“ Ibu, aku mengantuk. “
“ Aku juga bu. “ Tukas Bryan
      Api menyala – nyala dengan riangnya diantara tumpukkan balok kayu. Dua puluh hingga tiga puluh orang berdiri mengelilingi tumpukkan balok kayu. Katie berdiri di hadapan balok kayu itu, rambutnya berdiri. Matanya mengeluarkan sorotan merah. Di tangan kanannya memegang sebuah untaian manik – manik yang terbuat dari ornamen kayu. Sedangkan tangan kirinya memegang sebuah patung kecil berbentuk seorang wanita sedang mengandung. Dua orang anak terbaring diatas tumpukkan balok kayu mereka menangis. Dari kejauhan Katie tersenyum puas, ia berlutut dan mengangkat kedua barang yang ia pegang. Seketika kilat menyambar – nyambar di keheningan malam. Katie terasa sangat puas, ia akan mencapai keabadian dengan bersatu bersama dewa Rho.
“ Ibu lepaskan kami. “ tangis Austin
Ibunya sama sekali tidak perduli. Ia menaruh dua barang yang ia pegang ke tanah. Dan melakukan salto untuk mengambil sebuah pedang yang sangat mengkilat dan menerjang ke arah tumpukkan balok kayu dan menebas kedua puteranya yang ada di sana. Seketika itu juga, nyawa kedua bocah malang itu berakhir di sana. Darah kental mengalir deras dari bekas sabetan pedang Katie. Seketika Katie berteriak. Seolah keabadian telah menyatu dengan dirinya.
      Kilat dan petir saling menyahut. Gerimis mengundang awan – awan hitam menutupi bintang – bintang di angkasa. Suara sangkakala terdengar di langit. Tandanya maut telah dimenangkan oleh sang penghulu iblis. Katie tertawa sangat kencang. Ia telah mencapai keabadian. Bau hangus menerpa udara, kedua bocah malang itu gosong sedemikian rupa ditangan ibu kandungnya sendiri. Katie seketika itu mampu terbang dan ia telah sempurna menjadi mempelai iblis, hal yang diidam – idamkannya selama ini. Sebuah cahaya hitam datang dari langit dan menuju tanah. Cahaya itu membentuk tubuh manusia berkulit gelap dan membentuk otot – otot yang sangat kokoh, wajahnya sangat tampan menyerupai wajah pria berkebangsaan timur tengah. Pria bertampang serius dengan wajah tersenyum puas ke arah Katie. Seolah sangat bangga dengan apa yang baru dilakukan oleh Katie. Pria yang dipanggil Rho we oleh Katie mendekati Katie dan mencium Katie. Seketika seekor ular keluar dari mulut Rho we dan menyelinap lembut ke dalam mulut Katie.
Katie seketika menjadi lebih percaya diri, ia terlihat sempurna dan seakan menjadi abadi untuk selamanya karena telah menyatu dengan sang penghulu kejahatan Rho we. Katie sama sekali tidak menyadari bahwa dirinya telah membunuh kedua putera kandungnya sendiri. Seketika Rocky muncul dan berusaha menghabisi Rho we, namun Katie sigap dalam menyikapinya. Ia membalikkan dirinya dan menerjang Rocky. Ia duduk di atas Rocky dan seketika seekor ular keluar dari mulut Katie dan menyerang Rocky secara membabi buta. Setelah meninggalkan banyak bekas di wajah Rocky, ular itu kembali masuk ke dalam mulut Katie. Rocky meregang nyawa di hadapan Katie, dari mulut Rocky keluar busa bercampur darah. Seketika Katie menggelinjang dan setiap kerutan di wajahnya hilang sempurna. Kini wajahnya telah kembali seperti seorang gadis dua puluh tahun.
Penglihatan itu disaksikan oleh Bernard dengan mata kepalanya sendiri. Ia merasa asing ditempat itu, seketika sekelilingnya berputar sangat cepat. Hutan lebat yang dilalui Bernard tiba – tiba menjadi pekarangan belakang rumahnya. Bernard berlari dan masuk ke dalam kontrakannya. Ia membuka pintu kamarnya dan kemudian membanting pintu kamarnya. Seolah ia sangat lelah dengan apa yang telah terjadi. Jujur saja, ia tidak tahu apa maksud penglihatan beralur cerita panjang yang ia saksikan. Dalam kekalutan pikirannya. Ia melihat ada sesosok mahkluk sedang bergantung di atap kamarnya. Wajahnya membiru kaku, dari pakaiannya yang berupa jubah putih mengalir deras darah merah dan wajah mayat itu terlihat sayu dan seketika mayat itu berbicara kepada Bernard,
“ Sakit, sakit lepaskan aku. “
Sosok itu secara spontan tangannya memanjang dan memegang leher Bernard. Sosok itu berusaha mencekik Bernard. Bernard meronta – ronta. Sosok yang bergelantungan itu tiba – tiba turun dari gantungan atap dan membuka mulutnya seketika seekor ular keluar dan ingin masuk ke dalam mulut Bernard. Belum sempat ular itu masuk ke dalam mulutnya. Bernard pingsan dan tertidur sangat pulas di lantai.
Chapter XIII