"Ada pak Pardan."
"Di mana?"
"Tuh, di bagian sastra dekat tembok pojokan itu."
"Mateng nggak lho!" seru Fafa tidak keras. Tanpa dikomando dua kali, masing-masing anak mencari tempat persembunyian di antara rak-rak buku.
"Gila! Ngapain Pak Pardan ke sini?" Tanya Regi cemas.
"Mau nangkap kita kali," tebak Resti sembarangan.
"Ssssttt... diam! Pak Pardan mau lewat sini," bisik Dilla kembali. Serentak keempat cewek itu lebih merundukkan tubuh di balik rak-rak buku. Ketegangan terkias di wajah mereka.
Masing-masing berdoa, moga-moga Pak Pardan tidak ke tempat di mana mereka berada. Untunglah, Pak Pardan cuma lewat saja. Dengan nafas lega akhirnya mereka berempat keluar dari tempat persembunyiannya walaupun disertai pandangan serius dari satpam toko buku ini.
"Gila! Sudah berapa kali kita hamper kepergogk?" Tanya Dilla sendiri sesampainya di cafeteria.
"Gua hamper ketahuan Tante Mitha betet tadi," jawab Resti sambil mengibas-ibaskan bukunya karena kepanasan.
"Lha, gua hampir ketahuan kakak gua," jawab Fafa nggak kalah seru.