Mohon tunggu...
Benny Benke
Benny Benke Mohon Tunggu... -

the walkers. touch me at benkebenke@gmail.com,

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Arok...

13 Oktober 2016   12:16 Diperbarui: 13 Oktober 2016   13:14 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Apakah engkau sudah tahu cara dan rasanya menyongsong kematian, andika Arok?!”

Arok agak gentar -- tabu yang selama ini dia hindari. “Mengapa kau membisu, Arok? Engkau gentar menghadapi kematian? Itu di luar kebiasaanmu, Arok yang Agung.” Sindiran Ametung makin mengiris nyali Arok.

“Seorang ksatria tak akan pernah gentar bila maut mengadang. Karena setiap orang akan menemukan jalan kematiannya sendiri-sendiri. Dan jalan takdir kematianku di luar jangkauanmu, Akuwu. Akan kusongsong saatku sebagaimana telah kusongsongkan kematianmu, Akuwu.”

“Kau tak akan pernah dapat membunuhku hanya dengan satu atau dua kali kematian, Arok, sebagaimana kau sudahi para seterumu yang lain. Akulah arwah perkecualian yang akan terus membayang-bayangi dan menghantarkanmu ke mati, takdirmu yang sejati.”

“Aku Arok, sang pembangun! Hidupku berarti dan mati pun aku menjadi lebih berarti.”

“Cih...! Simak dengan tekun kutukanku kepadamu, Arok! Kerismu, kekuasaanmu, dan garis keturunanku yang pernah bersemayam di gua garba permaisuriku dan permaisurimu, akan terus berpusing-puisng laksana gangsing dan bersarang tepat, telak, di jantung takhtamu. Saksikan, Arok! Anusapati* dan para simpatisannya akan bahu-membahu dan terus bersiaga menunggu lengahmu. Dia layaknya pemburu yang kan terus mengintai dan menawarkan kematian pada mangsanya. Dan kau, Arok, kau akan merasakan apa yang kurasakan; merasakan indah dan sempurnanya penderitaan, ditelikung kekuasaan! Selamat datang, Arok! Selamat datang. Kan kusambut saatmu. Selamat datang… di taman kehidupan sebenarnya; ke-ma-ti-an.”

Mereka pun bertarung lagi, lagi, dan lagi. Sampai benar-benar ada yang mati.

Semarang, 7 Juni 2000

Bintaro, Jakarta, 24 Agustus 2000.

Catatan:

Telik sandi : Mata-mata

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun