Mohon tunggu...
Martha Weda
Martha Weda Mohon Tunggu... Freelancer - Mamanya si Ganteng

Nomine BEST In OPINION Kompasiana Awards 2022, 2023. Salah satu narasumber dalam "Kata Netizen" KompasTV, Juni 2021

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

9 Hari Merawat Anak Sakit di Tengah Bayang-bayang COVID-19 (Bagian 1)

7 Mei 2020   23:18 Diperbarui: 8 Mei 2020   11:17 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: pexels.com, by Polina Tankilevich

Di rumah sakit, di bagian UGD dokter jaga menanyakan riwayat demamnya, lalu disarankan untuk tes darah dan rontgen paru-paru. Rontgen paru-paru ini hanya sekedar saran dokter saja karena adanya penyebaran coronavirus. Tapi kami setuju saja. 

Setelah menjalani proses tersebut dan menunggu sekitar 2 jam dengan "si ganteng" yang tampak kelelahan dan lemas, kami dipanggil dan ditunjukkan hasil tes darah dan rontgen paru-paru nya. Dari hasil tes darah, dinyatakan clear tidak ada indikasi ke arah demam berdarah (karena semula dokter menduga demam berdarah) karena trombositnya masih normal 

Tapi ada kecenderungan terjadinya infeksi virus. Sedangkan untuk hasil rontgen paru-paru, terlihat paru-paru sebelah kanan sedikit tertutup kabut putih, yang diindikasikan terinfeksi virus yang sedang mewabah, yaitu COVID-19.

Duh, saya langsung lemas. Rasanya langsung tidak karuan. Suami saya berusaha tegar di samping saya. Kami pun segera menjadi pusat perhatian, beberapa perawat yang sedang berjaga di ruang UGD segera mengerubungi kami. Saya ditanya mengenai kegiatan anak saya selama ini. Tentu saja saya jawab, seharian dia di dalam rumah, mengerjakan tugas dari sekolah. Keluar rumah hanya saat pagi hari untuk berjemur, itu saja.

Saat itu saya merasa semua mata menuduh saya sebagai ibu yang tidak bisa menjaga anaknya dengan baik. Duuuuhhh.....

Kami pun dirujuk ke sebuah tumah sakit rujukan COVID-19.

Sepanjang sisa malam itu asli saya tidak bisa tidur sama sekali. Segala kecemasan, kekhawatiran, pikiran-pikiran buruk berkecamuk bergantian. Saya pun tidak habis pikir, darimana anak saya bisa terpapar, kalau memang benar prediksi dokter.

Malam itu seperti ada dua suara yang berebut tempat di pikiran saya. Suara positif di satu sisi, dan suara negatif di sisi lain. Suara positif berusaha bilang bahwa semuanya akan baik-baik saja. Sedangkan suara negatif seakan terus mencoba membawa saya ke lembah ketakutan yang semakin dalam.

Hari ke Tiga

Dengan badan yang lemas karena kurang istirahat, keesokan harinya saya mencoba menjaga suasana hati saya untuk selalu bergembira. Memberi semangat si ganteng untuk mau makan, meminum vitamin, juga air putih sebanyak-banyaknya. 

Si ganteng yang biasanya doyan makan, kali ini benar-benar tak berselera. Saya harus merayu-rayu nya agar mau makan. Sampai kami tawarkan mau makan apa biar dipesan melalui ojek online, tapi tetap tak berselera.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun