"Boleh saya duduk bersama kalian di sini? Kita ngobrol-ngobrol."
"Silahkan," jawab keempatnya nyaris bersamaan dengan takut-takut.
"Terima kasih." Pemuda tadi duduk di samping Fafa. Lalu dengan enaknya ia menghisap sigaretnya dalam-dalam. Tampang pemuda yang kini duduk di samping Fafa ini memang lumayanlah. Sepertinya juga termasuk anak orang berada. Terbukti dengan kunci mobil yang ia letakan begitu saja di meja. Perasaan khawatir dan takut sedikit hilang dari hati keempat sekawan itu setelah yakin gelagat pemuda itu tampaknya baik-baik saja.
"Kakak sekolah dimana?" tanya Fafa lagi.
"Saya? Ooo... enggak lagi," jawabnya enteng.
"Kenapa?" "Malas saja. Samalah dengan kalian. Kalian bolos juga karena malas kan? Pasti kalian ABG yang baru masuk SMA ya? Pengen nyoba-nyoba bolos gitu?" disudutkan begitu Resti cs diam saja.
"Lalau, apa kerja kakak sekarang?" kali ini Regi yang bertanya.
"Ya, begini saja. Duduk, nongkrong dan kenalan dengan anak-anak manis seperti kalian," jawabnya diiringi tawa lepasnya.
Sekonyong-konyong ada rasa takut menyelimuti Resti. Dia jadi ingat Mbak Tiani tentang remaja putri yang sering terjerumus ke lembah hitam, salah satunya karena pergaulan bebas. Resti jadi khawatir, jangan-jangan orang macam pemuda ini yang....
Dan Restipun berkeinginan untuk segera pulang. Apalagi dirasakan Fafa terus menggeserkan duduknya karena pemuda ceking itu terus pula mendesak fafa sambil sesekali mencoba memegang....
***