"Kak Arlisa tunggu sebentar ya,aku panggil mamak"
Arlisa menggangguk sambil tersenyum manis pada Reni. Sambil menunggu, pandangan Arlisa tertuju di depan rumah Reni. Banyak anak kecil. Sepertinya wajah  mereka itu tidak asing  di  mata  Arlisa.Anak- anak kecil itu sering dilihatnya berada di terminal Joyoboyo. Mengemis dan  mengamen. Rupanya ini markas  mereka, katanya  dalam hati.
Terdengar Reni  memanggil mamaknya. Tak  lama  kemudian  keluar  seorang  perempuan kira-kira berumur limapuluh tahunan. Reni memanggil dia mamak. Arlisa membatin sambil terus memandang perempuan itu. Tidak mungkin dia yang melahirkan Reni. Perempuan ini sudah terlalu tua untuk menjadi seorang ibu. Wajah Reni pun tidak ada miripnya sama sekali.
"Jadi, kamu  yang  menolong  anak  saya Reni? Terimakasih ya Arlisa" kata  perempuan itu. Ia mengulurkan tangannya menyalami Arlisa. Bibirnya  yang  hitam  kebiruan tersenyum, mengucapkan   terimakasih  berulang  -  ulang.
Tak  lama  kemudian menyusul  keluar seorang   laki -  laki. Melihat  dari raut wajah itu usianya  kira -  kira   terpaut sepuluh tahun lebih muda dari mamak Reni.
"Kak Arlisa, kenalkan ini bapak"
Laki-laki itu menyalami  Arlisa  tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Bahkan tersenyum pun juga tidak. Reni  menyebut  laki -laki itu  bapak. Pasangan  yang   aneh, batin Arlisa.
Benarkah  Reni  anak  mereka? Atau  jangan - jangan mereka adalah induk semang yang menjual  anak atau  menjadikan  mereka  sebagai  pengemis dan pengamen. Banyak pertanyaan menghinggapi benak Arlisa.
Arlisa pun segera pamit pulang. Tidak ingin  ia berlama-lama di tempat itu.
"Saya pamit pulang ya, Reni jangan lupa untuk minum obatnya"
Ketika  akan melangkahkan  kaki  keluar  dari rumah  itu, rasa takut menghinggapi benak Arlisa. Bayangan sekilas  orang - orang di gang Kelinci membuatnya takut setengah mati.