Mohon tunggu...
Benyamin Melatnebar
Benyamin Melatnebar Mohon Tunggu... Dosen - Enjoy the ride

Enjoy every minute

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Stealthy

30 Agustus 2021   17:01 Diperbarui: 30 Agustus 2021   17:11 1028
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Waktu sudah hampir pukul 19.30 wib. Bernard hampir sampai menuju kontrakannya dan melihat dari kejauhan, berharap cemas adakah teman kontrakannya yang sudah pulang lebih awal. Ternyata, harapan sirna. Tidak ada satupun dari mereka yang sudah sampai. Itu artinya ia akan sendiri lagi. Untuk menghilangkan rasa takutnya, Bernard meninggikan volume tape radionya lebih keras supaya ia fokus hanya mendengarkan musik. Bernard mulai membuka pakaian hitam putihnya dan segera meluncur ke kamar mandi untuk menyegarkan tubuhnya. Ia harus cepat, jangan sampai ia menemukan hal – hal yang menakutkan disaat ia sedang mandi. Disaat ia mengambil sabun batangan dan mulai menggosokkan tubuhnya, tiba – tiba bulu kuduknya merinding. Ia melihat ada tangan yang keluar dari arah dinding kiri. Ia kaget dan menyambar handuk yang menggantung indah di belakang pintu kamar mandi. Untung saja, ia sudah membilas tubuhnya. Hanya saja memang tidak terlalu bersih benar.

Dia memilih untuk berada di kamar. Karena heran dengan penampakan tangan buntung dari dalam kamar mandi. Ia duduk sejenak dan mulai mencari buku – buku yang menarik dari atas meja belajarnya. Ia menemukan sebuah buku berjudul pengantar akuntasi I yang ia dapatkan dari kakaknya yang kebetulan sama mengambil jurusan Akuntansi. Buku ini pasti membosankan, pikir Bernard. Benar saja, baru sepuluh menit ia baca dia langsung meletakkannya kembali di atas meja. Bernard berusaha mencari kembali buku – buku yang mungkin menarik perhatiannya. Tiba – tiba lampu kamarnya mati. Wah, bagaimana ini. Kenapa bisa mati lampu. Ia keluar dari kamar, ternyata lampu kamarnya saja yang mati, lampu di ruang tamu dan serambi menyala dengan sempurna. Akhirnya ia berusaha menekan stop kontak lampu kamarnya. Loh, ternyata lampunya baik – baik saja. Buktinya lampu kamarnya menyala lagi. Kemudian Bernard masuk kembali ke kamar tidurnya dan merebahkan tubuhnya sambil mendengarkan salah satu saluran radio Sasando FM. Saluran lagu – lagu religious yang mungkin bisa menenangkan pikirannya.

Terdengar di telinga, tawa riang anak – anak kecil. Bernard terkesiap, seakan jantungnya hendak meloncat keluar dari dadanya. Bernard merasa suara anak – anak itu berasal dari arah dapur. Ia memberanikan diri untuk keluar dari kamar dan berusaha mengecek kondisi sekitar dapur. Suara anak – anak itu perlahan menghilang, tetapi terdengar sangat menakutkan. Bernard kembali lagi ke kamarnya dan mengunci pintu kamarnya. Ia merasakan ada yang menarik – narik bajunya. Bernard menoleh ke belakang, ternyata t-shirtnya terkait paku, sehingga ia tidak beranjak dari tempat ia berpijak. Bernard melepaskan kaitan itu dan membantingkan tubuhnya yang berukuran sedang itu di atas kasur. Ia berusaha menarik nafas dalam – dalam dan membuangnya sekaligus, seolah ada beban yang dipikulnya. Sekejap lampu mati, sebuah pukulan telak ia rasakan di perutnya dan cekikan ia terima dari sesorang yang entah siapa orangnya. Ia berusaha menghindar dan membuka pintu kamarnya. Ia merasa ketakutan. Ia ngos – ngosan karena kehabisan nafas. Lampu kembali menyala dan tidak ada siapa – siapa di sana. Ia merasa ketakutan bahkan di kontrakannya sendiri. Ia berharap untuk pagi segera berganti, sehingga ketakutannya sirna.

Ia merasa kehausan akibat serangan mahkluk jadi – jadian yang tidak tahu darimana asalnya. Ia menuangkan air dari ceret kecil berwarna biru yang terbuat dari plastik dan menuangkan air ke dalam gelas. Kemudian meneguknya perlahan. Jujur saja, saat ini Bernard sudah sangat mengantuk tetapi kejadian – kejadian aneh ini membuatnya tidak bisa tidur. Ia merasa lelah, tetapi tidak tahu harus bagaimana, sedangkan belum ada satupun dari teman kotrakannya yang sudah pulang. Sesaat ia mulai terlelap dan sekelebat pria bertubuh tinggi besar dan mengenakan jubah hitam datang kembali dalam penglihatannya yang samar – samar. Pria itu seakan ingin mengatakan sesuatu, tetapi Bernard tidak dapat mendengarkan apa – apa. Ia merasa sangat ketakutan, kenapa mahkluk itu menampaki wujudnya kepadanya. Ada apa ini sebenarnya. Ia mulai mengingat – ingat kejadian ke belakang. Sebenarnya apa yang salah, sampai teror – teror mengerikan ini menimpa dirinya. Apakah ia mengganggu atau melakukan suatu kesalahan pada rumah ini.

Tangan – tangan Bernard memerah. Sekonyong – konyong dari dalam pori – porinya. Keluar belatung – belatung, darah kental dan matanya langsung memerah. Biji matanya meloncat keluar dan perlahan kedua tangan dan kakinya lepas dari tubuhnya. Bernard merasakan kesakitan. Di kedua pahanya keluar sebuah lambang bertuliskan X. Lalu di belakangnya muncul seorang pria yang sedang memegang kepala, Batok kepalanya ia cabut dan serta merta menaruhnya di atas pangkuan Bernard. Bernard melonjak ketakutan dan mengenyahkan kepala itu dari pangkuannya. Ia sangat ketakutan setengah mati. Pria itu tidak kehabisan akal ia melepas tangannya dan menjejalinya ke wajah Bernard. Bernard merasa tidak berdaya dan di kala itu muncul kembali dua orang anak kecil yang berlari kemudian salah satu dari mereka duduk di pundaknya dan mencakar wajah Bernard dengan kuku – kukunya yang runcing dan berwarna hitam. Salah satu anak yang sedang menonton adegan itu justru tertawa mengerikan memperhatikan penderitaan Bernard.

“ Lepaskan, lepaskan aku  “ Teriak Bernard sambil berontak.

Seorang wanita mengenakan baju putih berlumuran darah turun dari atap kontrakan Bernard dan menendang kepala Bernard, hingga Bernard terkapar tidak sadarkan diri.   

Chapter VII

Bertemu pemilik kontrakan

Sumber
Sumber
gambar: https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fbacalagers.com%2Fkos-kosan-angker%2F&psig=AOvVaw26tuO0F-Apq60B3XqgUQye&ust=1630400272554000&source=images&cd=vfe&ved=2ahUKEwi18vu5sNjyAhUX0oUKHdEHDjQQr4kDegQIARAd

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun