ketiga, yang tak boleh disepelekan adalah kepuasan yang dirasakan siswa dan orang tua ketika bersekolah di sekolah yang sedang kita promosikan. Orang akan dengan rela melakukan promosi tanpa dibayar ketika mereka puas terhadap sebuah produk atau jasa yang telah dinikmati.

Gabungan antara produk atau bukti prestasi yang membanggakan, biaya pendidikan yang kompetitif, tempat yang kondusif dan strategis serta dukungan promosi yang efektif akan merupakan kombinasi unsur marketing mix yang sempurna untuk menawarkan, mempromosikan, dan memasarkan sebuah sekolah. 

Tidak ada kata terlambat bagi para penyelenggara pendidikan untuk memulai promosi sekolah. Bagi sekolah yang belum merancang kegiatan promosi, sekaranglah waktu yang tepat untuk memulai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun