Keterbatasan sumber daya juga menjadi faktor yang mempengaruhi kemampuan guru untuk menerapkan Kurikulum Merdeka. Banyak sekolah, termasuk MA Darus Sholah Jember, mungkin tidak memiliki akses yang memadai terhadap bahan ajar yang sesuai dengan kurikulum baru. Menurut penelitian oleh Hidayati (2020), kurangnya sumber daya seperti buku, perangkat lunak, dan pelatihan untuk guru dapat menghambat implementasi kurikulum yang efektif. Guru perlu dukungan yang lebih besar dari pihak sekolah dan pemerintah untuk mendapatkan akses ke sumber daya yang diperlukan.
Pelatihan yang memadai bagi guru juga merupakan tantangan penting. Meskipun pelatihan telah dilakukan, banyak guru merasa bahwa mereka masih memerlukan lebih banyak dukungan dan bimbingan dalam menerapkan Kurikulum Merdeka. Penelitian oleh Setiawan (2019) menunjukkan bahwa pengembangan profesional yang berkelanjutan sangat penting untuk membantu guru beradaptasi dengan perubahan kurikulum. Tanpa pelatihan yang cukup, guru mungkin merasa tidak percaya diri dalam menerapkan metode pengajaran baru yang diperlukan oleh Kurikulum Merdeka.
Akhirnya, respon siswa terhadap perubahan kurikulum juga menjadi tantangan. Beberapa siswa mungkin merasa kesulitan beradaptasi dengan metode pembelajaran yang baru dan lebih mandiri. Penelitian oleh Widiastuti (2021) menunjukkan bahwa siswa yang terbiasa dengan metode pembelajaran tradisional mungkin mengalami kesulitan dalam beradaptasi dengan pendekatan yang lebih aktif dan partisipatif. Hal ini dapat mempengaruhi motivasi dan keterlibatan mereka dalam proses belajar.
 Meskipun Kurikulum Merdeka menawarkan banyak potensi untuk meningkatkan kualitas pendidikan, tantangan dalam penyesuaian materi, pembuatan jadwal pelajaran, keterbatasan sumber daya, pelatihan guru, dan respon siswa perlu diatasi. Dukungan yang lebih besar dari pihak sekolah dan pemerintah sangat penting untuk memastikan bahwa guru dapat beradaptasi dengan perubahan ini secara efektif.
Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Pengelolaan Teknologi
Kepala sekolah di MA Darus Sholah Jember memiliki peran yang sangat penting dalam pengelolaan dan implementasi teknologi di lingkungan sekolah. Dalam konteks ini, kepala sekolah tidak hanya bertanggung jawab untuk menetapkan kebijakan terkait penggunaan teknologi, tetapi juga aktif dalam memberikan pelatihan kepada guru dan staf. Hal ini menciptakan lingkungan yang mendukung penggunaan teknologi dalam pembelajaran, yang sangat penting untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
Salah satu aspek penting dari peran kepala sekolah adalah kemampuan mereka untuk memfasilitasi pelatihan yang diperlukan bagi guru. Dengan mengikuti pelatihan Kurikulum Merdeka dan mengundang pemateri untuk memberikan pelatihan di sekolah, kepala sekolah memastikan bahwa semua guru memiliki pemahaman yang baik tentang kurikulum baru dan cara mengintegrasikan teknologi dalam proses pembelajaran. Ini sejalan dengan penelitian yang menunjukkan bahwa kepemimpinan yang kuat dalam pengelolaan teknologi dapat meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah (Rahman, 2020).
Selain itu, kepala sekolah juga bertanggung jawab untuk mengelola penggunaan teknologi di dalam kelas. Mereka harus memastikan bahwa teknologi yang diterapkan, seperti absensi fingerprint dan ujian online, digunakan secara efektif dan sesuai dengan kebutuhan pembelajaran. Dalam hal ini, kepala sekolah berperan sebagai penghubung antara guru, siswa, dan teknologi, sehingga semua pihak dapat berkolaborasi untuk mencapai tujuan pendidikan yang lebih baik.
Tantangan yang dihadapi dalam penerapan teknologi juga menjadi perhatian kepala sekolah. Misalnya, penyalahgunaan teknologi oleh siswa dapat mengganggu proses pembelajaran. Oleh karena itu, kepala sekolah perlu menetapkan aturan yang jelas dan memberikan sanksi bagi siswa yang melanggar, seperti menyita handphone mereka. Ini menunjukkan bahwa kepala sekolah tidak hanya fokus pada penerapan teknologi, tetapi juga pada pengelolaan disiplin di sekolah.
Dalam konteks pendidikan di Indonesia, pentingnya peran kepala sekolah dalam pengelolaan teknologi juga didukung oleh berbagai penelitian. Misalnya, penelitian oleh Supriyadi (2019) menunjukkan bahwa kepala sekolah yang proaktif dalam penggunaan teknologi dapat menciptakan budaya sekolah yang inovatif dan responsif terhadap perubahan. Selain itu, penelitian oleh Sari (2021) menekankan bahwa dukungan kepala sekolah dalam pelatihan teknologi bagi guru dapat meningkatkan motivasi dan keterampilan mengajar mereka.
Kepala sekolah di MA Darus Sholah Jember memainkan peran kunci dalam mengelola dan mengimplementasikan teknologi dalam pembelajaran. Dengan memberikan pelatihan, menetapkan kebijakan yang jelas, dan mengatasi tantangan yang muncul, kepala sekolah dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih baik dan meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah.