Untunglah, seorang petugas radiologi yang merontgen si ganteng adalah salah seorang rekan orang tua murid di sekolah si ganteng, jadilah rasanya ada yang sedikit nengalihkan perhatian walau hanya sempat mengobrol beberapa menit.
Rekan saya ini pun sangat memberi pengaruh positif mengusir kecemasan saya. Tak perlu panik, katanya. Yang penting jaga tubuh tetap sehat, makan makanan bergizi, dan konsumsi vitamin. Dia pun merekomendasikan jenis vitamin tertentu untuk anak saya. Sayapun sangat terinspirasi dari ceritanya, bagaimana dia sebagai petugas medis di sebuah rumah sakit rujukan COVID-19, begitu konsen dengan kebersihan, sejak adanya wabah ini. Setiap pulang dari bertugas, dia langsung membersihkan diri dan semua perlengkapan yang dia bawa dari rumah aakit. Hp, dompet dan semua perkakas kecil langsung disemprot dengan desinfektan dan dibersihkan. Begitu pula dengan tas, jaket dan sepatu. Namun tas, jaket dan sepatu dibiarkan di taruh di luar, katanya. Pakaian yang habis dipakai langsung direndam dengan deterjen. Setelah semua itu, langsung mandi keramas. Padahal sebelumnya pun sudah mandi keramas di rumah sakit, sesaat setelah tugasnya selesai. Jadi dalam sehari, dia bisa mandi 4-5 kali sehari. Angkat topi untuk petugas medis. Kiranya Tuhan melindungi kalian semua, para pahlawan kesehatan.
Kembali ke cerita awal, akhirnya waktu 2 jam yang rasanya begitu lama, berakhir juga. Saya dan suami dipanggil dokter. Pertama yang dijelaskan adalah hasil Rontgen paru-paru nya. Dan hasilnya, taraaa.... Paru-paru nya BERSIH, sih, sih..
Tidak terlihat adanya infeksi, bersih total. Hasil foto dan catatan Rontgennya pun ditunjukkan pada kami. Dua kata yang langsung saya ucapkan saat itu, PUJI TUHAN...
Rasanya legaaaa sekali...
Tapi satu pertanyaan saya, kenapa foto rontgen sebelumnya terlihat berkabut ya? Ternyata seperti nya hanya kesalahan tehnis saja, dan dokter pun tidak menjelaskan lebih lanjut. Hadeeuh, padahal kan itu yang bikin jantung saya cenat-cenut selama dua hari.
Tapi sudahlah, yang penting anak saya bebas dari Corona.
Lalu dijelaskan hasil tes darahnya. Dokter menyimpulkan hanya infeksi biasa, dan hanya meresepkan obat turun panas saja.
Sore itu pun kami pulang ke rumah dengan hati lega dan sukacita.
Tapi ternyata kelegaan saya hanya berlangsung sesaat, sodara-sodara. Saat malam, si ganteng demam lagi. Sudah diberi obat penurun panas pun, tidak terlalu berpengaruh. Kembali saya begadang lagi malam itu. Saya nggak berani tidur nyenyak, takut panas tubuhnya terus naik dan saya tidak tahu.
Hari ke lima